- Masa depan Olimpiade Musim Dingin terancam oleh pemanasan global yang membuat iklim di sejumlah wilayah meningkat.
- Lindsey Vonn hingga Taylor Gold pun telah mengungkap kekhawatiran yang sudah seharusnya jadi perhatian bersama.
- Penelitan menyebut pada 2050 nanti hanya 10 dari 19 tuan rumah Olimpiade Musim Dingin terakhir yang masih punya iklim layak untuk kompetisi.
SKOR.id - Olimpiade Musim Dingin edisi ke-24 resmi dibuka di Stadion Nasional Beijing, Cina pada Jumat (4/2/2022).
Sesuai namanya, ajang ini mempertandingan cabang olahraga yang jamak dimainkan di wilayah dengan musim dingin sehingga identik dengan salju maupun es.
Mirisnya, penyelenggaraan Olimpiade Musim Dingin dalam beberapa tahun terakhir mulai terancam dengan pemanasan global.
Kenaikan suhu bumi membuat es di sejumlah wilayah mulai mencair begitu juga dengan intensitas salju yang turun.
Fenomena ini memaksa negara tuan rumah Olimpiade Musim Dingin menggunakan es maupun salju buatan untuk membuat arena pertandingan. Hal ini pun terjadi di Beijing 2022.
Dikutip dari EuroNews, pihak penyelenggara telah mengoperasikan 290 mesin pembuat salju sejak Desember 2021 yang salah satunya untuk lereng di Resor Ski Yanqing.
Situasi ini jelas menimbulkan keprihatinan bagi sejumlah pihak, terutama para pegiat olahraga musim dingin. Salah satunya adalah Lindsey Vonn.
Mantan atlet ski downhill yang pensiun pada Februari 2019 itu jadi salah satu yang merasakan langsung dampak pemanasan global terhadap olahraga musim dingin.
"Anda bisa pergi ke Amerika Selatan tempat kami biasa berlatih setiap musim panas tetapi di sana tak turun salju selama beberapa tahun terakhir," kata perempuan 37 tahun itu.
"Kami selalu mencari tempat di mana ada salju (untuk berlatih) tetapi makin sulit untuk ditemukan."
Kompatriot Lindsey Vonn, Taylor Gold, punya kekhawatiran yang sama. Ia sedih mengetahui bahwa kelanjutan kompetisi olahraga musim dingin sedang terancam pemanasan global.
"Saya sedih mengetahui bahwa kita membutuhkan begitu banyak salju buatan untuk mempertahankan olahraga musim dingin," ujar atlet snowboard 28 tahun tersebut.
"Meski halfpipe (arena berbentuk separuh tabung mendatar) biasanya terbuat dari salju buatan, tetap saja itu membutuhkan suhu yang sangat dingin (agar tak cepat meleleh)."
Pada Olimpiade Sochi 2014, Taylor Gold pernah berkompetisi dengan kondisi halfpipe yang meleleh dan tak ideal meski sudah disemprot cairan kimia.
Kekhawatiran dua pelaku olahraga musim dingin di atas sudah seharusnya turut jadi perhatian berbagai pihak.
Terlebih para ahli menyatakan pada 2050 nanti hanya ada 10 dari 19 tuan rumah Olimpiade Musim Dingin terakhir yang masih punya iklim layak untuk olahraga musim dingin.
"Ancaman terbesar yang dihadapi daerah pegunungan yang dingin ini adalah iklim yang memanas," kata Tessa Garte, kandida PhD dari University of Colorado-Boulder.
"Banyak dari kota mantan tuan rumah Olimpiade Musim Dingin yang (iklimnya) jadi sangat hangat dengan cepat."
"Fenomena ini jelas menimbulkan konsekuensi besar untuk Olimpiade (Musim Dingin), serta ekonomi, iklim, dan cuaca lokal," ujarnya memungkasi.
Berita Olahraga Lainnya:
Olimpiade Musim Dingin 2022 Resmi Dibuka, Tuan Rumah Cina Masih Banjir Kecaman
Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022: Salju di Semua Venue Es 100 Persen Buatan