SKOR.id - Founder Football Institute, Budi Setiawan, mengatakan anggapan adanya buzzer di belakang mantan pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong (STY) terbukti.
Itu berdasarkan sebuah riset dari Drone Emprit yang menunjukan bahwa memang ada akun bot yang terorganisir menyuarakan dukungan kepada STY.
"Dari riset ini membuktikan tagar #STYstay itu menggunakan buzzer. Hasil riset ini hampir sama dengan riset Football institute yang menyebutkan ada kepentingan lain di luar sepak bola," kata Budi dalam diskusi paparan hasil riset Drone Emprit tentang Analisis Percakapan Sepak Bola di Media Sosial, di Jakarta, Kamis (30/1).
Budi menjelaskan, ada motif tertentu di balik ramainya cuitan dukungan STY yang dipecat dari jabatannya sebagai pelatih Timnas Indonesia, 6 Januari lalu.
"Padahal sudah dijelaskan, ini soal pertimbangan (pemecatan) tapi masih ramai, itu patut dicurigai ada yang create (di media sosial)," kata Budi
Menurutnya, iklim sepak bola di Indonesia sudah tidak sehat dari perdebatan pemecatan STY sehingga muncul buzzer.
Selama ini, kata Budi, banyak pendukung Timnas Indonesia yang terbawa arus dari citra yang selama ini dibangun pelatih asal Korea Selatan itu.
"Ini efek dari proses pencitraan yang telah dibangun sekian tahun. Walaupun STY sudah enggak ada masih tetap ramai. Apakah ini di-create secara alamiah atau rekayasa, yang jelas sudah terbukti ada buzzer," ujarnya.
Untuk itu, Budi menilai langkah PSSI sudah tepat memutus kontrak STY.
Terlepas dari berbagai pertimbangan teknis soal kepemimpinan sang juru taktik di Timnas Indonesia, Budi mengatakan iklim sepak bola di Indonesia diharapkan bisa kembali sehat.
"PSSI mengambil kebijakan tepat dan berani atau tidak populis menghentikan kontrak STY di tengah jalan. Terlepas dari berbagai pertimbangan, dan ini diharapkan mengembalikan iklim suporter sepak bola sejati," kata dia.
Analisis Drone Emprit
Sementara itu, Analis Medsos Drone Emprit, Slovenia Istiani, mengatakan bahwa pembicaraan media sosial terbagi tiga kategori menanggapi pemecatan Shin Tae-yong.
Pertama kategori dengan narasi pro Shin Tae-yong, kedua kontra Shin Tae-yong, dan ketiga narasi media dan akun info.
Dia menjelaskan, isu STY diberitakan dalam 6.090 artikel dan 18.156 mention, dan dibicarakan di media sosial sebanyak 14.478 mention.
Sentimen positif terhadap STY di media sosial dan media online, kata Slovenia, didorong oleh pengakuan atas perubahan signifikan yang dibawa STY dalam performa Timnas Indonesia, dedikasi STY dalam membangun tim, serta pencapaian STY seperti membawa pasukan Garuda ke final Piala AFF 2020 dan peningkatan performa di Kualifikasi Piala Dunia 2026.
Namun, Slovenia menyoroti ada tagar #STYstay yang cukup masif di media sosial twitter.
Selain dicuitkan akun organik dan publik, tagar ini dicuitkan akun bot. Drone Emprit mencurigai akun bot ini digerakkan terorganisir dengan narasi yang sama.
"Ada akun yang kami tangkap polanya sama. Tidak hanya di Twitter, tagar terorganisir ini banyak ditemukan di Instagram. Akun ini tidak bicara konteks tapi lebih ke ampifikasi cuitan atau postingan, dia retweet atau komen untuk menaikkan engagement," kata Slovenia.
Dia menjelaskan, biasanya akun ini tidak secara khusus membicarakan topik terkait sepak bola. Akun ini secara khusus membicarakan isu sepak bola ketika ada pemberitaan STY dipecat.
"Mereka tidak menyampaikan informasi yang kontekstual seperti akun-akun besar atau akun-akun influencer," jelasnya.
Sementara itu, untuk kategori kontra STY menarasikan soal kegagalan Timnas Indonesia mencapai semifinal di Piala AFF 2024 yang dianggap berujung pada pemecatannya.
Kemudian, kritik kurangnya kemampuan komunikasi STY dengan pemain, strategi STY yang dianggap tidak efektif dan tidak sesuai dengan kebutuhan timnas, serta ketegangan antara pendukung dan penentangnya terkait kepemimpinan STY yang dianggap memanfaatkan buzzer.
"Untuk tagar #STYout itu, itu ada dari akun publik secara umum yang memang melihat kinerja STY tidak cukup memuaskan. Jadi mereka setuju dengan pendapat Erick Thohir, kemudian mereka mengamplifikasi statement Erick Thohir bahwa ada masalah komunikasi antara STY dengan para pemain, seperti itu," Slovenia memungkasi.