SKOR.id - Papua Football Academy (PFA) bisa dibilang menjadi salah satu akademi sepak bola di Indonesia yang punya fasilitas dan kurikulum terbaik.
Soal fasilitas, akademi ini bermarkas di Mimika Sport Complex (MSC), Mimika, Papua Tengah, yang memiliki satu stadion utama dengan rumput asli, dan satu lapangan latihan dengan rumput sintetis yang berkualitas baik.
Selain itu, dalam area tersebut juga ditunjang dengan adanya fasilitas gym, maupun ruangan dan alat-alat yang bisa menunjang penerapan sport science dalam program latihan mereka.
Terkait filosofi permainan, Direktur Akademi Papua Football Academy, Wolfgang Pikal, pun mengungkapkan pentingnya kedisiplinan dalam pengembangan pesepak bola muda.
“Saya mau anak kami harus disiplin seperti orang Jerman, punya filosofi, punya dasar, tapi harus ada ruangan untuk ekspresi diri pemain. Soalnya pemain dalam 10 tahun ke depan itu harus bisa keluar dari tekanan, keluar under pressure harus bisa aksi. Soalnya 10 tahun ke depan sepak bola akan menjadi lebih cepat, ruangannya jadi lebih sempit. Artinya pemain harus mampu keluar dari tekanan,” kata Wolfgang Pikal, kepada wartawan di Sporthall Tembagapura, Mimika, Papua Tengah, Selasa (22/10/2024).
Eks asisten pelatih Timnas Indonesia itu pun menuturkan salah satu cara dalam mengatasi tekanan itu adalah dengan dribel.
“Saya enggak bisa bilang tidak boleh dribel, yang jelas umur 13-14 tahun mereka harus mulai belajar di mana dan kapan saya harus dribel. Dribel itu satu hal yang baik, misalnya kita bisa ciptakan momentum peluang untuk tim kita, itu sangat baik,” tuturnya.
Selain itu, pelatih berusia 56 tahun itu juga mengungkapkan kurikulum yang diterapkannya di Papua Football Academy dasarnya adalah Filosofi Sepak Bola Indonesia (Filanesia). Mengingat, itu adalah arahan dari PSSI.
“Tapi jelas kami punya modifikasi, seperti sekarang kami sudah masuk mengajarkan inverted fullback, hybrid center back, serta tiga bek tengah.
“Kami ingin mengedukasi semua hal tentang sepak bola kepada pemain. Soalnya kami mau semua anak PFA dikenalkan banyak hal tentang sepak bola, supaya nanti main di Jawa sudah punya gambaran, bagaimana main tiga bek di belakang, bagaimana nanti misalnya dia diminta main inverted fullback, harus sudah tahu. Itu keinginan kami,” jelas pelatih asal Austria berlisensi AFC Pro yang sudah fasih berbahasa Indonesia itu.