- Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua siap digelar mulai pekan ini.
- Sebanyak 12 cabor akan dipertandingkan dalam pesta olahraga penyandang disabilitas tingkat nasional tersebut.
- Kemenpora telah mengatur klasifikasi disabilitas yang dipertandingkan, mengacu regulasi internasional.
SKOR.id - Setelah sukses menjadi tuan rumah PON XX, Papua pun siap menggelar Peparnas XVI.
Ajang multievent bagi para atlet penyandang disabilitas tersebut akan digelar pada 5-15 November 2021, atau mulai pekan ini.
Para atlet penyandang disabilitas dari 34 provinsi akan saling bertarung untuk mencetak prestasi pada 12 cabor yang dipertandingkan dalam Peparnas kali ini.
Adapun cabor yang dipertandingkan adalah angkat berat, atletik, boccia, bulu tangkis, catur, judo, menembak, panahan, renang, sepak bola cerebral palsy (CP), tenis lapangan kursi roda, serta tenis meja.
Kemenpora, selaku regulator, telah membuat klasifikasi penyandang disabilitas dalam Peparnas, yang disesuaikan dengan peraturan internasional.
Penyebutan nama cabang olahraga
Sejak Sidang umum Komite Paralimpik Internasional (IPC) di Jerman pada 2005 silam, paralimpik digunakan sebagai istilah resmi untuk event olahraga penyandang disabilitas.
Sedangkan untuk cabang olahraga yang dipertandingkan dalam paralimpik, biasanya ditambahkan kata "para", seperti parabulu tangkis, parapanahan, paratenis meja, dan sebagainya.
Namun, untuk ajang Peparnas, pihak NPC Indonesia mengeluarkan ketentuan khusus, yakni tanpa menambahkan kata "para" di depan cabor yang dipertandingkan.
Sebagai gantinya, beberapa cabor menyematkan kata yang menunjuk langsung klasifikasi disabilitas, misalnya judo tuna netra, sepak bola cerebral palsy, tenis lapangan kursi roda, dan bulu tangkis kursi roda.
Kelas Elite dan Nasional
Setiap atlet yang akan bertanding di Peparnas wajib melengkapi diri dengan bukti-bukti pendukung berupa laporan pemeriksaan medis dari rumah sakit dan dokter bersangkutan, mengenai kondisi fisik yang dianut.
Beberapa cabor lantas membagi para atlet dalam dua kelas, yakni kelas Elite dan Nasional demi pemerataan prestasi dari seluruh peserta.
Perbedaannya, Kelas Elite diisi oleh atlet nasional dan pernah terjun di event internasional dan hanya boleh turun bertanding pada satu nomor saja.
Sedangkan Kelas Nasional diikuti oleh atlet daerah dan nasional yang yang belum pernah ikut dalam pertandingan internasional.
Pembedaan kelas ini diberlakukan hanya pada beberapa cabor, seperti bulu tangkis, catur, judo, menembak, dan renang.
Klasifikasi penyandang disabilitas beberapa cabor
Beberapa cabor memiliki klasifikasi yang sedikit lebih rumit, menyesuaikan kondisi para atlet penyandang disabilitas.
1. Atletik
Kelas T/F11 dan T/F 12 diperuntukkan bagi para atlet dengan disabilitas penglihatan berat, yang membutuhkan pemandu.
Kelas T/F13 diperuntukkan bagi para atlet dengan disabilitas penglihatan sedang, yang mampu meilhat sejauh enam meter.
Kelas T/F20 diperuntukkan bagi atlet yang mengalami hambatan intelektual alias tuna grahita.
Kelas T/F35-T/F38 diperuntukkan bagi atlet dengan kondisi kekejangan tertentu. Secara khusus, Kelas T/F36-T/F38 diperuntukkan bagi penderita Cerebral Palsy (CP)
Kelas T/F40-T/F41 mengelompokkan peserta berdasarkan tinggi badan dan panjang lengan.
Kelas T/F42-T/F47 mengklasifikasikan peserta berdasarkan kondisi fisik sera kemampuan menggerakkan tubuh tanpa alat bantu.
Kelas T52-T54 diperuntukkan bagi para atlet yang menggunakan alat bantu kursi roda.
Kelas F55, F +56, F57 diperuntukkan bagi atlet yang melakukan pertandingan dengancara duduk karena kondisi khusus pada kedua kaki.
KelasT/F +54 diperuntukkan khusus bagi atlet tuna rungu.
Lihat postingan ini di Instagram
2. Boccia
Pada cabor ini, terdapat 10 nomor yang terdiri dari perorangan dan berpasangan (mixed pairs). Sedangkan pengelompokannya ada lima kelas, yakni BC1-BC5.
3 Bulu Tangkis
Kelas WH1 dan WH2 diperuntukkan bagi atlet bulu tangkis kursi roda.
Kelas S (1-5) diperuntukkan bagi peserta dengan disabilitas Standing Lower. Makin tinggi skala, makin kecil pula keterbatasan atlet.
Kelas U (1-5) diperuntukkan bagi atlet dengan keterbatasan Upper (bagian tubuh atas).
Kelas SS6 (Short Stature) diperuntukkan bagi atlet yang memiliki pelambatan pertumbuhan tulang yang membuat tinggi badan mereka kurang dari atlet sebaya.
4. Catur
Kelas B1-B3 diperuntukkan bagi atlet tuna netra, disesuaikan dengan berat-ringannya kondisi penglihatan.
5. Judo
Kelas B1-B3 diperuntukkan bagi atlet tuna netra, disesuaikan dengan berat-ringannya kondisi penglihatan.
6. Menembak
Kelas SH1 Pistol diperuntukkan bagi atlet dengan kemampuan gerak tubuh di bawah 25 persen.
Kelas SH1 Rifle diperuntukkan bagi atlet dengan kemampuan gerak di bawah 25 persen.
Kelas SH2 diperuntukkan bagi atlet dengan kondisi kemampuan gerak 25 persen ke bawah
Semua atlet memperoleh alat bantu berupa meja untuk meletakkan senjata, serta diperkenankan membidik senjata dari bangku.
Lihat postingan ini di Instagram
7. Renang
Kelas S1-13 diperuntukkan bagi atlet dengan hambatan penglihatan. Makin tinggi angkanya, makin baik pula kondisi penglihatannya.
Kelas S14 diperuntukkan bagi atlet dengan hambatan intelektual alias tuna grahita.
Kelas S15 diperuntukkan bagi atlet tuna rungu.
8. Tenis Meja
Kelas 1-5 diperuntukkan bagi para atlet tuna daksa yang menggunakan kursi roda.
Kelas 6-10 diperuntukkan bagi atlet tuna daksa yang masih bisa berdiri.
Kelas 11 diperuntukkan bagi atlet tuna grahita.
Kelas TN diperuntukkan bagi atlet tuna netra.
Kelas TRW diperuntukkan bagi atlet tuna rungu.
Lihat postingan ini di Instagram
Berita Peparnas lainnya:
Menpora Tegaskan Tak Ada Beda Perlakuan untuk PON dan Peparnas Papua