SKOR.id – Dorna Sports sudah sukses berperan sebagai pemegang hak komersial dan penyelenggaraan Kejuaraan Dunia MotoGP sejak 1992. Dan, selama 33 tahun ini, Dorna berhasil menambah jumlah sirkuit baru dalam kalender balapnya.
Pada musim 2013, Circuit of The Americas (COTA) di Austin, Texas, Amerika Serikat, masuk kalender MotoGP. GP Argentina kembali pada 2014 dan untuk kali pertama digelar di Las Termas de Rio Hondo yang berjarak 1.150 km dari Buenos Aires, ibukota Argentina.
GP Austria di Spielber juga kembali ke kalender MotoGP pada 2016, perdana dalam 19 tahun. Di Asia Tenggara, Buriram menjadi tuan rumah saat debut GP Thailand pada 2018. Sedangkan Sirkuit Mandalika menggelar GP Indonesia mulai 2022, menandai kembalinya MotoGP setelah absen usai 1997.
Pun begitu, dalam 10 tahun terakhir, sejumlah rencana untuk venue baru MotoGP justru berakhir dengan kegagalan. Mengapa itu bisa terjadi?
Skor.id akan coba membahasnya secara detail dalam Skor Special edisi kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).
Politik, Pembuat Sirkuit, dan Promotor Tidak Kredibel
Sejumlah faktor diketahui menjadi penyebab Dorna gagal menggelar Grand Prix baru di satu negara. Tidak sedikit manajer di Dorna yang diketahui terlalu mudah percaya, selain terbuai oleh para pembuat sirkuit dan promotor yang kredibilitasnya meragukan.
Tidak jarang para politisi terkenal juga terlibat. Sebelum pemilihan umum, mereka menjanjikan sesuatu yang luar biasa terkait tersedianya sirkuit dan terselenggaranya Grand Prix. Lalu, begitu tidak terpilih, mereka dengan enteng melepas tanggung jawab.
Salah satu contoh dramatis sekaligus memalukan adalah ketika Dorna menyepakati kontrak lima tahun di Inggris Raya menyusul rencana pembangunan Circuit of Wales di sebelah utara Ebbw Vale yang seharusnya sudah bisa dipakai pada 2015.
Pembangunan sirkuit saat itu rencananya didanai oleh investor swasta dan didukung Pemerintah Wales. Namun setelah sejumlah perhitungan, Pemerintah Wales tidak bisa menjamin dukungan 100 persen pembangunan sirkuit karena risiko ekonominya terlalu besar dan ada “pertanyaan penting seputar kelayakan proyek”.
Para bos di Heads of Valleys Development Company—termasuk Michael Carrick selaku CEO—sebagai pengembang, tidak berhasil meyakinkan Aviva (perusahaan asuransi besar di Inggris Raya) dan Pemerintah Wales untuk mendapatkan dukungan finansial.
Saat itu, Dorna sudah mengumumkan bila mulai 2015 GP Inggris digelar di Sirkuit Wales. Namun begitu, saat Carrick dan para rekanannya mengumumkan trek baru siap pada 2016, GP Inggris pun siap dipindah ke Donington Park hanya untuk tahun 2015. Tetapi, Donington tak sanggup dari sisi finansial hingga akhirnya GP Inggris dilangsungkan dengan menyewa Sirkuit Silverstone.
Di Inggris, para pakar menyebut kejuaraan dunia harus digelar di Silverstone lagi pada 2016 dan 2017. Pada 2017, Carrick mengalami kebangkrutan sehingga Dorna harus menggandeng Silverstone dan perjanjian mereka berlaku sampai tahun 2026.
“Proyek ini (pembangunan sirkuit dan gelaran Grand Prix) memerlukan total anggaran 410 juta euro. Anda bisa membeli sebuah negara di Afrika dengan uang sebesar itu,” ujar Chris Herring, Direktur Sirkuit Wales, pada 2016, kepada GPOne.com.
Para Investor yang Meragukan
Sejatinya bukan satu-dua kali Dorna mengalami hal seperti kasus Sirkuit Wales. Sekira 15 tahun silam, Dorna juga gagal menggelar GP Hungaria. Saat itu sejumlah investor Spanyol ingin membangun Sirkuit Balaton Park di dataran rendah Danau Balaton, Hungaria.
Grand Prix rencananya akan digelar pada 20 September 2009. Gabor Talmacsi, juara dunia kelas 125cc (kini Moto3) 2007, diplot sebagai ikon. Ia bahkan sempat menggeber Aprilia 250 milik Tim Aspar di Sirkuit Balaton Park yang saat itu baru jadi.
