SKOR.id – Sebuah ombak besar mengubah hidup Jack Johnson. Berikut kisah musisi yang pernah bermimpi menjadi peselancar profesional itu hingga berhasil menjual lebih dari 25 juta kopi album.
Sebut saja takdir atau nasib, tetapi hidup terkadang dapat memberi Anda kejutan yang tidak terduga.
Saat ini, Jack Hody Johnson terkenal sebagai penyanyi-penulis lagu yang sukses dengan karier solid dan memenangkan penghargaan.
Namanya jelas lebih dikaitkan dengan musik daripada olahraga surfing atau selancar. Namun, hal itu tidak seharusnya terjadi.
"Saya tidak pernah bermimpi akan memiliki karier musik," kata Johnson suatu ketika.
"Itu (bermusik) hanyalah salah satu hobi favorit saya. Awalnya saya suka olahraga selancar, dan ketika ombaknya besar, barulah saya akan bermain gitar," ujar musisi 49 tahun itu.
"Saya pikir wajar untuk bertanya-tanya bagaimana saya bisa sampai di sini (musik) dan apakah saya memang pantas berada di sini.”
"Ada begitu banyak hal aneh yang beruntung di sepanjang jalan yang mengarah ke sana," Johnson, yang sudah merilis 9 album sejak 2001, menuturkan.
Berawal dari Sang Ayah
Semuanya berawal di California. Ayahnya yang seorang peselancar, Jeff Johnson, setelah kelahiran kakak tertua Jack, memutuskan untuk belajar berlayar.
"Kakak tertua saya baru saja lahir, dan ayah saya selalu bercanda bahwa ia memutuskan untuk belajar berlayar, jadi ia naik perahu yang telah diperbaiki, dan berlayar ke Hawaii sendirian," Johnson mengisahkan.
"Ayah menghabiskan musim panas hanya untuk memperbaiki seluruh perahu ini, dan dari apa yang dapat saya kumpulkan, ia mendapatkan perahu itu, dan ia telah berlayar cukup jauh di sepanjang pantai sehingga agak siap.”
“Tetapi ayah selalu mengatakan dirinya belum berada pada titik di mana ia seharusnya berlayar ke Hawaii sendirian," ujar penyanyi yang juga penulis lagu itu.
Meskipun belum sepenuhnya siap, Jeff berlayar dari California ke Hawaii sendirian.
Perjalanan solo melintasi Samudra Pasifik merupakan usaha yang signifikan bagi Jeff, karena ia baru berusia 20 tahun saat itu.
Kemudian Jack Johnson lahir di Pantai Utara Oahu, Hawaii, pada tanggal 18 Mei 1975. Ia mulai belajar berselancar pada usia lima tahun.
Pada usia 13 tahun, Johnson jadi finalis di divisi Menehune pada Kejuaraan AS 1988, dan pada usia 17 tahun, mengukir sejarah sebagai peselancar termuda yang mencapai final Pipeline Masters 1992.
Persahabatan dekatnya dengan legenda selancar, Kelly Slater, mengukuhkan statusnya sebagai salah satu bintang selancar Hawaii yang sedang naik daun.
Kecelakaan di Pipeline
Kariernya sebagai atlet selancar terlihat mulus, hingga sebuah kecelakaan selancar yang dialaminya di Banzai Pipeline mengubah lintasan hidupnya.
"Saya menaiki ombak yang sudah saya lalui jutaan kali," ujar Johnson, mengenang.
"Ada momen ketika gelombang menutup. Seperti udara perlu didorong ke suatu tempat, dan itu membuka sedikit tempat di mana saya sayangnya langsung menyelam ke kepala karang."
"Saya hanya merasa wajah saya langsung masuk ke sesuatu yang terasa seperti semen."
"Saya sadar selama berada di bawah air, dan berpikir, 'Kepala saya baru saja terbentur sangat keras, dan saya harus berenang,' tetapi saya sulit berenang."
"Saya berada dalam kondisi mengambang dan berpikir, kemudian pada suatu saat, saya ingin mengambil napas, tapi saya berada di bawah air. Ketika saya menghirup air, itu membangunkan saya.”
“Dan saya sampai ke permukaan, kemudian hanya meraba-raba dan tidak merasakan gigi saya.”
“Saya merasa jari saya masuk ke tempat ini di kepala saya, seperti semacam lubang menganga," ujarnya.
