SKOR.id – Carlo Ancelotti, salah satu manajer sepak bola paling berprestasi, mendapati dirinya menjalani salah satu masa terberatnya sebagai pelatih kepala Real Madrid.
Kekalahan terkini ini di Anfield dari tuan rumah Liverpool FC (0-2) di Liga Champions telah memperkuat kritik terhadap tim dan menimbulkan pertanyaan tentang integrasi pemain bintang Kylian Mbappe ke dalam skuad.
Meskipun banyak keraguan, pelatih asal Italia ini telah menyampaikan pesan mengejutkan dan berani yang menggarisbawahi keyakinannya yang tak tergoyahkan terhadap potensi klub, yang sudah dua periode dilatihnya (2013-2015 dan 2021-sekarang) itu.
Di Liga Champions yang memakai format liga mulai musim 2024-2025 ini, Madrid mengawalinya dengan buruk. Madrid, juara Liga Champions terbanyak (15), hanya dua kali menang masing-masing atas VfB Stuttgart (3-1) dan Borussia Dortmund (5-2). Selebihnya, Los Blancos dihantam LOSC Lille (0-1), AC Milan (1-3), dan Liverpool (0-2).
Alhasil, dari lima pertandingan, Madrid hanya berada di peringkat ke-24 dari 36 tim atau batas akhir fase play-off knockout.
Sebenarnya, apa saja yang menjadi masalah bagi Madrid hingga terpuruk, karena di La Liga mereka juga cukup kerepotan mengejar rival abadi, FC Barcelona, yang berada di puncak klasemen. Apakah adaptasi Mbappe menjadi salah satu penyebab? Mengapa Ancelotti masih yakin dengan peluang Madrid di Liga Champions?
Skor.id akan coba membahasnya secara detail dalam Skor Special edisi kali ini. (Skor Special adalah artikel yang akan memberikan perspektif berbeda setelah Skorer membacanya dan artikel ini bisa ditemukan dengan mencari #Skor Special atau masuk ke navigasi Skor Special pada homepage Skor.id.).
Mbappe: Teka-teki Hebat
Tantangan utamanya adalah adaptasi Mbappe, pemain besar yang dipandang sebagai pusat masa depan Madrid, yang baru didatangkan dari Paris Saint-Germain (PSG) pada musim ini.
Awalnya ditempatkan sebagai striker sentral untuk mengakomodasi dominasi Vinicius Jr. di sayap kiri, Mbappe kesulitan beradaptasi.
Bahkan ketika cedera Vinicius membuat bintang Timnas Prancis itu mendapatkan kembali posisi pilihannya di sayap kiri untuk melawan Liverpool, Mbappe menampilkan salah satu permainan yang paling mengecewakan dalam beberapa waktu terakhir sehingga menuai kritik keras.
Tantangan besar bagi Ancelotti musim ini adalah mencari cara untuk memaksimalkan pengaruh Mbappe. Ia datang sebagai permata mahkota strategi transfer Madrid, namun penampilannya belum memenuhi ekspektasi.
Kurangnya sinergi antara Mbappe dan Vinícius semakin memperumit masalah, membuat tim tidak mampu mengeluarkan potensi serangannya secara maksimal.
Perjuangan Mbappe terlihat jelas di Anfield, saat ia gagal memberikan pengaruh sehingga menimbulkan rasa frustrasi dari para penggemar dan analis. Namun, Ancelotti tetap yakin bahwa bakat luar biasa Mbappe pada akhirnya akan bersinar, sebuah elemen penting jika Madrid ingin mencapai tujuan utamanya.
Musim perdana Mbappe di Madrid sebenarnya tidak bisa dibilang semua buruk. Di Liga Champions, ia memang baru mencetak satu gol dan satu assist dari lima kali dimainkan.
Tetapi di La Liga Spanyol, Mbappe sudah membuat delapan gol dan satu assist dari 13 kali diturunkan. Satu gol dicetaknya saat Madrid membungkam tamunya Getafe CF, 2-0, pada Minggu (1/12/2024) sore waktu setempat.
Penyebab Krisis di Madrid Bukan Hanya Mbappe
Lantas, apakah belum adaptifnya Mbappe menjadi satu-satunya penyebab kemunduran Madrid saat ini? Ternyata tidak.
Sederet pemain penting Madrid mengalami cedera beruntun dan para penggantinya belum mampu menyamai performa para bintang Los Blancos itu.
