- Persija Jakarta pernah mendapat pesaing berat dari tim ibu kota lainnya yakni Persitara pada periode 2006-2010.
- Masalah finansial dan dualisme PSSI membuat Persitara kesulitan bertahan di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
- Selama pertemuan, Persitara pernah dua kali mengalahkan Persija, satu di antaranya tercipta dalam laga kandang.
SKOR.id - Derbi ibu kota sudah sering terjadi sejak era Liga Indonesia pada 1994. Namun, duel Persija Jakarta versus Persitara Jakarta Utara dikenal paling panas.
Untuk periode Liga 1 sejak 2017, derbi ibu kota disematkan untuk Persija versus Bhayangkara FC. Hanya saja tensinya nyaris tak bergema.
Sebelum itu, Persija sudah punya rival satu kota yang sempat mewarnai persepak bolaan Jakarta. Pada era awal 2000 ada Persijatim Jakarta Timur sebagai rival.
Berita Persija Lainnya: Kilas Balik Piala Tiger 2004: PSM-Persija Berang dan Timnas Indonesia Pesta Gol
Namun, rivalitas kedua tim tak berlangsung lama. Pasalnya pada 2002 Persijatim pindah ke Solo menjadi Persijatim Solo FC.
Dua tahun berselang, Persijatim diakuisisi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan dan lantas berganti nama lagi menjadi Sriwijaya FC.
Satu garis linier yang sama, pertemuan Persija dengan Persijatim serta Bhayangkara FC tak menghadirkan persiangan rivalitas yang sangat keras.
Karenanya, derbi ibu kota terpanas yang dikenal adalah ketika Persija berebut atensi warga Jakarta dengan Persitara. Persaingan ini kerap dianggap bumi dan langit.
Persija sebagai tim bertabur prestasi sejak berdiri mendapatkan dukungan penuh dari Pemprov DKI, sedang Persitara tak mendapat banyak dukungan dari Pemprov.
Meski kerap dicap sebagai anak tiri Pemprov DKI Jakarta, Persitara memiliki basis dukungan suporter yang cukup banyak dan bahkan militan.
Meski rivalitas kedua tim tak berlangsung lama, tapi keberadaan Persitara bisa meredupkan hegemoni Persija sebagai satu-satunya klub ibu kota.
Rivalitas kedua tim dimulai pada musim 2006, ketika Persitara mentas di kasta tertinggi sepak, setelah musim sebelumnya masuk empat besar kasta kedua.
Meski Persija bertabur pemain top, nyatanya tidak mudah mengalahkan Persitara. Derbi ibu kota edisi perdana menghadirkan kesan yang ketat bagi fan klub.
Pada musim itu Persitara diperkuat pemain-pemain potensial, di antaranya Amarzukih, John Tarkpoor, Ritham Madubun, dan penjaga gawang Iswan Karim.
Pada pertemuan pertama di Stadion Tugu, Persitara menyerah dari Persija skor 1-2. Namun pada paruh kedua, Persitara sukses menahan Persija, skor 1-1.
Musim berikutnya (2007-2008) Persitara meraih kemenangan perdananya atas Persija, dengan skor skor 2-1. Tetapi kekalahan itu dibalas Persija dengan skor sama pada pertemuan kedua.
Perfoma Persitara pada musim ini terbilang impresif. Mereka sukses bertengger di posisi ketujuh akhir klasemen, bahkan di atas tim kaya seperti Pelita Jaya dan Persita.
Dengan pencapaian tersebut, Persitara lolos seleksi alam untuk mengikuti kompetisi Liga Super Indonesia 2008, yang tidak lagi memakai sistem wilayah.
Pada musim perdana LSI itu, penampilan Persitara perlahan menurun. Namun begitu, pada musim ini pula Persitara mencatat kemenangan terbesar atas saudara tuanya itu.
Bertanding di depan pendukungnya, Stadion Tugu, Jakarta Utara, Persitara bikin kejutan dengan mengalahkan Persija dengan skor 4-2.
Gol-gol Persitara dicetak oleh John Tarkpoor, Kabir Prince Bello, Muhammad Aji, dan striker lokal yang tengah naik daun saat itu, Rachmat Rivai.
Kemenangan itu sebagai bentuk balasan sempurna kekalahan Persitara 1-3 dari Persija pada putaran pertama. Aksi saling balas terus terjadi dari musim sebelumnya.
Sementara itu skuad mentereng Persija pada musim 2009-2010 sulit ditandingi Persitara. Pada saat yang sama Persitara mengalami krisis finansial.
Pada akhir musim Persitara dipastikan kembali turun kasta. Pada musim ini Persitara kalah dua kali dari Persija, dan yang terakhir pada 22 Mei dengan skor 0-1.
Itu adalah pertemuan terakhir kedua tim di kompetisi kasta tertinggi Tanah Air. Setelah itu hampir satu dekade, kedua tim ibu kota tak pernah lagi bersua.
Bahkan kabarnya, tim berjulukan Si Pitung ini dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Untuk bersaing di level regional Liga 3 DKI Jakarta saja kesulitan.
Berita Persija Lainnya: Masa Suram Persija, Perang Saudara Pengurus dan The Jakmania
Bahkan, pada 2016-2017 manajemen klub sempat diambilalih oleh North Jak atau NJ Mania, sebutan suporter Persitara, karena manajemen klub tak becus.
Adapun yang membuat Persitara hancur adalah dualisme pengelolaan klub, yang terjadi pada musim 2011, saat Djohar Arifin Husin memimpin PSSI.
Head to Head Persija vs Persitara
31-1-2006: Persitara 1-2 Persija
25-4-2006: Persija 1-1 Persitara
17-2-2007: Persitara 2-1 Persija
13-12-2017: Persija 2-1 Persitara
14-7-2008: Persitara 1-3 Persija
6-6-2009: Persija 2-4 Persitara
20-1-2010: Persija 3-0 Persitara
22-5-2010: Persitara 0-1 Persija