SKOR.id - Atlet selancar ombak atau surfer Indonesia, Rio Waida, akan mengikuti Kejuaraan World Surf League Champion Tour tahun ini. Ajang ini hanya diikuti 32 peselancar elite dunia.
Namun, ketika membaca informasi di atas, apakah Anda sudah cukup dekat dengan olahraga selancar ombak atau surfing? Atau mungkin Anda sudah cukup tahu soal prestasi Rio Waida yang tampil dalam Olimpiade 2020?
Bagi para penggemar olahraga, nama Rio jelas sudah sangat tenar. Namun, bagi masyarakat Indonesia umumnya, namanya memang belum setenar Fajar Alfian dan Rian Ardianto atau Pratama Arhan.
Hal inilah yang ingin diubah oleh Ketua Umum PB PSOI (Persatuan Selancar Ombak Indonesia) Pandu Sjahrir.
Pandu yang kini menjabat sebagai Ketua Umum PSOI periode 2023-2027 itu ingin agar selancar ombak makin tenar.
"Potensi Indonesia luar biasa. Namun, orang Indonesia tidak tahu surfing Indonesia," ucap Pandu dalam Pelantikan Pengurus Besar PSOI Periode 2023-2027 yang digelar di Artotel Suites Mangkuluhur, Jakarta, Senin (19/6/2023).
"Surfing Indonesia terkenal di luar, tapi di Indonesia belum terkenal. Itu tugas kita lima tahun ke depan. Salah satu cara (mempopulerkan) adalah prestasi, sukses mendapatkan sukses," tutur Pandu dalam wawancara dengan Skor.id.
Ya, kesuksesan akan membuat nama atlet selancar ombak Indonesia makin tenar yang tentu saja memberikan nama baik kepada PSOI dan cabang ini.
Lalu, apa yang menjadi fokus utama Pandu sebagai ketua umum? "Fokusnya yang pertama adalah Olimpaide, 2024 dan 2028. Itu fokus utama selama saya menjadi ketua umum," ucap pengusaha berusia 44 tahun ini.
Setelah itu, para atlet berprestasi Indonesia juga dipersiapkan untuk mengikuti World Surfing Day dan mereka akan masuk di level challenger yang nantinya akan masuk ke level utama.
"Sudah ada tiga atlet yang lolos ke challenger," kata Direktur Toba Bara Sejahtera ini.
Demi mendukung prestasi para atlet, PSOI memberikan dukungan dalam aktivitas harian para atlet, dikirim ke turnamen, dan didukung dari sisi dana.
Selanjutnya, PSOI juga fokus untuk mengembangkan Liga Surfing Indonesia.
"Kita harus bisa membuat Liga Surfing Indonesia sebagai core profit-nya," ujar Pandu yang juga menyukai surfing ini.
Tak hanya soal pembinaan, PSOI juga ingin berkoordinasi dengan lembaga terkait soal pengembangan tempat surfing di Indonesia.
"5 dari 10 tempat surfing terbaik di dunia ada di Indonesia. Namun, akses dan infrastruktur pendukungnya perlu dikembangkan," ujar Pandu.
Salah satu contoh adalah Krui di Lampung Barat yang menjadi arena pertandingan surfing.
Diperlukan perjalanan selama 7 jam untuk menuju ke sana dari Bandara Muhammad Taufiq Kiemas Krui. Banda tersebut juga belum bisa menerima pesawat besar.
Dengan kata lain, akses yang baik masih sangat diperlukan.
"Potensinya besar. Dalam tujuh tahun terakhir surfing digelar di sana dan harga tanahnya naik empat kali lipat. Surfing ini juga membuat turisme menjadi lebih baik," kata Pandu.
Ya, PSOI masih memiliki pekerjaan rumah yang cukup banyak untuk terus memajukan olahraga selancar ombak di Indonesia.
Yang pasti, Indonesia mengharapkan makin banyak cabang-cabang olahraga yang berprestasi.