SKOR.id – False start adalah mimpi buruk setiap atlet panjat tebing nomor speed dalam setiap kompetisi. Dan, itu menimpa Rahmad Adi Mulyono saat bertanding di Olimpiade Paris 2024.
Wakil Indonesia tersebut melakukan false start di Lane A pada pemanjatan keduanya dalam sesi kualifikasi pemeringkatan (seeding). Alhasil, ini membuatnya menempati posisi buncit dari 14 atlet yang bertanding.
Berada di urutan ke-14 membuat Rahmad harus bertemu seniornya, Veddriq Leonardo, yang finis sebagai seeding pertama, di babak kualifikasi eliminasi heat.
Dalam sesi tersebut, ia kalah cepat. Veddriq mencatatkan waktu 4,98 detik, unggul 0,15 detik atas sang kompatriot. Hasil ini membuat Rahmad harus menunggu hasil tujuh heat lainnya.
Karena tersedia satu slot di perempat final untuk lucky loser alias pemanjat dengan catatan waktu terbaik selama kualifikasi tetapi kalah dalam eliminasi heat.
Namun, setelah seluruh eliminasi heat selesai, Rahmad Adi Mulyono harus terima pil pahit karena gagal menyusul Veddriq Leonardo ke semifinal.
Catatan waktu terbaik atlet panjat tebing asal Surabaya, Jawa Timur ini, yang dicatatkan pada pemanjatan pertama, yakni 5,07 detik, kalah tipis dari Reza Alipour.
Torehan Rahmad terpaut hanya 0,01 detik dari wakil Iran tersebut, yang membukukan 5,06 detik di Lane A dalam kualifikasi seeding. Alhasil, slot lucky loser pun diberikan untuk Alipour.
Setelah tersingkir, Rahmad menyebut false start yang dialaminya di pemanjatan kedua membuat dirinya tak bisa memperbaiki catatan waktunya sehingga memperkecil kans ke babak delapan besar speed putra.
“Ya kecewa, tadi saya terlalu menggebu-gebu. Kalau tidak false start harusnya bisa (lolos). Tapi namanya speed, kalau tidak kepeleset ya false start,” kata Rahmad, dikutip dari rilis NOC Indonesia.
Lantas, apa yang dimaksud dengan false start dalam nomor speed panjat tebing? Bagi penonton awam, lombanya tampak cukup jelas. Siapa yang lebih cepat memanjat papan setinggi 15 meter, dia yang menang.
Itu seperti lomba lari di lintasan vertikal. Namun ada aturan false start. Atlet dinyatakan melakukan start yang salah (false start) ketika ia mulai memanjat kurang dari 0,1 detik setelah buzzer ketiga berbunyi.
False start lazim terjadi dalam speed climbing karena atlet bereaksi terlalu cepat setelah bunyi buzzer atau sinyal start. Secara teori, mustahil memiliki waktu reaksi kurang dari 0,1 detik, jadi mulai memanjat dalam rentang waktu ini dianggap false start.
Jika pemanjat yang berkompetisi di nomor speed melakukan false start, maka ia otomatis akan menempati posisi terakhir, meski pada pemanjatan sebelum atau sesudahnya mencatatkan waktu lebih baik dari rival.
Regulasi false start diterapkan sebab di masa lalu para pemanjat kadang sengaja melakukannya sebagai upaya mengecoh lawannya selama babak knockout. Untuk mengantisipasi itu terjadi, false start dilarang.
Sekarang false start adalah hal terburuk yang bisa dialami seorang pemanjat nomor speed. Itu terjadi pada Rahmad. Dan, ini bukan yang pertama menimpa atlet 23 tahun tersebut di event besar dalam kariernya.
Sebelum Olimpiade 2024, false start juga dialami Rahmad Adi Mulyono saat tampil dalam final speed relay putra Asian Games 2022 bersama Veddriq Leonardo dan Kiromal Katibin yang berlangsung di Hangzhou, Cina, Oktober tahun lalu.