SKOR.id - Di luar dugaan, Errol Spence Jr., bukan hanya gagal mempertahankan tiga sabuk juara kelas welternya: WBC, WBA, dan IBF, tapi The Truth juga telah kehilangan kepercayaan diri.
Adalah Terence Crawford, juara dunia versi WBO yang oleh banyak pengamat diprediksi akan kalah, justru mampu menghentikan Spence dengan TKO pada ronde kesembilan.
Laga dari dua petarung kelas welter yang belum terkalahkan itu, awalnya diharapkan bisa disejajarkan dengan laga para pendahulunya: Sugar Ray Leonard vs Thomas Hearns (16/9/1981), Oscar De La Hoya vs Felix Trinidad (18/9/1999), dan Floyd Mayweather jr vs Manny Pacquiao (2/5/2015).
Bahkan tidak sedikit pakar yang menyebut laga itu akan menjadi Fight of The Year seperti laga Juan Manuel Marquez vs Manny Pacquiao (8/12/2012). Saat itu Pacman, julukan Pacquiao, rubuh di ronde-6 seperti batang pohon yang ditebang.
Namun fakta di atas ring Mobile Arena, Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat, tidak demikian. Spence sejak ronde awal tidak tampil seperti biasa. Selama ini pemegang tiga sabuk juara dunia itu memiliki speed and power yang prima, selain itu juga memiliki agility yang luar biasa. Tapi, di hadapan Crawford, semua tidak berfungsi.
Tak heran jika di wajahnya terlihat bekas bogem sang lawan amat jelas. Sepanjang kariernya 28 (22)-0-0, belum sekali pun ia alami, di laga ke-29, Spence bukan hanya kalah, tapi wajahnya terlihat begitu menyedihkan.
Dari 9 ronde yang dilalui, menurut catatan saya, tak satu pun ronde ia menangkan. Saya memberi 90 untuk Crawford dan 78 bagi Spence sebelum wasit Harvey Dock menghentikan pertarungan. Wasit dianggap tepat menghentikan pertarungan karena melihat Spence dalam kondisi yang membahayakan.
Sejak ronde ke-7, Spence sudah menjadi bulan-bulanan. Sungguh, banyak penggila tinju yang bertanya-tanya mengapa Spence yang merajai kelas welter sejak 2017 (IBF), 2019 (WBC), dan 2022 (WBA), tampil begitu parahnya.
Kedua
Sementara itu, bagi Crawford, gelar juara kelas welter sejati ini merupakan gelar sejati kedua. Petinju kelahiran Nebraska, 28 September 1987, ini sebelumnya menjadi juara sejati di kelas light welterweight.
Tahun 2014, ia naik kelas dari lightweight setelah menjadi juara WBO usai menang atas Ricky Burns dan sekali mempertahankan atas Yuriorkis Gamboa. Merebut light welterweight, menang TKO-6 atas Thomas Dulome. Lalu merebut WBC dari Viktor Postol (23/7/2016). Sabuk WBA dan IBF direbutnya dari Julius Indongo, menang KO pada ronde-3 (19/8/2017).
Crawford lalu naik ke kelas welter merebut sabuk WBO sekaligus menghentikan kesombongan Jeff Horn, petinju Australia yang menang kontroversial atas Manny Pacquiao. Sejak menang TKO pada ronde-9 itu, banyak pihak yang berkeinginan mempertemukannya dengan Spence. Setidaknya dua kali rencana dibangun untuk unifikasi, tetapi selalu kandas.
Pertanyaannya, apa langkah Crawford selanjutnya? Ada keinginan untuk menggelar partai ulang, namun kabarnya hal itu tidak ada dalam kontrak awal. Namun tidak ada yang tidak mungkin, apalagi jika harga yang ditawarkan bisa meningkat dua kali lipat.
Sementara Spence sendiri tidak banyak berharap. Sebagai petinju yang kalah, ia akan ikut saja rencana para bos.
Penulis: M. Nigara (Wartawan dan Komentator Tinju Senior