Namun, venue balap di Balaton tidak bisa disesuaikan dengan rencana karena sejumlah masalah, utamanya usai gempa bumi melanda daerah itu. Beruntung, musim ini GP Hungaria di Sirkuit Balaton Park berhasil masuk kalender MotoGP.
Rencana Dorna menggelar Gran Prix MotoGP di Sirkuit Crimea juga kandas. Padahal, trek di Semenanjung Crimea, wilayah milik Ukraina yang dianeksasi Rusia pada awal 2014 itu sudah jadi dan bahkan sudah diiklankan Tim Gresini Moto2.
Sayangnya, uang dari para investor saat itu tidak cukup untuk membangun infrastruktur sesuai standar Grand Prix.
Dorna juga harus membatalkan kontrak dan letter of intent untuk MotoGP dengan promotor lokal potensial di Bulgaria dan Singapura, yang sirkuitnya dibuat permanen di dekat bandara.
Di Bulgaria, mantan pembalap kelas 80cc yang lantas menjadi presiden negara itu, Bogdan Nikolov, bahkan terlibat langsung dalam pembangunan trek.
Bukan rahasia lagi jika pada calon promotor lokal itu hanya memerlukan kontrak dari Dorna untuk mencari uang. Faktanya, ujungnya sebagian besar proyek tak menghasilkan apa pun.
Lihat saja yang terjadi pada Cile, sekira sembilan tahun lalu. Bos Dorna, Carmelo Ezpeleta, dibuat kagum dengan para perencana Autodromo Internacional de Codegua di Cile.
Konstruksi diperkirakan menelan biaya 20 juta dolar AS. Panjang lintasan rencananya 4,6 km dengan lebar 13 meter, dan 16 meter di trek lurus start-finis.
Paddock memiliki luas hingga 45 ribu meter persegi dengan 36 ruangan VIP bakal diposisikan di atas area pit yang modern. Adapun luas area untuk restoran, toko-toko suvenir, dan teras untuk menonton mencapai 7.000 meter persegi.
Tetapi, MotoGP Cile yang rencananya digelar pada 2016 dan 2017 tidak pernah terwujud. Sedianya balapan di Cile dijadwalkan digelar setelah GP Argentina. Pemerintah Cile tidak mengizinkan karena belakangan terungkap Sirkuit Autodromo Internacional de Codegua dibangun secara ilegal.
Ekspansi ke Amerika Latin dan Asia Gagal
Upaya memperbanyak balapan MotoGP di Amerika Selatan dengan dukungan produsen dan pabrikan sepeda motor, juga belum bisa diwujudkan hingga saat ini.
Di sisi lain, Liberty Media yang kini memegang hak gelaran Formula 1, mampu mengembangkan tiga Grand Prix di Amerika Serikat dan masing-masing satu di Meksiko dan Brasil.
Rencana mengembalikan MotoGP ke Brasil dengan sirkuit baru di Goiania, atau memakai Sirkuit Ayrton Senna di Brasilia, juga gagal. Di Brasil, hanya Piala Dunia (sepak bola) dan Olimpiade yang menjadi prioritas. Selain itu, politisi korup juga kerap menghalangi satu proyek besar olahraga.
Upaya membangun sirkuit baru di Rio, di dekat stadion sepak bola, juga kandas. Seharusnya sudah jamak melihat Formula 1 dan MotoGP yang berstatus kejuaraan dunia, bisa menyambangi satu negara yang sama.
Di Meksiko, negosiasi juga sempat dilakukan dengan menganalisis apakah trek Formula 1 bisa dipakai untuk MotoGP. Idealnya, MotoGP sudah menggelar Grand Prix di Meksiko pada 2019 lalu. Tetapi, hal itu tak pernah terwujud.
Dorna juga membatalkan rencana menggelar balapan di Istanbul dan Shanghai karena menilai kurangnya antusias dari penonton dan para pelaku industri terkait.
Rencana menggelar MotoGP di Abu Dhabi juga batal karena para sheikh tidak begitu tertarik dan tak mau dipusingkan dengan menambah tingkat keamanan untuk ajang balap motor (selama ini mereka sudah cukup repot menggelar F1).
Situasi agak berbeda terjadi di Sirkuit Buddh, India. Karena pihak bea dan cukai India sempat tidak mampu memenuhi persyaratan dari Dorna dan IRTA (Asosiasi Tim-tim Balap MotoGP), balapan baru bisa digelar untuk pertama kalinya pada 2023 lalu.
Problem dengan bea dan cukai sudah bisa diatasi Pemerintah India. Namun, masalah rumitnya birokrasi di India menjadi kendala tidak hanya untuk pabrikan dan tim balap, tetapi juga para wartawan.
