- Dalam Liga Indonesia 2003 penampilan Persib Bandun terjun bebas dan nyaris terdegradasi.
- Beruntung pada Liga Indonesia 2003 tiba-tiba PSSI berlakukan fase play-off yang selamatkan Persib.
- Padahal, dalam Liga Indonesia 2003 itu Persib untuk pertama kalinya menggunakan jasa pemain asing.
SKOR.id - Liga Indonesia 2003 adalah musim kompetisi terburuk Persib Bandung dalam perjalanan sejarahnya. Maung Bandung nyaris degradasi.
Untungnya, saat kesedihan meraja di hati para pemain dan pelatihnya, tiba-tiba PSSI menutuskan menggelar babak play-off bersama dua tim asal Divisi Satu.
"Itu mukjizat yang luar biasa buat saya. Bayangkan, satu tahun kami berkompetisi, posisi Persib selalu di papan bawah," kata Dadang Hidayat.
Berita Persib Lainnya: Beckham Putra Nugraha, Wonderkid Persib yang Bersinar Terang
Persib saat itu, diakhir musim kompetisi berada di posisi 16 dari 20 kontestan. Seharusnya berdasarkan peraturan pertandingan terdegradasi.
Tapi diselamatkan babak play-off yang digelar di Solo. Pangeran Biru lolos dari degradasi usai menang 1-0 atas Persela dan PSIM Yogyakarta, plus imbang 4-4 dengan Perseden Denpasar.
"Hati saya plong banget usai main imbang 4-4 sama Perseden. Saya nangis haru. Baru pertama saya bisa melepaskan diri dari beban berat," ucap Dadang kepada Skor.id.
Sebagai kapten tim, Dahi, sapaan Dadang, merasa bertanggung jawab dengan terpuruknya prestasi Persib, meski kesalahan mutlak bukan berada di pundaknya.
Pasalnya, sejak awal prestasi jagoan Bandung ini terjun bebas. Dua belas laga beruntun, tidak satupun kemenangan bisa diraih anak-anak Bandung.
Penyebabnya, pengurus melakukan peremajaan besar-besaran, dengan membabat mayoritas pemain berpengalaman. Pemain muda jadi sandaran utama.
"Jujur, saya merasakan tidak ada keseimbangan tim. Main bola sulitnya minta ampun. Cara apapun yang kami pakai selalu mental," ucap Dahi.
Era pertama Persib menggunakan servis pemain asing berantakan. Kuartet Polandia; Mariusz Mucharski, Pawel Bocian, Piotr Orlinski dan Maciej Dolega, tak menolong.
Bersama pelatih Marek Andrejz Sledzianowski, keempatnya lantas didepak. Mereka dianggap gagal memenuhi ekspektasi pengurus Persib.
"Pemecatan pemain dan pelatih memang urusan manajemen tapi dampak psikologis pemain tidak terselesaikan," ungkap pria kelahiran Bandung, 20 Agustus 1972 itu.
Ujung-ujungnya, internal tim tidak stabil. Ketakutan membayangi langkah pemain. Hujatan sebagai tim pembawa Persib ke Divisi Satu sempat menghantui hari-hari pemain.
"Jujur, saya sulit tidur dan tidak pernah tenang. Setiap kali selalu terbayang posisi Persib yang sangat buruk di klasemen sementara," ujar Dahi.
Berita Persib Lainnya: Tak Ada yang Lebih Panas dari Derbi Persib vs Bandung Raya
"Bayangan saya bakal dicap generasi gagal dan dibuly habis-habisan oleh bobotoh karena membawa Persib degradasi ke Divisi Satu," Dahi melanjutkan cerita dukanya.
Untungnya babak play-off menyelamatkan karier dan namanya. Dahi beserta pemain Persib lainnya bisa bernafas lega. Tidak dicap generasi gagal.
"Ini momentum yang tidak akan pernah saya lupakan sepanjang sejarah jadi pemain Persib. Kompetisi terlama, satu tahun lebih saya berjibaku," Dahi memungkasi.