SKOR.id – Hari ini bertepatan dengan peringatan Hari Tumor Otak Sedunia atau World Brain Tumor Day 2024.
Hari Tumor Otak Sedunia diperingati setiap tahunnya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai tumor otak.
Juga dampaknya terhadap pasien dan keluarga, serta pentingnya penelitian dan dukungan bagi mereka yang terkena dampaknya.
Terkait Hari Tumor Otak Sedunia, Skor.id menampilkan sosok inspiratif atlet penyintas kanker otak yang sempat nyaris merenggut karier dan nyawanya pada usia muda.
Pada 2010 lalu, tidak lama setelah meraih impiannya menjadi atlet BMX profesional, Josh Perry menerima diagnosis tumor otak pertamanya.
Josh yang saat itu masih berusia 22 tahun divonis menderita meningioma, tumor jinak yang menyebabkan sakit kepala hebat dan gangguan penglihatan secara signifikan.
Padahal setahun sebelumnya, tahun 2009, Josh baru saja memenangkan kontes pro pertamanya serta kontes trik terbaik, sehingga ia berhak mendapatkan sebuah sepeda motor Harley Davidson baru.
Setelah divonis tumor otak, Josh pun menjadi tidak yakin akan masa depannya sebagai atlet sepeda BMX profesional.
Diagnosis
Tumor otak dimulai ketika sel-sel sehat di otak berubah dan tumbuh tidak terkendali, sehingga membentuk massa.
Menurut Cancer.Net, hampir 78.000 kasus baru tumor otak primer (termasuk tumor kanker dan non-kanker) didiagnosis pada 2015, dan hampir 700.000 orang di Amerika Serikat saja hidup dengan tumor otak primer dan sistem saraf pusat.
Meningioma merupakan tumor otak primer yang paling umum, mencakup sekitar 35% dari seluruh tumor otak primer.
Penyakit ini dapat menyebabkan gejala serius jika tumbuh dan menekan otak atau sumsum tulang belakang atau tumbuh ke dalam jaringan otak.
Tumor Josh Perry berhasil diangkat melalui kraniotomi terbuka, prosedur bedah invasif yang memerlukan pembukaan tengkorak.
Pemulihannya lambat namun tuntas, dan dalam waktu dua bulan, Josh bisa kembali ke sirkuit BMX.
Dua tahun kemudian, selama pemeriksaan tahunannya, MRI menunjukkan adanya dua tumor baru di lokasi kanker aslinya.
Josh merasakan dunianya terhenti untuk kedua kalinya. Optimisme yang ia bangun setelah diagnosis pertamanya, operasi, dan pemulihannya pupus.
Josh tahu bahwa harus ada alternatif selain operasi otak invasif dan setelah kenyataan pahit dari diagnosis kedua terjadi, ia berkomitmen untuk mencari cara lain.
Perawatan: Radioterapi
Setelah penelitian ekstensif di internet dan diskusi dengan dokter bedahnya, Josh mempelajari dan memutuskan suatu bentuk radioterapi atau terapi radiasi yang disebut bedah radio stereotaktik.
Dengan pendekatan non-invasif ini, pancaran radiasi secara tepat disalurkan ke area tertentu di dalam otak tanpa melalui pembedahan memasuki tengkorak.
Ada berbagai bentuk radioterapi, sebagian besar menggunakan berbagai jenis radiasi berenergi tinggi.
Seperti sinar-X, berkas elektron, proton, atau sinar gamma, untuk merusak atau membunuh sel-sel kanker dan non-kanker sehingga sel-sel tersebut tidak dapat bereproduksi.
Pasien umumnya menerima sejumlah perawatan tertentu selama jangka waktu tertentu.
Satu minggu setelah perawatannya, Josh sekali lagi mengemudikan sepeda BMX-nya.
Dia melaporkan prosedurnya tidak menimbulkan rasa sakit dan mirip dengan pemeriksaan MRI, hanya saja lebih singkat.
Selain terus berkompetisi di sirkuit BMX, Josh menyalurkan pengalamannya dan sertifikasi barunya sebagai pelatih kesehatan holistik ke arah program dan kampanye kesadaran kesehatan berskala luas.
Setelah kemenangan besar tersebut, Josh membuat penampilan X-Games pertamanya dan terus berkompetisi di Dew Action Sports Tour hingga 2013.
Kini, usai pensiun sebagai atlet, sebagai salah satu dari segelintir orang yang selamat dari tiga tumor otak terpisah, Josh yakin misinya adalah membantu mengedukasi penderita tumor otak tentang pilihan pengobatan mereka.
Berkat teknologi medis, Josh Perry kini sudah sehat kembali, menjadi sosok pria berusia 35 tahun yang hidup bahagia bersama keluarga dengan segala aktivitasnya.