SKOR.id – Tour de France (biasa juga disebut Tour) 2023 berakhir pada Minggu (23/7/2023) saat digelarnya etape terakhir di Champs-Elysees, Paris, Prancis. Pembalap asal Denmark Jonas Vingegaard Rasmussen (Team Jumbo–Visma) berhasil mempertahankan klasemen umum untuk kali kedua secara beruntun.
Selain jarak yang jauh, salah satu yang menarik dari Tour de France adalah medan tanjakan yang dilombakan di ajang balap sepeda paling bergengsi di dunia itu. Namun, kendati Tour dimulai sejak 1903, Pyrenees baru masuk menjadi area lomba sejak 1910.
Pyrenees adalah pegunungan yang membentang di perbatasan Prancis dan Spanyol. Membentang hampir 500 km (310 mil) dari Pegunungan Cantabrian ke Cap de Creus di pantai Mediterania, dengan ketinggian maksimum 3.404 meter (11.168 kaki) di puncak Aneto.
Adapun klasemen pegunungan baru mulai dilombakan di Tour de France sejak 1933. Itu diberikan kepada pengendara yang memperoleh poin terbanyak untuk mencapai puncak gunung terlebih dahulu.
Pemimpin klasifikasi diberi nama King of the Mountains (Raja Pegunungan), dan sejak 1975 mengenakan jersey polka dot (bahasa Prancis: maillot a pois rouges), alias jersey putih dengan bintik-bintik merah.
Tahun ini, pembalap Italia Giulio Ciccone (Lidl–Trek) mengenakan jersey polka dot sejak Etape 15 sampai finis (Etape 21) dan berhak menyandang King of the Mountains di Tour 2023.
Kehebatan para pembalap dalam memadukan kekuatan fisik, kecepatan, dan mentalitas dalam menaklukaan medan tanjakan ekstrem di Tour ini telah menginspirasi sejumlah seniman untuk berkarya.
Lihat saja artwork seniman asal Prancis Jean-Bernard Metais yang membuat patung yang diberi nama “Tour de France in the Pyrenees” atau lebih populer disebut La Grande Boucle (dalam bahasa Inggris: the Great Loop).
Metais membuat La Grande Boucle pada 1995-1996 dengan tinggi 18 meter dan besar 30 meter, dan diletakkan di sekitar area istirahat jalan bebas hambatan A64 antara Tarbes dan Pau, Prancis.
Lewat La Grande Boucle, Metais menggambarkan upaya keras tujuh pembalap melibas medan tanjakan terjal demi mengejar pembalap pemimpin klasemen berkaus kuning.
Karya Jean-Bernard Metais Lainnya
Metais juga membuat patung yang dinamai Le Geant du Tourmalet (The Giant of Tourmalet). Patung ini juga sering dijuluki Octave untuk menghormati Octave Lapize, pembalap pertama yang melintasi Col du Tourmalet di Tour pada tahun 1910.
Menariknya, Le Geant du Tourmalet merupakan potongan dari La Grande Boucle. Pada bulan Juni 1999, The Giant of Tourmalet dipisah dan dipasang untuk pertama kalinya di Col du Tourmalet. Le Geant du Tourmalet dibuat dari besi dengan tinggi 3 meter dan panjang 2,40 meter dengan berat 350 kg.