SKOR.id – Setiap tahun, tanggal 11 April diperingati sebagai Hari Parkinson Sedunia. Pertanyaannya, apakah Anda tahu apa itu Parkinson? Untuk memperingati Hari Parkinson Sedunia, Skor.id mencoba mengulasnya dari berbagai sumber.
Parkinson adalah salah satu penyakit yang menyerang fungsi otak. Penyakit pada sistem saraf ini mengganggu kemampuan tubuh dalam mengontrol gerakan dan keseimbangan tubuh.
Meskipun hampir semua orang berisiko terkena Parkinson, beberapa studi penelitian menunjukkan penyakit ini lebih banyak menyerang pria daripada wanita. Tidak jelas mengapa, tetapi penelitian terus dilakukan untuk memahami faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang.
Satu risiko yang jelas adalah usia. Meskipun kebanyakan penderita Parkinson merasakan awal penyakit ini setelah berusia 60 tahun, ternyata sekitar 5% hingga 10% mengalami serangan sebelum usia 50 tahun.
Bentuk awal Parkinson sering, tetapi tidak selalu, diwariskan. Namun, beberapa bentuk telah dikaitkan dengan perubahan spesifik dalam gen. Sejumlah penelitian menunjukkan, Parkinson diderita sekira 10 juta orang di seluruh dunia.
Apa Penyebab Parkinson?
Tanda dan gejala penyakit Parkinson yang paling menonjol terjadi ketika sel saraf di basal ganglia, area otak yang mengontrol gerakan, menjadi rusak dan/atau mati. Biasanya, sel-sel saraf ini, atau neuron, menghasilkan zat kimia otak penting yang dikenal sebagai dopamin.
Ketika neuron mati atau terganggu, mereka menghasilkan lebih sedikit dopamin, yang menyebabkan masalah gerakan yang terkait dengan penyakit. Ilmuwan masih belum mengetahui apa yang menyebabkan neuron mati.
Orang dengan penyakit Parkinson juga kehilangan ujung saraf yang menghasilkan norepinefrin, pembawa pesan kimia utama dari sistem saraf simpatik, yang mengontrol banyak fungsi tubuh, seperti detak jantung dan tekanan darah.
Hilangnya norepinefrin mungkin membantu menjelaskan beberapa fitur non-gerakan Parkinson seperti: kelelahan, tekanan darah tidak teratur, penurunan pergerakan makanan melalui saluran pencernaan, dan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba saat seseorang berdiri dari posisi duduk atau berbaring.
Banyak sel otak penderita penyakit Parkinson mengandung Lewy bodies, gumpalan protein alpha-synuclein yang tidak biasa. Para ilmuwan mencoba untuk lebih memahami fungsi normal dan abnormal dari alpha-synuclein dan hubungannya dengan varian genetik yang berdampak pada demensia tubuh Parkinson dan Lewy (LBD).
Beberapa kasus Parkinson tampaknya bersifat turun-temurun, dan beberapa kasus dapat ditelusuri ke varian genetik tertentu. Sementara genetika dianggap berperan dalam Parkinson, dalam banyak kasus penyakit ini tampaknya tidak diturunkan dalam keluarga.
Banyak peneliti sekarang percaya bahwa Parkinson dihasilkan dari kombinasi faktor genetik dan lingkungan, seperti paparan racun.
Tanda-tanda Parkinson
Parkinson memiliki empat gejala utama, yaitu:
- Tremor (getaran tidak disengaja) pada tangan, lengan, kaki, rahang, atau kepala
- Kekakuan otot (rigiditas), ketika otot tetap berkontraksi untuk waktu yang lama
- Gerakan yang melambat (bradikinesia)
- Gangguan keseimbangan dan koordinasi, terkadang menyebabkan penderita jatuh
Sejumlah gejala lain yang mungkin muncul di antaranya:
- Depresi dan perubahan emosional lainnya
- Kesulitan menelan, mengunyah, dan berbicara
- Masalah kencing atau sembelit
- Problem pada kulit
Gejala Parkinson dan tingkat perkembangannya berbeda di antara individu. Gejala awal penyakit ini tidak kentara dan terjadi secara bertahap. Misalnya, orang mungkin merasakan getaran ringan atau kesulitan bangun dari kursi. Mereka mungkin memperhatikan bahwa mereka berbicara terlalu pelan, atau tulisan tangan mereka lambat dan terlihat kaku atau kecil.
Teman atau anggota keluarga mungkin menjadi orang pertama yang memperhatikan perubahan pada seseorang dengan Parkinson dini. Mereka mungkin melihat bahwa wajah orang tersebut kurang ekspresi dan animasi, atau orang tersebut tidak menggerakkan lengan atau kakinya secara normal.
Diagnosis Penyakit Parkinson
Saat ini tidak ada tes darah atau laboratorium untuk mendiagnosis kasus Parkinson non-genetik. Dokter biasanya mendiagnosis penyakit dengan mengambil riwayat kesehatan seseorang dan melakukan pemeriksaan neurologis. Jika gejala membaik setelah mulai minum obat, itu merupakan indikator lain bahwa orang tersebut menderita Parkinson.
