- Tingkat stres yang dialami para pesepak bola meningkat dua kali lipat selama karantina akibat wabah Covid-19.
- Klub harus menyediakan psikolog dan para pemain harus saling dukung dalam kondisi sulit ini.
- Gangguan kecemasan bisa berdampak signifikan terhadap performa mereka di lapangan.
SKOR.id – Empat pesepak bola Skotlandia melakukan percobaan bunuh diri beberapa waktu lalu. Status mereka kini dalam pengawasan.
Kejadian ini membuktikan bahwa para pemain sepak bola juga rentan stres selama masa isolasi akibat pandem Covid-19.
Bahkan tekanan psikologis terhadap mereka berpotensi meningkat dua kali lipat. Ini artinya kebutuhan mereka untuk bantuan psikolog juga bertambah.
Selain faktor ekonomi, perubahan aktivitas yang drastis juga memicu masalah kejiwaan. Biasanya mereka sangat aktif di lapangan, tiba-tiba harus terkurung di rumah.
Berita Mikel Arteta Lainnya: Tangan Dingin Mikel Arteta Kembalikan Sinar Granit Xhaka di Arsenal
Fakta ini didapatkan dari penelitian FIFPro dengan fakultas kedokteran universitas di Amsterdam.
Antara 22 Maret hingga 14 April, mereka mewawancarai 1.602 pesepak bola profesional putra dan putri dari 16 negara.
Partisipan terdiri dari 1.134 pemain dengan usia rata-rata 26 tahun dan 468 dengan rata-rata 23 tahun. Sebanyak 22 persen pesepak bola putri dan 13 persen putra merasakan gejala depresi.
Sementara 18 persen pemain putri dan 16 persen putra menunjukkan gejala yang berhubungan dengan kecemasan umum. Alarm ini harus diperhatikan oleh klub.
“Tiba-tiba para pemain harus dikarantina, kehidupan profesional mereka terhenti dan keraguan soal masa depan. Beberapa mungkin ada yang tidak siap menghadapi perubahan ini,” ujar kepala sektor medis FIFpro, Vincent Goutterbarge.
"Saya menyarankan kepada mereka untuk meminta bantuan kepada orang-orang yang dipercaya atau seorang profesional untuk menangani kesehatan mental.”
Penelitian lebih dalam dilakukan Instituto di Scienze e Tecnologie della Cognizione dari CNR Padova.
Kelompok neuropsikolog dan psikolog olahraga yang dipimpin oleh Profesor Aiace Rusciano, penanggung jawab AC Milan Lab, mengambil sampel dari skuat AC ChievoVerona.
Mereka melakukan pemetaan kondisi mental dan bagaimana para pesepak bola dan staf tim mengelola stress.
Lalu data tersebut dielaborasi dengan model matematika untuk memonitor kesehatan mental.
Mereka juga menyebar kuesioner untuk penduduk di provinsi Veneto untuk membandingkan kondisi psikologis mereka selama karantina.
Grup peneliti tersebut menemukan bahwa ketidakpastian tinggi yang terjadi saat ini dapat meningkatkan stres.
Berita Manchester City Lainnya: Manchester City Patenkan Bek Muda Sejak Dini
Otak para atlet sulit menyesuaikan diri dengan kecemasan, amarah, keraguan dan perubahan suasana hati yang berlangsung cepat.
“Dalam momentum ini, beberapa pemain mungkin merasa khawatir, kecil hati, kesepian, ini merupakan ruang mental baru yang tidak memungkinan mereka bereaksi,” ujar Rusciano.
“Darurat Covid-19 merupakan marathon mental, perubahan mendadak bisa menempatkan para pemain dalam status lemah dari sisi psikologis, meningkatkan risiko cedera saat kembali latihan."
Ketika lobus otak depan mereka tidak bekerja dengan efisien maka para pemain akan terlambat mengambil bola, kebingungan, lamban dalam membaca permainan dan mengantisipasi aksi lawan.
Ini akan mengancam perolehan gol dan assist serta prestasi tim. Rusciano dan koleganya lantas menguji coba solusi kepada Chievo.
Mereka mengaplikasikan perangkat untuk mendeteksi variabilitas denyut jantung dan tidur, mengirim kuesioner standar dan meminta pemain melakukan akvititas khusus yang dipantau.
Jelas bahwa klub harus proaktif untuk menjaga kesehatan para pemainnya.
Mereka hendaknya tidak hanya memberi materi latihan dan diet harian di rumah tapi juga membuka akses konsultasi kejiwaan dengan psikolog.
Berita Giorgio Chiellini Lainnya: Giorgio Chiellini Beri Saran soal Keuangan Juventus
Di sisi lain, bek Juventus yang diangkat jadi Duta Dewan Pemain Global FIFPro, Giorgio Chiellini, meminta agar para pesepak bola saling mendukung untuk menghadapi masalah ini.
“Sangat penting bahwa pemain seperti sebuah keluarga, saling menjaga satu sama lain dalam periode ini, dengan cara saling bicara lewat telepon atau panggilan video," ucapnya.
"Kalian harus tetap berkomunikasi dengan rekan-rekan setim terutama yang kelihatannya mudah depresi atau cemas. Semangat tim harus dirawat meski sepak bola tidak dimainkan.”
Bdrita Manchester United Lainnya: Harapan Indonesia Manchester United soal Transfer Dayot Upamecano
Respons Klub
Mayoritas klub di Liga Inggris telah menyadari potensi gangguan terhadap kesehatan mental para pemain termasuk staf teknik. Oleh sebab itu, mereka menggunakan jasa psikolog olahraga.
Pelatih Arsenal, Mikel Arteta, mengungkapkan, “Setiap hari kami berkomunikasi dengan psikolog.” Para pemain pun dibuat sibuk dengan beragam aktivitas yang bisa dikerjakan di rumah.
Manchester City menggunakan jasa mantan psikolog tim nasional kriket Inggris, David Young. Setiap hari, para pemain mesti melaporkan kondisinya terkait fisik, psikologis dan spiritual.
“Kami memonitor termasuk perubahan kecil. Biasanya mereka yang berpura-pura dalam kondisi baik malah menyembunyikan ketakutan tertentu,” kata Young.
Rival City, Manchester United, mengambil langkah serupa. Para pemain diminta mengisi kuesioner dua kali sepekan dan ada sistem tandem antara pemain serta staf agar mereka kesepian.