Itulah mengapa Dorna tidak lagi menggelar MotoGP di India setelah 2023, sama seperti yang terjadi dengan Formula 1, yang digelar antara 2011 sampai 2013 namun dibatalkan pada 2014 karena masalah pajak dengan Pemerintah Negara Bagian Uttar Pradesh.
MotoGP Argentina juga batal digelar pada musim 2024 lalu karena presiden baru Xavier Milei menerapkan kebijakan penghematan ketat.
MotoGP Kazakhstan juga tidak jadi dilangsungkan tahun lalu. Sirkuit Sokol batal menggelar MotoGP pada 2023 dan 2024 meskipun Dorna tetap yakin satu hari nanti bakal mewujudkannya.
Di Indonesia, Sirkuit Sentul siap dimodernisasi untuk menggelar MotoGP pada 2017, setelah jauh sebelumnya menjadi tuan rumah pada 1996 dan 1997. Namun, saat itu tidak ada yang mau menjadi investor.
Setelah Sentul gagal, perancang sirkuit kenamaan asal Jerman Hermann Tilke dikabarkan siap mendesain trek di Palembang, Sumatra Selatan, menyusul suksesnya gelaran Asian Games 2018 di sana. Namun, pemerintah pusat menolak rencana itu dan lebih memilih membangun sirkuit di Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Sirkuit Internasional Chang di Provinsi Buriram, Thailand, juga sudah masuk daftar Dorna selama bertahun-tahun. Namun, mereka harus menggelar Kejuaraan Dunia Superbike (WorldSBK) lebih dulu selama tiga tahun sampai 2017, sebelum menggelar MotoGP mulai 2018.
GP KymiRing Tamat
Rencana Finlandia untuk menggelar MotoGP di Sirkuit KymiRing, yang sudah siap sejak 2017 dan dipakai tes tim-tim MotoGP pada Agustus 2019, sepertinya bakaal mulus.
Grand Prix pertama di sirkuit dengan panjang lintasan 4,6 km dengan 18 tikungan itu rencananya bakal dilangsungkan pada Juni 2020. Tetapi, hal itu tidak pernah terwujud.
Pada 2022, GP Finlandia dibatalkan sebelum digelar pada 10 Juli. Ironisnya, hal itu tidak terlaksana sampai sekarang. Dorna meminta bayaran 6,4 juta euro namun operator KymiRing mengalami kebangkrutan sejak musim panas.
Sebagai catatan, Finlandia kali terakhir menggelar MotoGP pada 1982 di sirkuit jalan raya yang sangat berbahaya di Imatra. Salah satu bagiannya adalah jalan bergelombang melintasi rel kereta api setelah sebuah tikungan 90 derajat!
Selain Finlandia, MotoGP juga tidak jadi menggelar GP di Rusia untuk kali pertama pada 2021. Pandemi Covid-19 menjadi penyebab utama batalnya Grand Prix di Sirkuit Igora Drive di St. Petersburg, yang hanya 4 jam perjalanan darat dari KymiRing.
Kalender MotoGP 2025
- 2 Maret – GP Thailand di Sirkuit Internasional Chang, Buriram
- 16 Maret – GP Argentina di Sirkuit Autodromo Termas de Rio Hondo
- 30 Maret – GP Amerika Serikat di Circuit of the Americas (COTA), Austin
- 13 April – GP Qatar di Sirkuit Internasional Lusail
- 27 April – GP Spanyol di Sirkuit Jerez – Angel Nieto, Jerez de la Frontera
- 11 Mei – GP Prancis di Sirkuit Bugatti, Le Mans
- 25 Mei – GP Inggris di Sirkuit Silverstone
- 8 Juni – GP Aragon di Sirkuit MotorLand Aragon, Alcaniz
- 22 Juni – GP Italia di Sirkuit Autodromo Internazionale del Mugello
- 29 Juni – GP Belanda di Sirkuit TT Assen
- 13 Juli – GP Jerman di Sirkuit Sachsenring, Hohenstein-Ernstthal
- 20 Juli – GP Rep Ceko di Sirkuit Brno
- 17 Agustus – GP Austria di Sirkuit Red Bull Ring, Spielberg
- 24 Agustus – GP Hungaria di Sirkuit Balaton Park, Balatonfokajar
- 7 September – GP Catalonia di Sirkuit de Barcelona-Catalunya, Montmelo
- 14 September – GP San Marino di Misano World Circuit Marco Simoncelli
- 28 September – GP Jepang di Sirkuit Motegi
- 5 Oktober – GP Indonesia di Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika
- 19 Oktober – GP Australia di Sirkuit Phillip Island Grand Prix
- 26 Oktober – GP Malaysia di Sirkuit Internasional Sepang
- 9 November – GP Portugal di Sirkuit Internasional Algarve, Portimao
- 16 November – GP Valencia di Sirkuit Ricardo Tormo