SKOR.id – Liam Lawson akan membalap untuk salah satu tim kuat Red Bull Racing sekaligus menjadi rekan setim empat kali juara dunia Formula 1 Max Verstappen pada 2025. Sebuah pekerjaan yang sangat berat.
Namun, manajemen Red Bull meyakini pemuda asal Selandia Baru itu akan mampu menghadapi tekanan besar yang dibebankan. Karena itu mereka memilih Lawson alih-alih mempromosikan Yuki Tsunoda.
Secara pengalaman, Tsunoda unggul. Ia telah bersaing di grid F1 sejak 2021 bersama sister team Red Bull, Racing Bulls. Pun begitu Lawson dinilai memiliki sikap dan kemampuan mengatasi tekanan yang lebih baik.
“Liam sudah membuktikan dia seorang pembalap yang sangat tangguh. Dia tidak segan bertarung dengan nama-nama besar seperti (Fernando) Alonso, (Lewis) Hamilton, juga dengan (Sergio) Perez,” ujar Helmut Marko, penasihat Red Bull.
Liam Lawson pertama kali mendapatkan kesempatan tampil di F1 pada 2023. Ia turun dalam lima Grand Prix untuk menggantikan Daniel Ricciardo yang cedera di AlphaTauri (Racing Bulls).
Tahun ini, Lawson kembali membalap untuk RB di sisa enam GP F1 2024 setelah Ricciardo didepak usai race di Singapura. Ia menutup musim dengan raihan 4 poin, berkat dua kali finis P9 di Austin dan Sao Paulo.
Prinsipal Tim Red Bull Christian Horner mengakui Liam Lawson akan menanggung tugas yang berat sebagai pembalap mereka. Ia diharapkan dapat mengisi peran pendukung sebagai tandem Max Verstappen.
Red Bull memang tidak menargetkan Lawson untuk mengalahkan Verstappen, sebab itu hal yang terlalu sulit bagi semua pembalap di grid F1 saat ini, terlebih pendatang baru sepertinya.
“Liam mempunyai karakter yang tepat untuk mengatasi tekanan menjadi rekan setim Max dan ekspektasi terhadapnya sangat jelas. Dia tidak diminta mengalahkan Max,” Horner menuturkan dikutip dari talkSPORT.
“Tetapi obyektif Liam adalah untuk bisa sedekat mungkin (dengan Verstappen) dan meraih poin sebanyak-banyaknya sehingga kami tidak mengalami defisit 285 poin di antara kedua mobil.”
Lebih lanjut Christian Horner mengibaratkan komposisi pembalap Red Bul di Formula 1 seperti sepak bola. Kehadiran Lawson sebagai rekan Verstappen membawa perspektif berbeda untuk memperkuat tim.
“Jika Anda menyamakannya dengan sepak bola, Anda tidak bisa memiliki dua penyerang (elite) sekaligus. Anda harus punya kekuatan dan kedalaman tim,” Horner menjelaskan.
“Ferrari misalnya, tahun depan punya dua pembalap yang akan bersaing satu sama lain (Lewis Hamilton dan Charles Leclerc). Anda harus mendukung keduanya, tetapi kadang itu menimbulkan perpecahan di dalam tim.”
“Saya pikir Liam, dengan pengalamannya, ada di sana untuk memberikan kekuatan itu secara mendalam pada apa yang kami butuhkan dari perspektif teknis, perspektif taktis, karena tahun depan akan sulit.”
Meski tidak harus mengalahkan Max Verstappen, Liam Lawson tentu dituntut bisa membayar kepercayaan Red Bull musim depan. Performa konsisten dalam balapan maupun kualifikasi merupakan harga mati.
“Jadi sekarang, dia telah mendapatkan satu musim penuh, dia harus membuktikan mampu meningkatkan penampilannya. Kita akan melihat seberapa besar progres yang dapat dibuatnya,” kata Helmut Marko.