- Ketum NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari menilai peta persaingan di Olimpiade Tokyo banyak mengalami perubahan karena dampak pandemi Covid-19.
- Raja Sapta Oktohari mengatakan bukan hanya Indonesia saja yang tak bisa mencapai target peringkat, tetapi banyak negara unggulan yang gagal memperbaiki posisinya di Olimpiade Tokyo.
- Jika melihat peta kekuatan Asia Tenggara di Olimpiade Tokyo, Indonesia berada di ranking kedua setelah Filipina.
SKOR.id - Ketua Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia), Raja Sapta Oktohari menilai peta persaingan di Olimpiade Tokyo mengalami perubahan.
Menurutnya kodisi tersebut dikarenakan banyak faktor yang terjadi selama masa pandemi Covid-19.
Indonesia menutup penampilan di Olimpiade Tokyo dengan menempati posisi 55 dengan koleksi 5 medali, yaitu 1 emas, 1 perak, dan 3 perunggu.
Jika dilihat secara ranking, posisi Indonesia turun 9 peringkat dibanding Olimpiade 2016 Rio de Janeiro kala Indonesia mendapatkan 1 medali emas dan 2 perak.
Hi Skorer, jangan lupa untuk segera download app Skor.id biar enggak ketinggalan update dan bisa meraih banyak hadiah menarik.
“Jika melihat peta kekuatan Asia Tenggara, Indonesia berada di ranking dua setelah Filipina. Tapi, Indonesia memiliki potensi kenaikan posisi medali dari cabang olahraga angkat besi," ucap Okto, Senin (9/8/2021).
"Perunggu Windy Cantika Aisyah (kelas 49kg putri) berpotensi naik menjadi perak apabila peraih medali emas (asal China, Hou Zhihui) bisa dibuktikan doping,” katanya.
Okto menambahkan Olimpiade di masa Covid-19 saat ini membuat peta persaingan berubah. Okto menjelaskanada sebanyak 93 (45,15%) negara dari 206 peserta yang berhasil memperoleh medali. Artinya, ada peningkatan 7 negara (3,6%) dibanding Olimpiade Rio.
Selain itu, dijelaskan Okto, ada 17 negara yang mendapatkan lompatan tajam dari Olimpide Rio. Seperti, Norwegia yang menempati ranking 20 di Tokyo dibanding sebelumnya 74 di Rio.
Ada juga, Bułgaria mendapat posisi ke 30 di Tokyo, tetapi ranking 66 di Rio dan Chinese Taipe berada di peringkat 50 di Rio, 34 di Tokyo.
Sementara itu, ada juga negara-negara yang sebelumnya tanpa medali di Rio, tetapi kini menempati posisi tengah, seperti Uganda (36), Ekuador (38), dan Hong Kong (49).
“Tapi ada juga yang mengalami penurunan, seperti Argentina yang sebelumnya menempati ranking 27 di Rio kini berada di peringkat 72. Kazakhstan yang di Rio 22 kini di posisi 83, Kolombia di Rio 23 kini menempati 66, Bahrain sebelumnya 48 di Tokyo hanya mampu berada di ranking 77, hingga Thailand yang di Rio 35 kini 52,” ungkap Okto.
“Filipina dengan hasil 1 emas, 2 perak, dan 1 perunggu. Itu sebenarnya juga memiliki target 3 emas di Olimpiade Tokyo," ujarnya.
Terlepas dari itu, Okto mengatakan hasil Olimpiade Tokyo menjadi pembelajaran berharga bagi Indonesia.
Untuk itu, Okto meminta izin kepada Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali untuk bisa mengawal proses kualifikasi Olimpiade 2024 Paris.
Terlebih, tiga dari enam atlet peraih medali di Tokyo berusia kurang atau telah menginjak 23 tahun dan masih berpotensi tampil di Paris.
“Sebanyak 14 orang atlet Indonesia yang turun di ada 14 atau 50 persen ini berusia kurang atau sama dengan 23 tahun. Kemudian 21 atlet atau 75 persen secara usia masih mungkin tampil mengikuti kualifikasi menuju Paris. Seperti, Greysia Polii dan Eko Yuli Irawan,” katanya.
Sementara itu, Okto berterima kasih kepada Menpora Amali dan KBRI untuk Tokyo yang telah memberikan support kepada Kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo.
Follow dan subscribe akun media sosial Skor.id di Instagram, Facebook, Twitter, YouTube, LinkedIn, TikTok, dan Helo.
Terhenti di Fase Grup, Ganda Putri Australia Tetap Puas Tampil di Olimpiade Tokyo 2020 https://t.co/0kCkMo5KuI— SKOR.id (@skorindonesia) August 9, 2021
Berita Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo:
Leani Ratri Oktilia Berambisi Sumbang Emas di Paralimpiade Tokyo 2020