SKOR.id – Bruce Dickinson mungkin lebih dikenal sebagai vokalis grup heavy metal legendaris, Iron Maiden.
Ia menjadi frontman dari grup musik cadas asal Inggris itu sejak 1981 silam hingga sekarang, meski pernah mengalami pasang-surut.
Namun sebenarnya selaon vokalis, Dickinson merupakan sosok yang multitalenta. Pria 65 tahun ini juga seorang pilot berlisensi yang telah menerbangkan grupnya ke seluruh dunia.
Bruce Dickinson juga penulis, DJ radio 6 Musik, dan satu lagi: pemain anggar yang hebat, bahkan bisa dibilang sebagai atlet.
Dikutip dari Daily Mail, ia pernah menduduki peringkat ke-7 di Inggris Raya dalam olahraga anggar setelah klub lokalnya memenangkan Kejuaraan Nasional tahun 1989.
Pada 2013, ketika berusia 54 tahun, ia menghadapi Bartosz Piasecki, atlet anggar Norwegia yang memenangkan medali perak Olimpiade London 2012 di Inggris.
Dickinson memang kalah, tetapi penampilannya mengundang decak kagum dari lawannya, terutama karena kemampuan dan sikapnya.
"Dia hebat," kata Piasecki kepada koran Norwegia Aftenposten (melalui Maiden Revelations).
"Dia pendek tapi sangat cepat, itu senjatanya... Dia tampak seperti Rocky ketika tiba dengan jubah coklat dengan peralatan anggar di tas bahu," Piasecki menambahkan.
Bruce Dickinson memenangkan medali emas olahraga anggar untuk Inggris Raya dengan mengalahkan juara bertahan Boris Nabakov dari Rusia 15-13 dalam final foil putra.
Sejarah Bruce Dickinson Menekuni Anggar
Bruce Dickinson mulai bermain anggar pada usia 13 tahun di Oundle School, ia diyakinkan oleh seorang guru kerajinan logam untuk mencobanya.
Ketika terjun ke dunia anggar, Dickinson menemukan bahwa hal tersebut tidak hanya tentang latihan fisik, namun juga memberikan latihan pada otak.
“Saya tertarik pada anggar karena itu tampak seperti bentuk pertarungan yang romantis dan melodramatis," kata Dickinson dalam sebuah wawancara.
Ketika berumur 15 tahun dia memenangkan kompetisi anggar sekolah dan menjadi kapten tim anggar sekolah, ini memberinya kesempatan untuk pergi ke London memulai karier profesional.
Tapi Dickinson merasa bahwa dia tidak terlalu cocok di sana dan juga merasa lebih menarik bertemu teman-teman di pub.
Makin sedikit dia berlatih, makin buruk pula performanya, dan makin ia ingin melakukan sesuatu yang lain.
Pada akhir masa remajanya, musik mulai mengambil alih waktunya dan dia berhenti total dari olahraga anggar, sampai beban tur membujuknya untuk mengambil senjata anggarnya lagi pada 1983.
Dia berlatih kapan pun sesuai komitmennya asalkan Iron Maiden mengizinkannya.
Dickinson berkompetisi dalam turnamen regional di Inggris untuk bersenang-senang.
Pada akhir tahun 1985, dia menghabiskan dua minggu di kamp pelatihan anggar di sekolah asrama Katolik.
Ia tidur di dalam kotak tanpa air panas di keran setelah jam 07.00 pagi. Di sana dia diberikan semacam sertifikat oleh pelatihnya.
Pelatih Bruce saat itu adalah Zsolt Vadaszffy, seorang pelatih asal Hungaria yang pindah ke Inggris pada tahun 1958.
Beberapa sumber menyebutkan bahwa Zsolt pula yang mengarahkan adegan anggar dalam film Star Wars.
Namun hal ini telah dikoreksi oleh salah satu anggota klub anggar yang mengklaim adegan tersebut disutradarai oleh pelatih asal Inggris, Bob Anderson.
Ketika Iron Maiden mempunyai waktu istirahat antara tur album Powerslave dan rekaman album Somewhere in time, Dickinson berkeliling Eropa untuk mengikuti turnamen di sana-sini.
Namun, terlepas dari semua pelatihan dan kerja kerasnya, keterampilan anggarnya tidak meningkat secara signifikan sampai dia menyadari bahwa dia menggunakan tangan yang salah.
Dia berusaha beralih menjadi pemain anggar kidal antara sesi latihan di pulau Jersey dan sesi rekaman untuk Somewhere in time di Amsterdam.
Pada musim panas tahun 1986, Bruce sudah menjadi pemain anggar kidal yang sama kompetennya dengan pemain anggar yang tidak kidal.
Permainannya terus berkembang sepanjang tahun itu dan tahun berikutnya. Ia mengikuti pertandingan atau pelajaran di sela-sela pertunjukan Iron Maiden.
Dickinson terkadang bahkan menyelesaikan permainan anggar hanya beberapa jam sebelum waktu pertunjukan.
Ketika Iron Maiden selesai merekam Seventh Son of a Seventh Son di Jerman Barat pada 1987, para anggota band tidak dapat segera kembali ke Inggris untuk keperluan perpajakan.
