- Dalam Liga Indonesia 1994-1995, Persib Bandung dipandang sebelah mata oleh tim-tim eks-Galatama yang profesional.
- Hal tersebut membuat semangat pemain Persib, termasuk Yadi Mulyadi, membuncah dalam Liga Indonesia 1994-1995.
- Bersama Robby Darwis, Yadi Mulyadi mempersembahkan gelar juara Liga Indonesia 1994-1995 kepada Persib.
SKOR.id - Enam tahun berseragam Persib Bandung, Yadi Mulyadi hanya punya satu kenangan inidah, yakni juara Liga Indonesia musim 1994-1995.
Padahal, di zaman Perserikatan 1993-1994, palang pintu Persib itu menuai sukses. Menggotong Pangeran Biru menjadi juara Perserikatan terakhir.
"Karena saat di Perserikatan kekuatan semua lawan Persib sudah terbaca. Sementara di Liga Indonesia, lawannya beragam dan kekuatannya tidak bisa diduga," kata Yadi.
Berita Persib Lainnya: Teja Pakualam Jadi Pemain Lokal Persib Paling Bersinar pada 2020
Dalam Liga Indonesia edisi perdana itu, menurut Yadi, kualitas tekniknya benar-benar teruji. Itu memacu dirinya untuk membungkam rival yang mencibir Persib.
"Dulu, Persib itu dianggap sebelah mata oleh rival. Tanpa pemain asing dengan status amatir, beda kelas dengan tim asal Galatama," Yadi bercerita.
Tapi, Persib bisa membungkam mereka dengan memenangkan pertarungan di lapangan, dan mengangkat trofi juara pada akhir musim kompetisi.
"Padahal, saat itu pemain asing yang beredar punya kualitas teknik jempolan. Tidak seperti pemain asing zaman sekarang yang biasa-biasa," ucap Yadi.
"Jacksen Tiago, Dejan Gluscevic, dan Maboang Kessack, itu para pemain berkelas. Enggak mudah matikan gerakan mereka," Yadi menambahkan.
Tapi nyatanya para pejuang dari Kota Kembang ini mampu membuat publik terbelalak. Maung Bandung, julukan Persib, membuat geger sepak bola nasional.
Persib membalikkan logika sederhana, di mana tim amatir yang dikelola sambil lalu, bisa mengalahkan tim Galatama yang dikelola secara profesional.
"Modal kami saat itu bukan uang. Karena memang tidak ada gaji dan tidak memikirkan materi," Yadi menjelaskan dengan antusias.
"Tapi, kebersamaan untuk sedih dan senang sama-sama. Untuk mengharumkan nama daerah saja," pria kelahiran Lembang, 27 Desember menjelaskan.
Rekan duet Robby Darwis di benteng pertahanan Persib itu, mengaku beruntung bisa berseragam Persib. Karena di tim lain yang diperkuatnya, kebersamaan tak mengkristal.
Di Persib, katanya, semua kegiatan di luar sepak bola dilakukan bersama-sama. Tidak ada satupun pemain yang hilang dari lingkaran kebersamaan.
"Nonton ke bioskop kami selalu sama-sama satu tim. Begitu juga pergi mancing, makan-makan, atau hanya sekedar nongkrong di mes," kata mantan pemain Petrokimia Putra ini.
Berita Persib Lainnya: Kosin Hathairattanakool: Kiper yang Kembalikan Gairah Bobotoh ke Persib
Itu yang membuat Persib tidak bisa "dihancurkan". Justru marahnya akan membara jika ada tim yang mencoba memberi noda atau citra buruk ke Persib.
"Tambah lagi, dulu, sepak bola aman. Main di manapun nggak diganggu atau diteror suporeter tuan rumah," ucap Yadi.
"Kami cuma fokus pada pertandingan. Enggak mikirin keselamatan usai main bola. Jadi prestasi Persib stabil dari awal sampai akhir," pelatih Persib U-20 menegaskan.