- Adrian Mattheis adalah petarung yang lahir di Maluku dan besar di Sorong, Papua Barat.
- Petarung berjuluk "Papua Badboy" ini sempat bergabung dengan klub sepak bola Persiram Raja Ampat junior sebelum menekuni dunia bela diri.
- Adrian Mattheis pun menceritakan asal mula julukkan yang disandang.
SKOR.id - Adrian Mattheis bangga menjadi atlet ONE Championship dari Timur Indonesia. Kebanggaan terhadap daerah asalnya itu dapat terlihat dari julukannya “Papua Badboy".
Adrian Mattheis adalah petarung yang lahir di Maluku dan besar di Sorong, Papua Barat.
Jauh sebelum menjadi juara Turnamen ONE Strawweight Indonesia pada 2016, masa kecil Adrian Mattheis diwarnai oleh latar belakang yang cukup pelih.
Baca Juga: Wawancara Niharika Singh, Penasihat Cantik The Apprentice: ONE Championship Edition
Adrian Mattheis kecil turut merasakan dampak konflik Ambon yang membuat keluarganya pindah ke Sorong demi mencari kehidupan yang lebih baik.
“Jadi, Adrian memang lahir di Halmahera saat kerusuhan Ambon Ternate tahun 1999 dan 2000. Papa bawa saya ke Papua,” kenang Adrian dengan logat timurnya yang khas.
Ia pun bercerita tentang masa kecilnya. Sebelum menekuni olahraga bela diri campuran, Adrian mengaku sempat bergabung ke klub sepak bola Persiram Raja Ampat junior.
Terdapat kisah menarik saat Adrian menekuni bela diri, khususnya karate. Salah satunya adalah cerita perundungan yang dialami saat duduk di bangku pendidikan perguruan tinggi.
“Sekitar tahun 2013an, sewaktu pertama-tama masuk kuliah, saya suka di-bully senior,” kata lulusan Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta ini.
"Namun, segala sesuatu juga butuh proses. Dengan perundungan itu, Adrian sengaja berlatihmenjaga diri, tetapi ternyata Tuhan bilang garis tangan seperti ini.”
Adapun kegemaran Adrian akan seni bela diri kian menguat, saat dirinya bertemu dengan sosok Zuli Silawanto.
Zuli Silawanto adalah sosok pelatih yang sampai saat ini masih menjadi pelatih utamanya di Tigershark Fighting Academy.
Berkat gemblengan Zuli Silawanto, Adrian Mattheis pun menjelma menjadi pribadi tangguh seperti sekarang.
Baca Juga: ONE Championship Tak Ingin Gegabah Ambil Keputusan Comeback
Namun, layaknya murid yang sangat sulit diberi nasihat, sang pelatih pun memiliki sebutan khusus untuk Adrian.
Tak disangka, sebutan itu malah menjadi cikal bakal julukannya sebagai seorang atlet bela diri campuran elite sampai saat ini, yaitu “Papua Badboy.”
“Sebenarnya, julukannya ‘Badboy’ itu dari pelatih, karena saya selalu melawan apa yang diinstruksikan pelatih. Saya suka bikin game plan sendiri,” ujar Adrian.
Namun, pelatih lain yang menganggap julukkan ‘Badboy’ itu masih belum cukup. Identitas Adrian sebagai putra daerah Papua disebut dapat melengkapi personanya di arena ONE.
“Ada pelatih saya, coach Ranu, mengatakan, ‘Bagusnya ditambahi dari asal daerah mana dia.’ Kebetulan saya kan dari Papua, maka saya dinamakan ‘Papua Badboy’,” ujarnya.
Julukan ini pun disematkan di tengah nama Adrian, dan ia dengan bangga menyandangnya saat debut profesional dalam ajang ONE: TITLES AND TITANS di Jakarta, 26 Agustus 2016.
“Saya diberi julukan itu tepat saat mau bermain di ONE, itu yang kali pertama. Langsung jadi satu kesatuan, tidak setengah-setengah. Langsung dengan julukan itu,” ia menuturkan.
Baca Juga: Kala 5 Petarung Putri One Championship Tampil Memesona Dalam #dontrushchallenge
Bagi Adrian, julukan yang dimilikinya sekaligus menjadi cara untuk mengharumkan nama daerah asalnya.
Namun, bukan Adrian namanya kalau tidak memiliki sisi humoris, seperti yang seringkali ditampikannya di media sosial.
“Julukan itu tersangkut sampai sekarang. Namun, saya mau bilang kalau ‘badboy’ cukup di dalam ring, kalau di luar ring ‘good boy’ (anak baik),” katanya sembari bercanda.
Terlepas dari julukannya ini, Adrian tak jarang memasuki oktagon dalam balutan nuansa etnik Papua.
Ia kerap memakai tas noken yang digantung di leher, serta topi adat Papua yang sarat bulu ayam dan cenderawasih. Keduanya merupakan kekayaan budaya Papua.
“Jadi begini, di samping julukan itu, saya juga memperkenalkan bahwa Indonesia punya banyak budaya. Walau kita beda-beda, tetapi kita tetap satu Indonesia.”
Baca Juga: Para Petarung ONE Championship Turut Melawan Perundungan Siber