Dickinson kemudian memanfaatkan situasi tersebut dengan pindah ke Bonn, sehingga dia bisa dekat dengan pusat anggar nasional Jerman Barat, tempat dia berlatih selama 6 bulan.
Pada akhir musim 1987-1988 ia menduduki peringkat ke-18 di Inggris. Setelah menyelesaikan tur Seventh Son of a Seventh Son, Dickinson menghabiskan 7 bulan pelatihan anggar.
Ia pun akhirnya menduduki peringkat ke-7 di Inggris dalam nomor foil putra, sementara klubnya, Klub Anggar Hemel Hempstead, mewakili Inggris Raya di Piala Eropa 1989.
Namun, dia adalah orang pertama yang mengakui bahwa dia hanya berhasil mencapai peringkat ke-7 karena pemain anggar Olimpiade sedang mengambil cuti setelah Olimpiade Seoul 1988.
Pada 1989-1990, peringkat Dickinson merosot kembali ke peringkat ke-35 di Inggris Raya.
Mendirikan Toko Perlengkapan Anggar Duellisst
Bruce Dickinson mungkin bisa saja ikut serta pada Olimpiade Barcelona 1992, tetapi hal yang paling mendekatinya dengan Olimpiade adalah keterlibatannya dalam Duellist Ltd.
Duellist Ltd merupakan sebuah perusahaan perlengkapan anggar yang mensponsori James Williams, satu-satunya atlet anggar Inggris di Olimpiade Atlanta 1996.
Bruce Dickinson mendirikan perusahaan ini pada 25 Juli 1988 dengan tujuan menyediakan produk berkualitas tinggi kepada populasi anggar Inggris dengan biaya terjangkau.
Perusahaannya hingga saat ini masih berjalan, meski Dickinson sudah tidak terlibat lagi.
Pada 2003, ia mengubah senjata pilihannya dari foil menjadi epee. Dia terlibat dengan Klub Anggar London Thames di Roehampton dan masih meluangkan waktu untuk bermain anggar.
“Hal itu membantu saya mendapatkan kondisi yang cukup baik dan anggar sangat mirip dengan cara saya berlari di atas panggung,” ujar Dickinson.
“Atau mungkin saya berlari di atas panggung seperti itu karena aku bermain anggar. Apa pun itu, itu berhasil untukku!" ucap pria kelahiran Nottinghamshire, Inggris, 7 Agustus 1958, itu.
Dalam beberapa tahun setelah itu, ia berkompetisi dalam bebrapa turnamen seperti Oxfam Open (posisi ke-11 nomor epee putra 2009).
Dickinson juga ikut serta dalam acara amal Fencing Marathon (anggar maraton) 24 jam yang diadakan di Taman Olahraga Universitas Surrey oleh Klub Anggar Tim Surrey pada 30 Maret 2013.
Dalam kesempatan itulah ia bermain anggar melawan pemenang medali perak Olimpiade, Bartosz Piasecki, pada April 2013.
Bruce Dickinson Bicara soal Olahraga Anggar
"Anggar bersifat fisik, mental, dan spiritual. Anggar melahap Anda, dari lubuk jiwa terdalam hingga ujung jari kaki,” kata Dickinson.
“Setiap kali Anda memasuki permainan, Anda menawarkan lawan kemampuan untuk menghancurkan ego Anda.”
“Dan jika itu pertandingan yang penting maka itu lebih penting daripada hidup dan mati. Secara mental, anggar sangat brutal dan memalukan."
"Saya pemain anggar bertahan yang agresif. Karena saya agak pendek, saya harus berusaha membuat lawan melakukan kesalahan sepanjang waktu.”
"Saya menjengkelkan, sangat intens, dan energik," Dickinson menegaskan dalam sebuah wawancara.
MTV Most Wanted (1994)
Saat mempromosikan "Balls to Picasso" Bruce Dickinson muncul dalam acara MTV's Most Wanted untuk segmen wawancara dan penampilan akustik Hello No dan Tears of the Dragon, ditemani oleh Alex Dickson.
Acara ini juga menampilkan drama komedi di mana Bruce Fence menjadi pembawa acara Ray Cokes. Bagian saat ia bermain anggar dapat dilihat pada klip di bawah ini.
Anggar di Swedia (2001)
Pada Minggu tanggal 2 Desember 2001, Bruce Dickinson muncul di TV nasional Swedia dalam acara "Sondagsoppet", di mana dia berbicara tentang rencana masa depan untuk Iron Maiden.
Dalam kesempatan itu ia juga terlibat dalam duel anggar melawan atlet Olimpiade Swedia, Peter Vanky, pemain anggar epee yang saat itu berada di peringkat ke-6 dunia.
Vanky juga memenangkan dua medali perak Kejuaraan Dunia (1998, 1999) dan dua medali perunggu Eropa (1995, 1997), serta menduduki peringkat ke-5 Olimpiade Sydney 2000.
Bruce Dickinson kalah dalam pertandingan bersamanya dengan skor 8 banding 15 yang merupakan angka yang sangat bagus karena senjata pilihan Bruce adalah foil.
Peter Vanky memuji Dickinson sangat pandai bermain anggar, dan mengakui bahwa pertandingan akan jauh lebih sulit jika benar-benar berlaga dalam ajang resmi.