- Enam bulan tanpa turnamen, Andy Murray fokus menjaga kondisi badan selama masa pandemi Covid-19.
- Andy Murray yang merupakan petenis Inggris tersebut rutin latihan mandiri di rumah.
- Andy Murray ingin selalu siap kapanpun turnamen dimulai.
SKOR.id - Absen dari turnamen tenis selama sekitar enam bulan membuat Andy Murray fokus menjaga kondisi tubuh.
Apalagi dengan kondisi pinggang yang berkali-kali harus masuk meja operasi karena cedera.
Berita Tenis Lainnya: Andy Murray Khawatir Ancaman Gelombang Kedua Covid-19
Pada 2019, petenis Inggris tersebut absen enam bulan pertama setelah operasi pinggang pada Januari.
Davis Cup 2019 pada November, menjadi turnamen terakhir yang diikuti oleh Andy Murray sebelum kembali ke meja operasi awal tahun ini.
Pandemi Covid-19 membuat comeback Andy Murray tertunda dan kini sang atlet lebih banyak menghabiskan waktu di rumah.
"Saya belum bertanding selama enam bulan dan tidak menyentuh bola tenis selama enam pekan terakhir," kata Andy Murray, dilansir dari atptour.com.
"Saya telah mencoba menggunakan waktu saya untuk latihan dan menjaga agar pinggang saya lebih kuat."
Ya, Andy Murray melakukan ini agak kebugaran fisiknya terjaga dan dia tetap kuat secara fisik.
"Secara fisik, saya sudah siap," katanya.
Petenis 32 tahun tersebut mengatakan bahwa olahraga rutin yang dilakukan di rumah selama pandemi adalah bersepeda dan olahraga dengan alat kebugaran.
"Saya hanya perlu menjaga kondisi tubuh dalam keadaan prima sehingga ketika memungkinkan untuk bertanding, tubuh saya sudah siap," ucapnya.
Meskipun kondisi badan selalu prima, Murray mengakui dia pesimistis turnamen tenis 2020 akan berlanjut di tengah pandemi.
"Saya membayangkan tenis sebagai olahraga terakhir yang bisa kembali ke situasi normal karena ada banyak pemain dan pelatih yang harus berkumpul di satu area,” katanya.
Apalagi jika turnamen berlangsung terlalu dini maka kemungkinan besar malah menimbulkan efek gelombang kedua Covid-19.
Berita Tenis Lainnya: Stan Wawrinka: Roger Federer adalah Petenis Terhebat Sepanjang Masa
"Jika kita membuka kembali akses perjalanan internasional, itu malah akan memunculkan gelombang kedua infeksi Covid-19," ujarnya.
"Kondisi tersebut justru akan memperlambat pemulihan, tentu semua orang tidak ingin itu terjadi. Jadi, marilah kita pikirkan untuk terlebih dahulu kembali hidup normal."