SKOR.id – Pengurus Besar Taekwondo Indonesia (PBTI) untuk kali pertama menggelar Diklat Wasit Nasional khusus bagi atlet para taekwondo di Hotel UNY, Yogyakarta pada Sabtu (22/7/2023).
Peserta yang mengikuti kegiatan diklat ini adalah atlet penyandang disabilitas untuk kategori disiplin kyorugi tarung.
Acara yang berlangsung hingga Minggu (23/7/2023) itu dibuka oleh Ketua Harian PBTI, Anthony M Siregar.
Selain dihadiri oleh jajaran pengurus PBTI, pembukaan juga dihadiri sejumlah praktisi taekwondo dan pengurus daerah, antara lain ketua pengurus daerah TI Yogyakarta, Rudy Koeshardijanto dan para instruktur serta pelatih.
Diklat Wasit Nasional diikuti oleh 150 peserta dari 20 provinsi di Indonesia. Nantinya, mereka mendapatkan berbagai materi terkait dengan Standard of Rules Word Taekwondo Federation (WTF) tentang peraturan perwasitan khusus Para.
Antara lain Competition Rules for Para, Referee Guideline, Classification, Handsignal, Game Simulation, Scoring dan Physical Test.
Dalam sambutannya, Anthony menyampaikan bahwa digelarnya Diklat Wasit Nasional untuk menunjukkan keseriusan PBTI yang ingin melihat atlet para taekwondo berkembang dan makin meningkat prestasinya.
Apalagi, cabang olahraga para taekwondo juga sudah dipertandingkan resmi di multievent seperti ASEAN Para Games, Asian Para Games hingga Paralimpiade.
“Ini bukti keseriusan kita seperti yang diamanahkan seluruh Pengprov TI dalam Rakernas beberapa waktu lalu terkait mulai di kelolanya potensi dan pembinaan prestasi taekwondo para secara serius,” ujar Anthony.
Lebih lanjut, Diklat Wasit Nasional digelar untuk menyambut event-event kejuaraan bagi atlet para taekwondo. Baik yang nantinya menjadi kalender resmi PBTI dalam bentuk kejuaraan nasional dan kejuaraan wilayah, maupun yang menjadi kalender program kerja Pengprov TI dalam bentuk open tournament.
Menurut Antony, event-event tersebut bisa dilaksanakan jika sudah memiliki wasit yang siap memimpin pertandingan.
Sementara itu Ketua Umum PBTI Letjen, H.M Thamrin Marzuki mengucapkan apresiasinya kepada seluruh peserta dan khususnya para instruktur dan narasumber diklat ini.
Thamrin Marzuki menyampaikan bahwa tanpa transformasi keilmuan yang pernah diikuti oleh para narasumber dalam diklat wasit internasional, pembinaan dan pengembangan prestasi para taekwondo di Indonesia tidak akan bisa berkembang maksimal, karena tidak adanya kejuaraan atau pertandingan resmi yang bisa menjadi tolak ukur prestasi mereka.
“Keberadaan wasit menjadi salah satu parameter penting dari kejuaraan atau pertandingan taekwondo yang sesuai dengan standar resmi kompetisi,” kata Ketua Umum PBTI.
“Dengan adanya diklat ini, harapan akan ada kejuaraan yang rutin digelar tentunya akan terwujud, sehingga akan berdampak positif bagi skill, teknik, mental dan pengalaman bertanding atlet para itu sendiri,” lanjutnya.
Thamrin Marzuki juga meminta seluruh peserta untuk serius belajar agar semua materi bisa dipahami, dimengerti, dan dipraktekkan.
Karena materi dan ilmu yang mereka dapatkan selama diklat, akan dipertanggung jawabkan untuk ditransfer ke daerah asal peserta sampai nantinya ada Diklat Wasit Daerah yang digelar oleh masing-masing Pengprov.