- Timnas Indonesia era 2000-an pernah mengandalkan dua striker asal Salatiga, Gendut Doni dan Bambang Pamungkas.
- Gendut Doni dan Bambang Pamungkas adalah striker jajaran atas nasional pada eranya dan sama-sama alumni Diklat Salatiga.
- Ternyata, Gendut Doni dan Bambang Pamungkas juga pesepak bola yang sama-sama main tarkam demi menambah jam terbang.
SKOR.id - Pada era awal 2000-an, Gendut Doni adalah striker muda potensial timnas Indonesia dan jadi pilihan pelatih skuad Garuda.
Gendut Doni Christiawan bersama Ismed Sofyan menjadi dua pemain muda anggota timnas Indonesia pada Piala Tiger (nama lama Piala AFF) 2000.
Kala itu, usia Gendut Doni baru 22 tahun dan Ismed masih berumur 21 tahun. Namun, mereka sanggup menembus skuad inti tim asuhan Nandar Iskandar.
"Saat itu, saya dan Ismed adalah dua pemain muda untuk timnas Indonesia pada turnamen tersebut," ujar Gendut Doni kepada Skor.id, Jumat (11/4/2020) sore.
Baca Juga: 7 Striker Terbaik Timnas Indonesia versi Gendut Doni, Top Skor Piala AFF 2000
Pada Piala AFF 2000 itu, Gendut Doni selain jadi pemain tersubur skuad Garuda dan turnamen bersama Woorawut Srimaka dari Thailand, membawa Indonesia ke final.
Baca Juga: Striker Lokal Indonesia Pilih Main Aman, Itu Kritik Keras dari Peri Sandria
Sayang, Gendut Doni dan kolega gagal karena kalah 1-4 dari tuan rumah Thailand saat perebutan gelar juara.
Namun merunut ke belakang sebelum era 2000 itu, Gendut Doni adalah pemain muda alumnus Diklat Salatiga. Dia lulus lalu membela PSIS Semarang semusim pada 1998-1999.
Kemudian setelah itu berseragam Persijatim Jakarta Timur (kini Sriwijaya FC), lalu Gendut dipanggil timnas Indonesia.
Hanya saja mengenang awal karier seniornya, Gendut Doni mengatakan sepak bola antar kampung (tarkam) jadi hal penting untuknya.
"Ketika saya dan sejumlah pemain era itu yang di diklat, pasti kami merasakan pertandingan tarkam," ujar Gendut Doni.
Baca Juga: Pemain Lokal Tersubur Liga Indonesia Mengenang Lelaki asal Belanda
"Diklat Salatiga hanya punya satu kejuaraan antardiklat, jadi sangat minim untuk menambah jam terbang. Akhirnya, undangan tarkam pun diambil Diklat Salatiga."
"Namun, kami tak pecah tetapi menjadi satu tim sebagai Diklat Salatiga. Kami main tak hanya di Salatiga, sampai Brebes bahkan daerah di Jawa Barat, seperti Cirebon," ucapnya.
Bahkan sejak belum gabung Diklat Salatiga atau ketika Gendut Doni masih siswa SMP, dia sudah main tarkam.
"Bapak saya pelatih tim amatir Manunggal Pratama, itu milik pabrik Damatex. Saya sering dipanggil Diklat Salatiga buat tarkam sebelum gabung saat masih di Manunggal Pratama," ujar Gandut Doni.
"Saya semacam anak magang Diklat Salatiga saat masih SMP, itu juga dijalani Bambang Pamungkas," tuturnya.
Baca Juga: 3 Pemain Naturalisasi Penghancur Asa Juara Timnas Indonesia di Piala AFF 2004
"Jalan Bepe (sapaan Bambang) mungkin seperti saya, sebelum masuk diklat sudah membela Diklat Salatiga pada pertandingan tarkam."
Diklat Salatiga hanya memiliki siswa 25 orang dalam satu mes. Ketika mendapat undangan tarkam dua ajang, Diklat Salatiga kurang pemain.
"Makanya, Diklat Salatiga memakai tambahan pemain kampung saat mereka dipecah jadi dua untuk dua turnamen beda yang sama waktunya," kata Gendut Doni.
"Saat itu, saya dipanggil menjadi pemain tambahan. Ketika saya di Diklat Salatiga, Bepe yang adik kelas saya, juga dipanggil jadi pemain tambahan."
"Jadi seperti saya, Bepe itu sebelum masuk Diklat Salatiga sudah biasa main dengan kami. Dari situ, dia juga mulai dipantau dan Bepe memang punya kualitas bagus," ujarnya.
Baca Juga: Peri Sandria, Pemain Lokal Tersubur Liga Indonesia yang Kini Melatih Tentara
Bahkan saat sama-sama jadi siswa Diklat Salatiga, Gendut Doni dan Bambang Pamungkas jadi incaran Mastran Bandung Raya (MBR).
Klub yang sudah mati ini adalah juara Liga Indonesia musim 1996-1997 atau edisi kedua Ligina.
"Saat itu, saya dan Bepe membela Diklat Salatiga main di Cirebon dan uji coba lawan Bandung Raya. Kami ditawari setelah lulus sekolah akan mereka rekrut," ujar Gendut.
"Pak Tri Goestoro yang bilang, beliau adalah manajer Bandung Raya. Tetapi, saya lulus dari Diklat Salatiga ternyata klub itu bubar."
Baca Juga: Aturan Sepak Bola Direvisi, Mulai VAR hingga Handball