- Makanan olahan sering menjadi pilihan orangtua untuk anak-anak mereka.
- Padahal makanan olahan memiliki dampak buruk bagi kesehatan.
- Salah satu efek buruk membuat perkembangan motorik lebih lambat.
SKOR.id - Mengonsumsi makanan olahan sering menjadi pilihan orang karena mudah menyajikannya dan hampir semua orang suka, termasuk anak-anak.
Meski tidak sepenuhnya dilarang, mengonsumsi makanan olahan sebaiknya tidak terlalu sering diberikan kepada anak-anak.
Karena dalam makanan olahan, umumnya terdapat zat tambahan seperti pewarna, aditif, serta kandungan gula dan garam yang tinggi.
Karena itulah, kebanyakan produk makanan olahan tidak mengandung nutrisi seimbang yang dibutuhkan si kecil, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Mengonsumsi makanan olahan tentunya memiliki konsekuensi bagi kesehatan kita.
Sebuah studi menunjukkan bahwa anak-anak usia 3-5 tahun yang mengonsumsi banyak makanan olahan memiliki keterampilan motorik lebih buruk daripada mereka yang jarang.
Selain itu, kesehatan kardiovaskular mereka yang sering makan makanan olahan pun lebih buruk pada anak usia 12 hingga 15 tahun.
Dalam penelitian ini, yang termasuk makanan olahan adalah makanan ringan kemasan, sereal, permen, minuman ringan, sup kalengan, makanan siap saji seperi pizza, hot dog, hamburger, dan nugget ayam, yang semuanya tidak asing bagi kita.
Untuk menguji hubungan antara kebugaran fisik dan makanan olahan selama berbagai tahap masa kanak-kanak, para peneliti menganalisis data dari National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) National Youth Fitness Survey.
Survei yang dilakukan pada 2012 ini menggunakan wawancara dan tes kebugaran untuk mengumpulkan data tentang aktivitas fisik, tingkat kebugaran, dan asupan makanan dari lebih dari 1.500 anak-anak di Amerika berusia tiga hingga lima tahun.
Untuk anak-anak di bawah usia lima tahun, para penelitian menggunakan perkembangan motorik sebagai ukuran kebugaran fisik.
Analisis mengungkapkan bahwa anak-anak dengan skor perkembangan terendah mengonsumsi 273 kalori lebih banyak per hari dari makanan olahan.
Sementara itu, kesehatan kardiovaskular digunakan sebagai ukuran kebugaran fisik pada anak yang lebih besar.
Studi menunjukkan bahwa praremaja dan remaja dengan kesehatan kardiovaskular lebih baik mengonsumsi 226 kalori lebih sedikit per hari dari makanan olahan.
“Temuan kami menunjukkan perlunya mendidik keluarga tentang cara mengurangi asupan makanan olahan untuk membantu menurunkan risiko masalah kesehatan kardiovaskular di kemudian hari,” kata Jacqueline Vernarelli, pemimpin tim peneliti.
Berita Bugar Lainnya
Kenali 3 Tanda 'Silent Killer'pada Kaki yang Mengintai Kesehatan Anda
Mengenal Apa itu Fase Manic Bipolar