- Aulia Siregar saat menjadi pemain dikenal dengan tipikal permainan keras.
- Kini Aulia Siregar sudah menggeluti dunia kepelatihan dengan menangani tim usia dini.
- Saat menjadi pelatih pun karakter keras masih diperlihatkan demi kemajuan anak asuhnya.
SKOR.id - Aulia Siregar mungkin lebih dikenal sebagai pemain yang konsisten dalam bermain keras. Tanpa kompromi, seperti tipikal pemain asal Medan lainnya.
Aulia Siregar, selalu mempertaruhkan segalanya saat bertarung di lapangan. Meskipun memiliki karakter bermain keras, bukan berarti dia melupakan asas fair play dalam sebuah pertandingan.
Hal itu pula yang selalu dia tanamkan kepada anak asuhannya di SSB ASIOP saat menjadi pelatih. Karier Aulia Siregar yang dikenal garang memang tak setenar pemain asal Medan lainnya.
Sebut saja Ansyari Lubis, Markus Horison, Mahyadi Panggabean, atau Saktiawan Sinaga yang sempat menembus skuad timnas Indonesia.
Namun sepanjang kariernya, Aulia juga pernah memperkuat tim besar, salah satunya Persija Jakarta, tepatnya pada paro musim 1994-1995 usai membela PSDS Deli Serdang.
Tak lama, Aulia kembali ke tanah kelahirannya dengan memperkuat Medan Jaya pada 1996 hingga 1998.
Di klub rival sekota PSMS Medan itu, kualitas permainan Aulia semakin meningkat hingga akhirnya diangkut oleh tim berjulukan Ayam Kinantan, PSMS.
Aulia menjadi bagian dari skuad PSMS yang berhasil menembus hingga semifinal Liga Indonesia 2001.
Usai membela tim yang sangat dicintainya sejak kecil itu, Aulia malang melintang ke sejumlah klub mulai dari Pelita Krakatau Steel, PSPS, Persema, Persikabo, Persija Jepara, dan gantung sepatu di PSIR Rembang pada 2015.
Cintai Sepak Bola Usia Dini
Selepas gantung sepatu, Aulia Siregar sama sekali tak menyangka dengan jalan hidupnya bahwa bisa berkecimpung dalam pembinaan sepak bola usia dini hingga saat ini.
Pasalnya, setelah memutuskan gantung sepatu pada 2015, Aulia telah merancang masa depannya di luar dunia sepak bola. Bersama sang istri, ia belajar bisnis sekaligus membuka usaha secara mandiri.
“Cuma memang karena tak punya dasar dan bukan bidang saya, akhirnya berhenti di tengah jalan," kata Aulia.
Akhirnya, hati dan passion membawanya kembali ke dunia yang membesarkan namanya, sepak bola.
Diawali saat dirinya bertemu beberapa rekan eks pesepak bola yang kemudian mendorongnya untuk belajar dan merintis karier kepelatihan usia muda.
Mulanya, apa yang ada di pikiran Aulia tidak sejalan. Melatih anak-anak usia dini, dikatakannya tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Ia mengaku sempat tidak betah dan ingin berhenti dan kembali bertarung menjadi wirausahawan. Namun, pergulatan hati membuatnya tak berhenti.
"Pelan-pelan diikuti, dipelajari, dan dijalani, walau awalnya tidak betah," Aulia menceritakan.
Sejak saat itu, Aulia memahami segala dinamika yang terjadi di sepak bola akar rumput di Indonesia.
Menurutnya melatih tim usia dini perlu kesabaran dan juga ketelatenan ekstra.
Bahkan, urusan kesabaran itu harus dihadapinya tidak hanya saat mengayomi para pemain, tetapi juga ketika berhadapan dengan orang tua pemain.
Masalahnya, tak jarang idealisme pelatih usia dini berbenturan dengan ego beberapa orang tua yang belum mengerti esensi dalam pembinaan pemain usia dini.
"Karena melatih anak usia pembinaan memang dibutuhkan kesabaran yang super. Super sabar. Karena kami melatih pemain yang belum bisa apa-apa, dan harus diberikan dasar sepak bola yang benar," ujar Aulia.
"Belum lagi kesabaran terkait jika ada perbedaan pendapat dengan orang tua pemain," tuturnya.
Namun kini, Aulia telah menemukan kenyamanannya bergelut dalam sepak bola akar rumput.
Aulia saat ini tengah membantu ASIOP merebut kembali kejayaannya dalam Liga TopSkor U-13.
Saat ini ASIOP tengah bersiap menghadapi babak 16 besar Liga TopSkor U-13 2020-2021.
Kendati demikian, Aulia sama sekali tak membebani para pemain dengan target yang berlebihan.
"Fokus saya terus mengajarkan dasar sepak bola yang baik dan benar. Selalu mengarahkan anak-anak bermain sepak bola secara tim dengan satu dua sentuhan," ujar Aulia.
"Kebahagiaan kami sebagai pelatih bisa melihat dan menikmati indahnya seni mereka dalam bermain bola. Itu memang butuh proses panjang dan kesabaran," katanya.
Ikuti juga Instagram, Facebook, YouTube, dan Twitter dari Skor Indonesia.
View this post on Instagram
Berita Kiprah Lainnya:
Kiprah: Javier Roca, Orang Asing yang Tertantang Lahirkan Bibit Sepak Bola Usia Dini Indonesia
Kiprah: FX Yanuar Wahyu, Pensiun saat Laris Manis dan Kini Mengawal Goal Pemain Junior
Kiprah: Boy Jati Asmara, Striker Petarung yang Kini Tekun Melatih Pemain Usia Dini