SKOR.id – Isu seputar konflik Israel dan Palestina masih menjadi salah satu topik hangat di dunia, bahkan merambah hingga ke olahraga sepak bola.
Pemain yang mempertotonkan sikap politiknya terkait konflik tersebut sebenarnya tidak memiliki konsekuensi signifikan terhadap sepak bola.
Namun, tetap dikenakan denda karena karena dinilai melakukan tindakan disipliner.
Tapi hal ini tetap menimbulkan pertanyaan tentang konsistensi badan pengatur dalam menangani ekspresi politik dalam olahraga, yang kerap menerapkan standar ganda.
Baru baru ini kasus serupa terjadi dalam ajang Piala Asia 2023 yang kini sedang digelar di Qatar.
Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) pada Jumat (19/1/2024) menjatuhkan denda 1.500 dolar AS (Rp23,4 jutaan) terhadap pemain Tim Nasional Yordania, Mahmoud Mardi.
Denda dijatuhkan lantaran Mardi meunjukkan slogan pro-Palestina saat laga melawan Malaysia pada penyisihan Grup E Piala Asia 2023, 15 Januari 2024 lalu.
Setelah Mardi mencetak gol ketiga Yordania dalam laga tersebut pada menit ke-32, ia mengangkat jersey-nya.
Tampak kaus putih di balik jersey tersebut memperlihatkan slogan “The cause of the honourable”, mengacu pada perjuangan Palestina.
Asosiasi Sepak Bola Yordania (JFA) mengakui telah menerima sanksi denda tersebut, dan menegaskan bahwa hukuman pemainnya murni bersifat finansial.
Penampilan Yordania dalam pertandingan tersebut sangat luar biasa, mendominasi Malaysia dengan kemenangan 4-0 dan mengamankan tiga poin penting pada babak penyisihan grup.
Pertunjukan solidaritas seperti itu tidak hanya terjadi di dunia sepak bola, di mana para pemain sering menggunakan platform mereka untuk mengekspresikan pandangan politik dan sosial.
Sejak 7 Oktober 2023, ada beberapa contoh pesepakbola yang menghadapi konsekuensi karena mengungkapkan sentimen pro-Palestina.
Pemain internasional Aljazair Youcef Atal, yang bermain untuk klub Ligue 1 Prancis Nice, diskors setelah berbagi postingan media sosial yang mendukung Gaza.
Postingan tersebut, yang segera dihapus, memicu permintaan maaf dari Atal, namun Nice segera mengambil tindakan disipliner terhadapnya.
Demikian pula dengan Anwar El Ghazi, yang bermain untuk klub Bundesliga Mainz, diskors karena menunjukkan sikap pro-Palestina.
Meski tidak diselidiki, Mainz menjauhkan diri dari isi postingannya.
Sebaliknya, ada beberapa contoh pesepak bola dan tim olahraga menyatakan dukungannya kepada Israel tanpa menghadapi dampak maupun hukuman yang signifikan.
Misalnya, pemain internasional Israel, Eran Zahavi, yang membela PSV Eindhoven.
Zahavi menanggapi sikap pro-Palestina yang dilakukan pemain Manchester United, Paul Pogba dan Amad, dengan mengedit gambar untuk menyertakan bendera Israel.
Sedangkan rekannya, striker Israel Tomer Hemed, yang bermain untuk Wellington Phoenix dari Selandia Baru, sempat menghadapi tekanan.
Tetapi tidak ada hukuman formal setelah ia merayakan gol dengan membungkus dirinya dengan bendera Israel dan memasang yarmulke di kepalanya selama pertandingan.