- Simulasi penanggulangan bencana alam diikuti 200 warga asing dan pendatang yang tinggal di Tokyo, Jepang.
- Ini upaya pembekalan publik jika topan atau gempa bumi terjadi saat Olimpiade dan Paralimpiade berlangsung.
- Penyelenggaraan simulasi penanggulangan bencana alam itu disambut positif para peserta.
SKOR.id – Enam bulan jelang bergulirnya Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020, pihak operator bersama pemerintah Jepang terus melakukan persiapan.
Termasuk menggelar simulasi penanggulangan bencana alam. Seperti diketahui, Jepang merupakan salah satu negara yang sangat rentan dilanda topan dan gempa bumi.
Jepang rata-rata mengalami 1.500 gempa per tahun. Para peneliti juga meyakini 70 persen kemungkinan gempa berskala besar menghantam Tokyo dalam rentang 30 tahun ke depan.
Karena itu simulasi diadakan. Selain para atlet dari seluruh dunia, Tokyo akan dibanjiri fan dan wisatawan dalam dan luar negeri yang ingin menyaksikan Olimpiade dan Paralimpiade.
Panitia pelaksana ingin membekali publik dengan langkah-langkah yang perlu dilakukan apabila topan atau gempa terjadi di tengah bergulirnya turnamen.
Simulasi penanggulangan bencana alam tersebut dilaksanakan di Musashino Forest Sports Plaza pada Selasa (28/1/2020) lalu.
Acara ini diikuti oleh 200 dari 570 ribu warga asing yang tinggal di Tokyo. Musashino Forest Sports Plaza akan menjadi venue bulu tangkis dan anggar Olimpiade.
Arena yang berada di kota Chofu, selatan Tokyo, ini juga bakal menjadi tempat berlangsungnya basket kursi roda (wheelchair basketball) Paralimpiade.
Selain mengikuti simulasi gempa bumi, setiap peserta juga diberikan pembekalan tentang cara penggunaan alat pemadam kebakaran.
Mereka diajari berjalan melalui ruangan penuh asap, menghubungi polisi dalam kondisi darurat. Bahkan, juga latihan mengatasi rasa panik.
Simulasi penanggulangan bencana alam disambut baik para warga asing di Tokyo. Mereka mengikuti setiap arahan para mentor yang disiapkan operator dengan saksama.
Baca Juga: Wuhan, Kota Olahraga Modern yang Kini Berduka
“Simulasi ini sangat membantu pendatang seperti saya karena warga Jepang telah diajarkan (langkah penanggulangan bencana alam) sejak kecil,” ujar Hoa Nguyen, salah satu peserta.
“Sementara banyak warga asing, seperti saya, tak tahu apa yang harus dilakukan apabila bencana terjadi,” lanjut mahasiswa asal Vietnam yang sudah setahun tinggal di Jepang itu.
Lebih dari 30 penerjemah, yang fasih berbicara dalam enam bahasa, diturunkan untuk membantu para peserta yang berasal dari 44 negara.
“Usaha luar biasa dari operator, pemerintah daerah (Tokyo) dan pusat (Jepang) bekerja sama menyiapkan antisipasi menghadapi kemungkinan terburuk,” kata duta besar Nikaragua untuk Jepang, Rodrigo Coronel.
Ini bukan kali pertama simulasi penanggulangan bencana diadakan. Tahun lalu, panitia Olimpiade dan Paralimpiade juga menggelar acara serupa di Ariake Gymnastic Centre.
Mereka menggelar simulasi gempa bumi di venue baru yang dibangun khusus untuk Olimpiade tersebut. Operator berkaca dari pengalaman Piala Dunia Rugbi 2019 di Jepang.
Tiga pertandingan terpaksa dibatalkan karena topan Hagibis melanda, Oktober tahun lalu. Bencana yang sama juga membuat sesi latihan dan kualifikasi Grand Prix Formula 1 (F1) Jepang tertunda.