SKOR.id - Kiprah timnas Indonesia di Piala Tiger edisi pertama pada 1996 tak berakhir memuaskan, Kurniawan Dwi Yulianto mengungkapkan penyebabnya.
Timnas Indonesia tak berhasil menjadi juara Piala Tiger (kini Piala AFF) edisi pertama yang diselenggarakan di Singapura pada 1996.
Sejatinya pasukan Garuda memulai turnamen dengan garang. Timnas Laos dilibas 5-1 dan lanjut 3-0 serta 6-1 lawan Kamboja serta Myanmar.
Namun penurunan performa mulai ditunjukkan saat melawan timnas Vietnam pada laga terakhir Grup A Piala Tiger 1996, sebab hanya bermain imbang 1-1.
Meski demikian, timnas Indonesia tetap lolos ke semifinal sebagai juara Grup A dengan poin 10, berselisih dua angka di depan Vietnam.
Perjuangan timnas Indonesia yang gagah di fase grup Piala Tiger 1996 berakhir antiklimaks di tangan Malaysia, sebab kalah 1-3 pada semifinal.
"Mungkin waktu itu kami kelelahan. Pertandingan di fase grup juga sering hujan," ujar Kurniawan Dwi Yulianto kepada Skor.id, beberapa waktu lalu.
"Mungkin juga overconfident karena sebagai juara grup kita lawan Malaysia yang terseok-seok di fase awal. Jadi mungkin kondisinya seperti itu."
Laga lawan timnas Malaysia digelar pada 13 September 1996. Sebelum semifinal, Indonesia bermain pada 11 September, sementara musuhnya itu tanggal 10.
Kurniawan juga mengatakan, faktor pemain senior yang ada di timnas Malaysia saat itu juga berpengaruh. Seperti Zainal Abidin dan Dollah Salleh yang jadi nama veteran.
Seusai kalah dari timnas Malaysia, skuad Garuda masih punya kans menduduki peringkat ketiga, menghadapi Vietnam yang dikalahkan Thailand di semifinal.
Namun kekalahan kembali dialami timnas Indonesia. tim besutan Danurwindo itu tumbang 2-3 dari Vietnam. Kekalahan mengejutkan dari Malaysia jadi alasannya.
"Kami optimistis masuk final tapi kalah di semifinal. Tentu suasana tim banyak berubah. Mood pemain sudah berbeda, sudah drop," Kurniawan menuturkan.
Ambisi Pribadi
Piala Tiger 1996 menjadi turnamen resmi kedua Kurniawan membela timnas Indonesia senior, setelah tampil pada SEA Games 1995.
Eks-pemain Pelita Jaya itu memiliki ambisi pribadi saat mentas di Piala Tiger 1996, sayangnya target tersebut tak tercapai.
"Kalau dulu saya pribadi menginginkan kita dapat minimal peringkat dua," ucap lelaki yang akrab disapa Kurus ini.
"Karena saya merasa saingan kita Thailand, ada (Kiatisuk) Senamuang dan (Netipong) Srithong-in juga di sana. Ada ambisi pribadi agar Indonesia lebih baik daripada Thailand."
Saat tampil di SEA Games 1995, timnas Thailand dan Vietnam jadi dua tim yang mampu mengalahkan Indonesia. Kurniawan pun bertekad membalasnya.
Ia juga menuturkan, para pemain timnas Indonesia kala itu sudah hitung-hitungan akan menghadapi Thailand pada partai puncak.
Ambisi mengalahkan Thailand tersebut sedikit banyak juga berpengaruh sehingga pasukan Garuda gagal melewati adangan Malaysia di semifinal.
"Yang kita anggap sepadan waktu itu justru Thailand. Kita sudah hitung-hitungan akan ketemu Thailand di final," kata Kurniawan.
"Karena pada SEA Games 1995 kita dikalahkan Vietnam dan Thailand, ambisi pribadi saya mengalahkan dua tim itu," lelaki yang pernah membela Sampdoria itu menambahkan.
Lawan Terberat
Karena tak berjumpa timnas Thailand di Piala Tiger 1996, Kurniawan menilai Vietnam menjadi lawan terberat yang dihadapi Indonesia kala itu.
Apalagi, momen menghadapi Vietnam terjadi setelah tim Merah Putih tumbang dari Malaysia di semifinal. Pada fase grup pun tak kuasa mengalahkan Vietnam.
Menurut Kurniawan, materi pemain timnas Vietnam kala itu lebih mumpuni daripada Malaysia, sehingga layak disebut lawan terberat bagi Indonesia.
"Kita sudah di track yg benar sesuai hitung-itungan. Tapi kita miss di semifinal lawan Malaysia itu. Mungkin karena kelelahan atau overconfident waktu itu," ucapnya.
Skuad Terbaik yang Dipilih
Piala Tiger 1996 digelar saat Liga Indonesia edisi kedua (Liga Dunhill) belum rampung dilaksanakan. Alhasil, timnas Indonesia berangkat tanpa uji coba internasional.
PSSI juga memutuskan untuk memanggil maksimal empat pemain dari satu tim karena Liga Dunhill akan memasuki babak 12 besar.
Dengan pembatasan tersebut, skuad Garuda berbekal 20 nama ke Singapura. Namun Kurniawan menilai komposisi tim saat itu terbilang cukup berimbang.
Kombinasi pemain senior dan junior juga terlihat padu di atas lapangan dan ia pun masih berusia 20 tahun kala itu.
"Komposisi pemainnya pas, individu pemainnya juga lagi on fire semua. Kita juga solid di dalam tim itu sendiri. Motivasi kita waktu itu benar-benar tinggi. Tapi sayang di semifinal kita kalah," Kurniawan mengisahkan.