SKOR.id - Pengurus Besar Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (PB FOBI) menggelar Kongres IV di Jakarta, Minggu (1/12/2024), diikuti 25 dari total 29 pengurus provinsi.
Pada kongres tersebut, Edy Kusuma kembali terpilih menjadi Ketua Umum PB FOBI untuk periode empat tahun ke depan (2024-2028).
Sebagai informasi, Edy Kusuma terpilih secara aklamasi. Dia merupakan calon tunggal.
Selain melantik ketua umum, Kongres IV PB FOBI juga membahas perkembangan barongsai Indonesia hingga ke kancah internasional.
"Dalam anggaran dasar kita memang harus melakukan rakernas. Jadi sesuai itu, kita laksanakan kewajiban dan ketentuan. Ini salah satunya, sekaligus tanggung jawab dalam tugas empat tahun, sekaligus pemilihan ketua umum," ujar Edy Kusuma kepada awak media.
Sang Ketum mengatakan, perkembangan barongsai di Indonesia memang masih belum terlalu lama dan harus berperan aktif untuk mengikuti kejuaraan tingkat internasional.
Sebagai sebuah olahraga prestasi, lanjut Edy Kusuma, barongsai Indonesia masih mempunyai ketertinggalan dibandingkan dengan negara-negara lain.
Namun, dia optimistis PB FOBI mampu mengejar ketertinggalan tersebut karena Indonesia mempunyai sumber daya manusia yang potensial.
"Jadi, saya pikir potensi kita itu besar sekali. Kalau dibandingkan sama negara tetangga saja, kita itu masih banyak kekurangan. Tapi karena kita dasarnya, sejak dulu barongsai itu cukup banyak dan kuat di budaya masyarakat," Edy Kusuma menambahkan.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Komite Olahraga Indonesia (KOI), Raja Sapta Oktohari, berharap kongres yang juga digunakan untuk memilih Ketua Umum PB FOBI kali ini mampu membawa organisasi ke arah yang jauh lebih baik.
Raja Sapta Oktohari mengatakan, KOI akan sangat mendukung langkah PB FOBI dalam merumuskan dan menegosiasikan agar cabang barongsai dipertandingkan di SEA Games.
"Ada Ketua Umum Pak Edy, ada Pak Tony, ada Pak Sekjen, kalau kita kerja sama mencalonkan barongsai masuk multicabang), ini bisa menjadi inisiatif yang dimulai dari Indonesia," kata Raja Sapta Oktohari.
"Kita mulai dulu dari 11 negara Asia Tenggara, setelah itu baru ke 45 negara di Asia," dia menambahkan.