SKOR.id - Papua Football Academy (PFA) memiliki program yang sudah terukur dalam mengembangkan potensi pesepak bola muda Papua. Dari jam latihan per minggu pun sudah dibuat sedemikian rupa program untuk para siswa mereka.
Hal itu diungkapkan pelatih kepala PFA, Ardiles Rumbiak, di sela-sela kegiatan coaching clinic di Sporthall Tembagapura, Mimika, Papua Tengah, Selasa (22/10/2024).
“Yang pertama mungkin perlu diketahui, kami dari PFA masuk semester 3 ini anak-anak 20 jam per minggu untuk waktu latihan mereka. Artinya apa? Untuk anak usia ini kalau kita naikkan level mereka untuk bisa dapat level tertinggi di level elite sama seperti beberapa akademi besar di Eropa, anak-anak kami sudah bisa mampu menyesuaikan diri di tahapan latihan hampir 20 jam per minggu,” kata Ardiles Rumbiak.
Menurut eks pemain Persipura Jayapura itu, waktu latihan tersebut sangat baik untuk mencapai level usia matang sang pemain. PFA pun memikirkan betul bagaimana membentuk fisik, gizi, serta pola latihan para siswanya yang saat ini berjumlah 60 pemain.
“Kenapa begitu? Agar supaya mereka siap secara keseluruhan dari tubuh mereka bagaimana kami bisa menciptakan pemain yang kuat, cepat, cerdas secara taktikal di kemudian hari, ya kami harus siapkan dari sekarang,” jelas pelatih berusia 38 tahun itu.
Lebih lanjut, eks pelatih Persemi Mimika ini juga mengungkapkan pendapatnya mengenai apa yang selama ini kurang berjalan baik dalam pembinaan sepak bola di Indonesia.
“Menurut saya, selama ini kurang berjalan baik ya kita jangan di usia matang baru kita ingin membuat perubahan seperti ini. Tapi kalau bisa kita siapkan fondasi ini dari awal. Dan ini harus serentak, tidak bisa hanya di Papua Football Academy saja.”
“Kalau seluruh akademi di Indonesia bisa melakukan ini, saya kira kita Indonesia juga bisa berbicara banyak dan bisa mendapatkan pemain-pemain kualitas dari Indonesia sendiri,” jelasnya.
Selain itu, Ardiles juga mengungkapkan alasannya membawa para pemainnya berlatih di dataran tinggi seperti di Sporthall Tembagapura yang mencapai 2000 meter di atas permukaan laut (mdpl).
“Pertama, anak-anak belajar bagaimana menyesuaikan diri dengan cuaca terutama di dataran tinggi, oksigennya semakin menipis. Kenapa? Agar mereka terbiasa, siapa tahu nanti di kemudian hari ada yang bermain di luar negeri atau di mana pun. Dan juga apabila mereka bermain di dataran rendah, stamina mereka bisa lebih kuat,” jelas Ardiles Rumbiak.