Bek-bek kawakan sekelas David Alaba, Eder Militao, dan Dani Carvajal, gelandang berpengaruh, yakni Aurelien Tchouameni dan Eduardo Camavinga, serta Vinicius Jr dan Rodrygo di barisan depan, sempat mengalami cedera.
Beruntung, Rodrygo sudah bisa kembali ke lapangan saat Madrid menang atas Getafe, 2-0, di La Liga. “Tchouameni akan kembali pada laga berikutnya sedangkan Camavinga akan segera kembali,” ujar Ancelotti lewat situs resmi Madrid.
Permainan Madrid juga belum seimbang benar saat menghadapi situasi bertahan maupun menyerang atau sebaliknya. Hal itu bukan hanya karena absennya sejumlah bintang.
Di belakang, perginya Nacho yang selama ini mampu menutup posisi manapun di barisan bek, ternyata baru terasa saat ini.
Di tengah, Federico Valverde yang diplot untuk menggantikan Toni Kroos yang pensiun, belum mampu menjalankan perannya dengan baik. Luka Modric tidak mampu bermain maksimal selama 90 menit karena faktor usia (kini 39 tahun). Tchouameni dan Camavinga juga sama-sama belum begitu matang memerankan gelandang jangkar dengan baik.
Belum maksimalnya posisi para gelandang Madrid sedikit banyak juga dipengaruhi Jude Bellingham yang musim ini bermain lebih ke dalam. Musim lalu, ia dibebaskan bergerak di belakang dua penyerang sehingga mampu sangat produktif mencetak gol.
Kini, ia lebih banyak bermain sebagai gelandang kanan dan salah satu tugas utamanya adalah menghentikan awal serangan lawan, begitu tekanan Madrid mampu dinetralisasi.
Pernyataan Percaya Diri Ancelotti yang Menakjubkan
Meski tekanan semakin memuncak, Ancelotti menunjukkan kepercayaan diri yang tak tergoyahkan terhadap timnya. Menurut Alberto Cerruti, jurnalis La Gazzetta dello Sport dan teman dekat sang manajer, Ancelotti mengiriminya pesan yang sangat optimistis ketika ditanya tentang situasi Madrid.
“Beri tahu mereka apa saja. Tetapi, yang paling penting adalah Real Madrid akan lolos ke final Liga Champions di Munchen,” kata Ancelotti terkait final Liga Champions 2024-2025 yang akan dimainkan pada 31 Mei 2025 di Allianz Arena, Munchen, Jerman, tersebut.
Cerruti membagikan komentarnya di program radio El Larguero, yang memicu diskusi luas. Pernyataan tersebut mencerminkan pola pikir tangguh dari seorang manajer yang percaya pada kemampuan skuadnya untuk meniru keajaiban masa lalu, ketika kesulitan membuka jalan menuju kemenangan.
Sejarah Berpihak ke Madrid
Sejarah Real Madrid di Liga Champions memberikan banyak alasan bagi siapa pun, termasuk Ancelotti, untuk tetap optimistis. Berkali-kali, klub ini melewati kemunduran di awal kompetisi hanya untuk muncul sebagai kekuatan dominan di babak sistem gugur.
Kemampuan untuk berkembang di bawah tekanan menjadi salah satu alasan kepercayaan diri Ancelotti untuk mencapai final tetap tidak tergoyahkan.
Statistik Madrid di Liga Champions memang impresif. Lihat saja 20 tahun ke belakang, misalnya. Los Blancos hanya tiga kali (2009-2010, 2018-2019, 2019-2020) terhenti di 16 besar.
Selebihnya, mereka minimal terhenti di semifinal. Jika mampu menembus final, Madrid pasti memenanginya (2013-2014, 2015-2016, 2016-2017, 2017-2018, 2021-2022, 2023-2024).
Keajaiban Los Blancos Lainnya di Cakrawala?
Meskipun performa dan statistik saat ini mungkin tidak menguntungkan Real Madrid, sejarah klub dan mentalitas juara menunjukkan bahwa klaim berani Ancelotti tidak sepenuhnya dibuat-buat.
Jalan menuju final Munchen tentu akan penuh tantangan. Namun, manajer sarat pengalaman berusia 65 tahun tersebut nampaknya bertekad untuk melakukan perubahan besar lainnya.
Hanya waktu yang akan membuktikan apakah Ancelotti dapat mengubah awal yang penuh gejolak menjadi babak lain kejayaan Los Blancos di Liga Champions. Untuk saat ini, pesannya jelas: Real Madrid tidak pernah menyerah.