- Sebagai pemain jebolan timnas Indonesia, Sudana Sukri kini fokus berkiprah di sepak bola usia dini.
- Sudana Sukri pernah membesut Bekasi Putra dan Tajimalela FA dengan meraih berbagai prestasi.
- Sudana Sukri juga berbagi tips untuk menjadi pemain sepak bola profesional.
SKOR.id - Sudana Sukri merupakan mantan pemain timnas Indonesia medio 1980-an yang kini banyak berkecimpung di pembinaan pemain usia muda.
Sudana Sukri pernah membawa timnas Indonesia juara Piala Pelajar Asia 1984 di New Delhi, India.
Pemain yang lama membela klub Kramayudha Tiga Berlian ini fokus pada pengembangan pemain muda setelah memutuskan gantung sepatu.
Sudana Sukri bahkan sudah tercatat melahirkan pemain-pemain hebat pada generasi setelahnya.
Sebut saja palang pintu Persija dan juga timnas Indonesia, Nuralim, yang sempat merasakan gemblengan Sudana di Bekasi Putra.
Setelah era Nuralim alias Jabrik, Bekasi Putra juga melahirkan Firmansyah yang kelak juga mengisi barisan pertahanan timnas Indonesia.
"SSB (Sekolah Sepak Bola) di Bekasi yang tertua itu Bekasi Putra. Karena memang saya sebelumnya di Bekasi. Zaman Galatama dulu saya main di Kramayudha Tiga Berlian, kebetulan waktu itu homebase-nya di Palembang terus pindah ke Bekasi sekitar tahun 1988," ujar Sudana kepada Skor.id, Kamis (6/5/2021).
Sudana menuturkan, dirinya membesut Bekasi Putra sejak 1997. Beragam prestasi pun sudah dipersembahkan oleh lelaki yang berposisi sebagai gelandang bertahan saat masih aktif bermain itu.
Melatih pemain usia muda, bagi Sudana, membawa kepuasan sendiri untuk dirinya. Melihat pemain binaannya berkembang hingga masuk tim senior bahkan tim nasional, cukup membuat Sudana bahagia.
Kiprah Sudana kemudian berlanjut ke Tajimalela FA, tim asal Bekasi lainnya pada 2019. Di bawah arahan Sudana, Tajimalela membuat sejarah baru.
"Waktu itu Tajimalela FA ikut play-off Liga Kompas Gramedia (KG). Sebelumnya Tajimalela empat tahun tidak pernah lolos ke Liga KG. Begitu saya masuk ke tim Tajimalela, kami lolos ke tingkat liganya," ujar Sudana.
Sudana Sukri juga berbagi asam garam yang telah ia lalui selama melatih pemain-pemain usia muda.
Menurutnya, saat ini tugas pelatih SSB atau pembinaan usia dini terbilang lebih mudah karena adanya kurikulum Filanesia yang dibuat oleh PSSI.
Akan tetapi, justru lingkungan para pemain muda yang membuat situasi menjadi lebih sulit bagi dirinya sendiri.
"Beda dengan zaman dulu, hobi bola itu kemauan sendiri. Sekarang banyak orang tua yang terlalu terobsesi tanpa mau melihat pengorbanan dan kerja kerasnya," ujar lelaki yang pernah tergabung dalam tim kepelatihan klub PSBL Langsa itu.
"Kalau zaman dulu mandiri karena keinginan dari dalam diri sendiri. Pemain sekarang banyak yang langsung melihat hasil jadinya tanpa mengikuti sistem dalam berproses. Hanya terobsesinya saja, tapi kerja kerasnya tidak," ucap Sudana.
Sudana juga berbagi tips untuk pemain muda yang tengah merintis jalan menuju karier profesional.
Ada tiga kunci untuk menjadi pemain sepak bola top menurut Sudana, yakni kemauan, kerja keras, dan kesabaran.
"Dengan tiga hal ini, lambat laun tak akan terasa bahwa 10 tahun lagi mereka bisa menjadi pemain yang besar," tutur Sudana.
Lelaki pemegang lisensi kepelatihan C AFC ini menilai wadah kompetisi usia muda di Indonesia seperti Piala Soeratin sudah cukup baik dan berjenjang.
Hanya saja, yang menentukan keberhasilan pemain muda untuk menjadi pemain profesional tinggal kerja kerasnya sendiri di sesi latihan.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Kiprah Lainnya:
Kiprah: Basyirudin, Pilar Junior PSSI Era 1970-an yang Bina Sepak Bola Usia Dini dengan Gembira
Kiprah: Herry Kiswanto, Merasakan Kepuasan saat Melatih Pemain Muda
Kiprah: Warsidi, Bek Juara Bersama Persija dan Arema Ini Bangkit dan Membina Pemain Muda