Tidak Berselancar, Hanya Mengarang Lagu
Saat memulihkan diri dari cedera parah yang membuatnya mendapat banyak jahitan dan kehilangan gigi, Johnson beralih ke hasratnya yang lain, yaitu musik.
Selama periode pemulihan ini, ia mengasah keterampilan gitarnya, dibantu oleh buku-buku tabulasi yang diberikan ibunya.
"Itu adalah sebuah perubahan yang cukup besar dalam hidup saya," kata musisi peselancar itu.
"Jika dipikir-pikir, saya juga ingin melupakan bahwa itu bukanlah pengalaman yang mendekati kematian.”
“Tetapi ketika saya mengingatnya kembali, itu benar-benar seperti hanyut di dalam air, kehilangan kesadaran, dan itu cukup traumatis, menurut saya."
"Beberapa bulan berikutnya saya tidak dapat banyak berselancar. Tapi ibu saya sangat baik hati memberi saya banyak buku tabulasi, sehingga saya dapat belajar cara memainkan berbagai lagu gitar dan semacamnya."
"Saya pikir itu adalah peringatan kecil yang bagus, dan mungkin saya juga akan mengikuti jalur kuliah saja," ucap pelantun Drink The Water itu.
Terjun pada Dunia Film
Masa Johnson di University of California, Santa Barbara, tempat ia mengambil kuliah jurusan studi film, makin membentuk jalur kreatifnya.
"Saya memiliki gelar dari jurusan film dan tahu cara memuat kamera 16 milimeter serta semua hal semacam itu, tetapi agak sulit untuk mengetahui apa yang akan saya lakukan."
"Berkemah, kami membuat film selancar, saya juga cukup sering berselancar. Beberapa tahun terbaik dalam hidup saya adalah saat saya bepergian," ujarnya.
Johnson kemudian membenamkan dirinya dalam dunia film selancar. Ia bekerja sebagai sinematografer untuk proyek-proyek film ikonik seperti September Sessions dan Thicker Than Water bersama Chris Malloy.
Rekaman 16 mm Johnson yang unik memberikan estetika yang khas pada film-film ini, tetapi soundtrack yang menampilkan musik aslinyalah yang benar-benar membedakannya.
"Kami selalu membawa gitar, saya menulis lagu selama perjalanan, jadi ketika kami melakukan penyuntingan untuk September Sessions, kami sudah menyiapkan semua lagu,” ujar Johnson.
"Dan kemudian tepat di akhir, ada sebuah lagu yang tidak dapat kami peroleh haknya.”
“Dan untungnya semua orang yang terlibat dalam pembuatan film itu berkata, 'Masukkan satu lagu F-Stop Blues yang Anda tulis selama perjalanan itu.”
"Insting saya berkata, 'tidak, saya pembuat filmnya.' Rasanya aneh untuk memasukkan musik saya sendiri ke dalam film.'"
"Dan lucu juga jika mengingat kembali bahwa saya akan melawannya, tetapi untuk sesaat, saya merasa aneh memasukkan suara saya sendiri, tetapi saya harus melakukannya.'"
F-Stop Blues
Penyertaan lagu Johnson berjudul F-Stop Blues dalam film September Sessions merupakan momen penting dalam kehidupan pria asal Hawaii ini.
Film tersebut meningkatkan pertumbuhan basis penggemar dalam komunitas selancar.
Momentum itu akhirnya menarik perhatian musisi Ben Harper, yang mengundang Johnson untuk tampil sebagai pembuka turnya.
Langkah ke industri musik memuncak dengan dirilisnya album debutnya, Brushfire Fairytales (2001), yang meraih multi-platinum.
"Ada satu kali saat terbang ke Australia. Jika saya harus memikirkan momen saat saya berpikir, 'Oh ya, ini benar-benar terjadi.'"
"Saya harus menulis di dokumen masuk kecil yang bertuliskan profesi, dan saya datang ke sana untuk sebuah festival musik.”
“Jadi saya selalu menulis profesi saya sebagai mahasiswa, dan kemudian suatu kali, saya berpikir, 'Oh, saya rasa saya harus mengubahnya menjadi musisi.'"
"Saya ingat bahkan menulis 'm' dan kemudian berpikir, 'Apakah saya menulis musisi dengan benar?' Akhirnya saya menulis musisi sebagai profesi saya."
"Saya rasa itulah karier saya sekarang - itulah momen yang melekat pada diri saya sebagai saat ketika saya mengakui pada diri sendiri bahwa ini mungkin benar-benar terjadi. Saya menjadi seorang musisi sekarang," ujar Johnson, mantap.