SKOR.id – Stres merupakan sebuah istilah yang akrab bagi sebagian besar dari kita, dan muncul dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari.
Mulai dari tekanan pekerjaan dan ujian sekolah hingga stres psikososial dan situasi fisik yang menantang. Ini adalah respons alami tubuh terhadap situasi ketakutan atau kewaspadaan.
Ketika menghadapi stres, tubuh kita mengalami serangkaian perubahan penting.
Yaitu tekanan darah meningkat, merasakan peningkatan energi, dan otak jadi lebih fokus karena pelepasan glukosa ke dalam aliran darah.
Meskipun stres dapat bermanfaat dalam jangka pendek, namun jika berkepanjangan, stres dapat berdampak negatif pada kesehatan kita.
Hal ini dapat memengaruhi status klinis dari gangguan endokrin yang sudah ada sebelumnya, serta respons sistem kekebalan tubuh, sistem pencernaan, sistem reproduksi, dan suasana hati.
Stres erat kaitannya dengan pelepasan hormon dalam tubuh. Ketika kita mengalami situasi stres, wilayah kecil di dasar otak yang disebut hipotalamus diaktifkan.
Aktivasi ini memicu sistem alarm dalam tubuh yang mengarah pada pelepasan dua hormon utama: kortisol dan adrenalin.
Kortisol sangat penting untuk pengaturan metabolisme, respons imun, dan tekanan darah.
Dalam situasi stres, kadar kortisol meningkat untuk memberikan energi tambahan dan fokus mental yang lebih besar.
Namun, ketika stres menjadi kronis, peningkatan kadar kortisol dapat menyebabkan masalah seperti penambahan berat badan, gangguan tidur, dan ketidakseimbangan hormon.
Adrenalin, juga dikenal sebagai epinefrin, adalah hormon yang mempersiapkan tubuh kita untuk mengambil tindakan segera.
Hormon ini meningkatkan detak jantung, melebarkan saluran udara, dan mengarahkan aliran darah ke otot.
Respons stres ini berguna dalam situasi jangka pendek, namun kehadiran adrenalin yang terus-menerus dapat menyebabkan peningkatan kecemasan dan hipertensi.
Dampak stres dan persepsinya bisa berbeda-beda pada tiap orang. Pengalaman individu memainkan peran penting dalam bagaimana tiap orang bereaksi terhadap stres.
Selain itu, faktor psikososial dan biologis dapat memengaruhi perbedaan ini. Fluktuasi hormonal, khususnya, berkontribusi terhadap perbedaan respons stres antara pria dan wanita.
Namun, stres tetap subyektif, karena apa yang dianggap stres oleh seseorang, mungkin tidak dirasakan oleh orang lain.
Mitos dan Kebenaran tentang Kortisol dan Stres
Ada beberapa mitos dan kebenaran seputar kortisol dan hubungannya dengan stres. Marta Leon, pakar nutrisi dan kesehatan hormonal wanita, menjelaskan beberapa di antaranya:
Mitos 1: Kortisol Selalu Berbahaya bagi Tubuh
Kortisol adalah hormon penting untuk kelangsungan hidup. Dalam situasi stres, kortisol memobilisasi energi yang diperlukan untuk merespons suatu ancaman, karena hal itu membuat kita waspada.
Namun, masalah seperti stres kronis dan ketidakseimbangan kadar kortisol dapat berdampak buruk pada kesehatan.
Mitos 2: Kortisol Hanya Dilepaskan dalam Situasi Stres Emosional
Kortisol memiliki pola siklus sepanjang hari. Suhunya rendah pada malam hari untuk memungkinkan tidur dan meningkat pada pagi hari untuk mengaktifkan kita.
Oleh karena itu, tidak hanya stres emosional yang memicu pelepasan kortisol. Hal ini juga dilepaskan sebagai respons terhadap bentuk stres lain seperti latihan fisik, kurang tidur, dan fluktuasi kadar gula darah.
Mitos 3: Kortisol Selalu Menyebabkan Penambahan Berat Badan
Meskipun kortisol dapat berkontribusi pada penambahan berat badan, terutama bila meningkat secara kronis, hal ini bukanlah satu-satunya penyebab.
Pola makan, tingkat aktivitas fisik, dan faktor lain juga memengaruhi berat badan.
Mitos 4: Stres Hanya Menyerang Orang Dewasa
Anak-anak dan remaja juga mengalami stres, meskipun sumber stres mereka mungkin berbeda dengan orang dewasa.
Situasi yang mungkin tampak kecil dari sudut pandang orang dewasa bisa menjadi sangat menegangkan bagi remaja, sehingga memengaruhi rasa aman dan percaya diri mereka.
Mitos 5: Tidak Ada Cara untuk Mengendalikan Stres
Meskipun stres merupakan respons alami tubuh, stres dapat dikelola secara efektif.
Menjaga pola hidup sehat, mempraktikkan teknik relaksasi, tidur cukup, mengonsumsi makanan seimbang, dan rutin berolahraga merupakan cara mengelola stres.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menawarkan panduan manajemen stres yang memberikan keterampilan mengatasi masalah secara praktis.
Stres dan hormon berkaitan erat, dan penting untuk memahami pengaruhnya terhadap kesehatan dan kesejahteraan kita.
Dengan mengenali mitos dan kebenaran tentang kortisol dan stres, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk mengelola respons alami tubuh ini secara efektif.
Serta, menjaga keseimbangan yang sehat dalam kehidupan kita sehari-hari.