- Rafael Nadal susah payah mengalahkan Denis Shapovalov di perempat final Australia Open.
- Menurut pelatihnya, dia melakukan double fault terbanyak sepanjang kariernya.
- Serangan cuaca panas turut memperburuk kondisi petenis Spanyol itu.
SKOR.id - Carlos Moya, pelatih Rafael Nadal, menyebut anak didiknya melakukan kesalahan ganda terbanyak dalam kariernya selama pertandingan perempat final melawan petenis Kanada, Denis Shapovalov (14).
Toh, bagaimanapun, menurut Moya yang mantan petenis nomor satu dunia itu, servis-servis tersebut yang memberi Nadal poin hingga akhir permainan.
“Itu disebut evolusi. Itu hari di mana dia melakukan double fault terbanyak dalam kariernya tetapi dia memenangkan pertandingan berkat servisnya,” jelas sang pelatih dalam wawancara dengan Cadena COPE.
Moya, yang terjegal oleh Pete Sampras di final Australia Open 1997, merinci serangan cuaca panas yang diderita oleh Nadal, serta bagaimana dia mampu membalikkan situasi yang sangat buruk melawan Shapovalov.
“Dia kehilangan empat kilo setelah pertandingan itu, dehidrasinya sangat hebat."
"Rafa selalu menderita dalam kondisi seperti itu. Saya telah melakukan semuanya dengan benar, jadi kami tidak mengharapkan itu terjadi pada satu setengah jam ke dalam permainan, untuk memenangkan seluruh set melawan pemain yang lebih baik darinya."
"Pada akhirnya permainan buruk Shapovalov dan kekuatan mental Rafa yang tangguh yang menentukan permainan," ujar Moya.
“Dia pulih dengan cepat dari serangan panas. Saya belum bersamanya pagi (Rabu) ini, tetapi saya membayangkan dia melihat hari yang lebih baik. Kuncinya adalah Rafa akan memiliki satu hari ekstra yang berguna karena dia akan bermain pada hari Jumat.”
Grand Slam Ke-21
Moy juga mengungkapkan bahwa "bahkan dalam skenario yang paling optimistis sekalipun", mereka meyakini pemenang 20 Grand Slam itu akan mencapai semifinal.
“Nadal selalu kembali dan selalu berperang. Itulah Rafa ”, tambah Moya tentang seorang Nadal yang akan menghadapi petenis Italia, Matteo Berrettini (7) di semifinal.
Sang pelatih, yang menjadi pemenang Roland Garros pada edisi 1998 melawan rekan senegaranya Alex Corretja, mengkritik kerasnya kalender tenis yang terlalu panjang dan menggambarkannya sebagai "wild".
"Mereka yang bermain di final Piala Davis selesai pada 8 atau 9 Desember dan berada di sini mulai 1 atau 2 Januari. Kalendernya sangat liar, itu salah satu hal yang harus diubah."
"(Situasi) Ini yang membuat Rafa tidak datang dengan persiapan matang di beberapa event dan mengalami masalah pada kaki atau lututnya."
Tapi, kata Moya, kali ini mereka mempersiapkan diri lebih baik untuk Nadal, yang melakukan perjalanan ke Australia setelah enam bulan tidak aktif akibat masalah pada kaki kanannya.
Moya juga mengklarifikasi bahwa tim memilih untuk tidak membicarakan kemungkinan Nadal bisa menjadi pemain tenis tersukses dalam sejarah dengan 21 Grand Slam, meskipun dia mengakui bahwa mereka memimpikannya.
“Jelas Anda bermimpi tetapi Anda tidak berbicara. Kami tidak berbicara tentang Grand Slam ke-21, kami tahu itu ada dan tekanan ada di sana. Cara untuk menghadapinya adalah dengan tidak menganggapnya penting. Nanti dibahas kalau sudah tercapai,” ujarnya.
Terakhir, sang pelatih mengatakan bahwa kehidupan di Melbourne benar-benar normal terkait pembatasan dan mengindikasikan bahwa negara yang memiliki jumlah kematian yang sama dengan yang tercatat di Spanyol dalam dua hari, haruslah dihormati.
“Dalam dua hari ini lebih banyak yang meninggal di Spanyol daripada di sini selama seluruh pandemi. Yang harus diakui dan harus respek."
"Ini harus serahkan pada ahlinya, seperti dikatakan Rafa, tapi memang benar mereka sudah buka tangan dalam hal pembatasan dan tidak seketat tahun lalu,” Moye menutup pembicaraan.***
Berita Rafael Nadal Lainnya:
Australian Open 2022: Tembus Semifinal, Rafael Nadal Selangkah Lagi Menjadi ''Raja Grand Slam''
Australian Open 2022: Rafael Nadal Berjumpa Denis Shapovalov di Babak Perempat Final