Sejumlah gangguan dapat menyebabkan gejala yang mirip dengan penyakit Parkinson. Orang dengan gejala mirip Parkinson yang diakibatkan oleh penyebab lain, seperti atrofi sistem multipel dan demensia dengan Lewy body, terkadang dikatakan menderita parkinsonisme.
Sementara gangguan ini pada awalnya mungkin salah diagnosis sebagai Parkinson, tes medis tertentu serta respons terhadap pengobatan obat dapat membantu mengevaluasi penyebabnya dengan lebih baik.
Banyak penyakit lain yang memiliki ciri serupa Parkinson tetapi membutuhkan perawatan yang berbeda. Jadi, penting untuk mendapatkan diagnosis yang akurat sesegera mungkin.
Perawatan untuk Penyakit Parkinson
Meskipun hingga kini belum ada obat yang benar-benar ampuh untuk penyakit Parkinson, obat-obatan, perawatan bedah, dan terapi lainnya seringkali dapat meredakan beberapa gejala.
Obat-obatan dapat membantu mengobati gejala Parkinson dengan cara:
- Meningkatkan kadar dopamin di otak
- Memiliki efek pada bahan kimia otak lainnya, seperti neurotransmiter, yang mentransfer informasi antar sel otak
- Membantu mengontrol gejala non-gerakan
Terapi utama untuk Parkinson adalah levodopa. Sel saraf menggunakan levodopa untuk membuat dopamin untuk mengisi kembali pasokan otak yang semakin berkurang.
Biasanya, orang mengonsumsi levodopa bersamaan dengan obat lain yang disebut carbidopa. Carbidopa mencegah atau mengurangi beberapa efek samping terapi levodopa – seperti mual, muntah, tekanan darah rendah, dan kegelisahan – dan mengurangi jumlah levodopa yang dibutuhkan untuk memperbaiki gejala.
Penderita Parkinson tidak boleh berhenti minum levodopa tanpa memberi tahu dokter mereka. Menghentikan obat secara tiba-tiba dapat menimbulkan efek samping yang serius, seperti tidak dapat bergerak atau kesulitan bernapas.
Dokter mungkin meresepkan obat lain untuk mengatasi gejala Parkinson, termasuk:
- Agonis dopamin untuk merangsang produksi dopamin di otak
- Penghambat enzim (misalnya, penghambat MAO-B, penghambat COMT) untuk meningkatkan jumlah dopamin dengan memperlambat enzim yang memecah dopamin di otak
- Amantadine untuk membantu mengurangi gerakan tak sadar
- Obat antikolinergik untuk mengurangi tremor dan kekakuan otot
Stimulasi Otak Dalam
Untuk penderita Parkinson yang tidak merespons pengobatan dengan baik, dokter dapat merekomendasikan stimulasi otak dalam.
Selama prosedur pembedahan, dokter menanamkan elektroda ke bagian otak dan menghubungkannya ke perangkat listrik kecil yang ditanamkan di dada.
Perangkat dan elektroda tanpa rasa sakit merangsang area tertentu di otak yang mengontrol gerakan dengan cara yang dapat membantu menghentikan banyak gejala terkait gerakan Parkinson, seperti tremor, gerakan lambat, dan kekakuan.
Terapi-terapi Lainnya
Sejumlah terapi lain juga diketahui mampu membantu mengelola gejala Parkinson meliputi:
- Terapi fisik, okupasi, dan wicara, yang dapat membantu mengatasi gangguan gaya berjalan dan suara, tremor dan kekakuan, serta penurunan fungsi mental
- Diet sehat untuk mendukung kesehatan secara keseluruhan
- Latihan untuk memperkuat otot dan meningkatkan keseimbangan, fleksibilitas, dan koordinasi
- Terapi pijat untuk mengurangi ketegangan
- Yoga dan tai chi untuk meningkatkan peregangan dan fleksibilitas
Pencegahan dan Dukungan untuk Penderita Parkinson
Hingga saat ini belum diketahui secara pasti cara mencegah penyakit Parkinson. Namun, ada cara-cara yang dapat dilakukan untuk mencegah perburukan kondisi penderita, misalnya dengan rutin berolahraga, mengonsumsi makanan sehat, dan melakukan senam otak.
Karena perkembangan Parkinson biasanya lambat, pada akhirnya rutinitas sehari-hari seseorang mungkin akan terpengaruh. Kegiatan seperti bekerja, mengurus rumah, dan berpartisipasi dalam kegiatan sosial bersama teman mungkin menjadi tantangan.
Mengalami perubahan-perubahan ini bisa jadi sulit. Namun, kelompok pendukung dapat membantu orang mengatasinya. Grup ini dapat memberikan informasi, saran, dan koneksi ke sumber daya bagi mereka yang hidup dengan penyakit Parkinson, keluarga, dan pengasuh mereka.