SKOR.id – Sergio Perez berambisi untuk menjadi penantang gelar F1 pada 2024. Namun, menurut Franz Tost, itu akan sulit karena pembalap Meksiko tersebut satu tim dengan Max Verstappen di Red Bull Racing.
Verstappen keluar sebagai juara dunia Formula 1 untuk kali ketiga secara beruntun pada 2023. Ia benar-benar mendominasi musim lalu dengan memborong 19 kemenangan dari 22 Grand Prix.
Saking besar margin keunggulannya dibandingkan para pembalap lain, Super Max sukses mengeklaim titel F1 ketiganya dengan lebih dari dua kali lipat jumlah poin Perez, yang menutup musim di posisi runner-up.
Selama memperkuat Red Bull sejak 2016, Max Verstappen telah membangun reputasi sebagai ‘pembunuh rekan setimnya’. Pierre Gasly, Alex Albon, hingga yang teranyar Sergio Perez tak berkutik menghadapinya.
Perez tentu ingin mendapat perpanjangan kontrak dari Red Bull setelah F1 2024. Namun, ia tahu mantan rekan Verstappen, Daniel Ricciardo, tengah mengintai posisinya. Bintang McLaren Lando Norris juga kerap disebut sebagai calon target tim di masa depan.
Satu-satunya cara Checo, sapaan akrab Sergio Perez, untuk meyakinkan Red Bull adalah dengan memberi performa solid untuk mengimbangi atau bahkan mengalahkan Verstappen pada musim baru nanti.
Tetapi Franz Tost yang adalah mantan bos Super Max di Toro Rosso, memperingatkan Perez serta pembalap yang tertarik berbagi garasi dengan Verstappen bahwa mereka akan gagal jika berada satu tim dengannya.
Kepada F1-Insider, Tost yang memutuskan pensiun dari perannya sebagai Prinsipal Tim F1 AlphaTauri pada akhir 2023, menegaskan tidak ada pembalap yang bakal bisa bertarung melawan Max Verstappen.
“Jika Max (Verstappen) terus memiliki mobil bagus, dia pasti memenangi lebih banyak balapan dan gelar. Dia masih belum mencapai batasnya dan hanya akan menjadi lebih baik,” ungkap Tost.
“Tidak ada pembalap yang menjadi rekan setimnya akan mampu melampaui peran mereka sebagai orang nomor dua (di belakang Verstappen),” pria kebangsaan Austria tersebut menambahkan.
Franz Tost mengawasi Verstappen pada musim rookie-nya di F1 bersama Toro Rosso (kini AlphaTauri) 2015 lalu usai menyelesaikan sesi latihan bebas pertama di Sirkuit Suzuka, Jepang setahun sebelumnya.
Meski Tost mengatakan tak mungkin menemukan calon juara dunia di usia dini, ia melihat Max Verstappen memiliki bakat natural serta mengingatkannya kepada pembalap legendaris Michael Schumacher.
“ini semua tentang skill pembalap dan hubungannya dengan kecepatan. Bersama Michael, Anda tidak akan pernah merasa bahwa dia kehilangan kecepatannya, bahkan pada lap pertamanya di dalam mobil Formula 1. Itu sama seperti Max Verstappen,” tutur Tost.
“Ketika dia mengemudikan mobil Formula 1 untuk pertama kali di Suzuka pada usia 17 tahun, dia langsung menguasainya, meski kecepatannya jauh lebih tinggi. Dia juga tak bermasalah dengan pengereman, walau gaya sentrifugalnya sangat besar hingga 6G.”