Ducati Terlalu Dominan, Sulit untuk Tahan Francesco Bagnaia

Tri Cahyo Nugroho

Editor: Tri Cahyo Nugroho

Jorge Martin, Francesco Bagnaia, dan Marco Bezzecchi (foto ki-ka), menjadi representasi dominasi Ducati di MotoGP saat ini. (Jovi Arnanda/Skor.id)
Jorge Martin, Francesco Bagnaia, dan Marco Bezzecchi (foto ki-ka), menjadi representasi dominasi Ducati di MotoGP saat ini. (Jovi Arnanda/Skor.id)

SKOR.id – Berakhirnya Grand Prix TT Assen, Belanda, Minggu (25/6/2023), sekaligus menandai dimulainya libur musim panas selama sebulan lebih. 

Para pembalap akan kembali lagi pada round (putaran) ke-9 Kejuaraan Dunia MotoGP 2023, GP Inggris, di Sirkuit Silverstone pada 4-6 Agustus nanti. 

Libur satu bulan lebih tentu akan dimanfaatkan para pembalap untuk “mengisi baterai” mereka menjelang paruh kedua musim. Bagi mereka yang cedera, jeda musim panas ini bisa digunakan untuk pemulihan.

Paruh kedua MotoGP masih menyediakan 12 putaran dengan 24 race (termasuk sprint) dan maksimal 444 poin yang bisa diperebutkan. Dengan poin sebanyak itu, apa pun memang masih sangat mungkin terjadi di posisi klasemen pembalap. 

Namun, melihat dominasi Ducati dan konsistensi Francesco Bagnaia (Ducati Lenovo Team) dari delapan Grand Prix yang sudah digelar, sepertinya butuh upaya ekstra keras dari para rival untuk mencegah pabrikan dan pembalap asal Italia itu mempertahankan gelar juara dunia MotoGP mereka musim ini.  

Di Assen, Bagnaia mampu finis P2 pada sprint (9 poin) dan memenangi Grand Prix (25) untuk mengoleksi total 34 poin dari Belanda, sekaligus memperkokoh posisinya di puncak klasemen pembalap. 

Salah satu rival Bagnaia yang difavoritkan di Assen menyusul hasil latihan bebas dan kualifikasi (merebut pole position), Marco Bezzecchi (Mooney VR46 Racing Team), meraup poin penuh di sprint (12) dan finis P2 pada balapan utama (20). 

Hasil itu membuat pembalap Italia tersebut berada di peringkat ketiga klasemen pembalap MotoGP namun selisih poinnya dengan posisi kedua Jorge Martin (Prima Pramac Racing) tinggal satu poin. 

Pembalap asal Spanyol itu menyapu bersih dua race di Sachsenring, Jerman, untuk naik ke posisi kedua klasemen – menggeser Bezzecchi – dengan gap dari Bagnaia hanya 16 poin. 

Namun, finis P6 di sprint dan P5 pada Grand Prix di Assen – total 15 poin – membuat selisih poin Martin dengan Bagnaia melebar menjadi 35 poin menjelang libur musim panas.

Hingga delapan Grand Prix yang sudah digelar, Ducati dan Bagnaia tidak hanya mampu konsisten namun juga dominan. 

Di balapan utama, Ducati hanya sekali “kecolongan” di Austin saat Alex Rins (LCR Honda Castrol) memenangi Grand Prix Americas. Adapun para pemakai Ducati memenangi tujuh lainnya dengan komposisi: Bagnaia 4, Bezzecchi 2, dan Martin 1. 

Pada sprint, baru Brad Binder (Red Bull KTM Factory Racing) yang mampu mengusik Ducati dengan 2 kemenangan. Ducati lagi-lagi masih mendominasi lewat Bagnaia 3 kali, Martin 2, dan Bezzecchi 1.

Mengapa Ducati Mampu Mendominasi? 

Di MotoGP saat ini, konfigurasi mesin yang dipakai adalah V-Four (V4) dan inline (hanya Yamaha yang memakainya setelah Suzuki pergi). Ducati mengadopsi mesin V4 yang sudah terbukti unggul dari sisi performa (baca: kecepatan dan top speed) karena tenaga yang lebih besar. 

Dimensi mesin-mesin V4 lebih sempit, sehingga membuat aspek aerodinamika lebih baik (dibanding mesin segaris).  Untuk aerodinamika, tidak ada yang menyangkal bila Bologna Bullet merupakan pionir peranti-peranti ini. 

Lantas, mengapa pabrikan seperti Honda, Aprilia, dan KTM, yang notabene juga memakai mesin V4, kini terlihat tertinggal jauh dari Ducati? 

Satu faktor yang tidak mereka miliki adalah banyaknya motor Ducati Desmosedici GP di grid MotoGP. Musim ini, selain tim pabrikan Ducati Lenovo, masih ada Pramac Racing, VR46 Racing, daan Gresini Racing. 

Itu berarti 8 dari 22 motor di grid MotoGP saat ini adalah Ducati. Bandingkan dengan Honda, Aprilia, dan KTM – GasGas Factory Racing Tech3 memakai motor yang identik dengan KTM RC16 – yang masing-masing hanya menurunkan 4 motor. Atau, Yamaha yang hanya memiliki tim pabrikan pada musim ini. 

Banyaknya motor yang turun membuat Ducati sangat diuntungkan karena banyaknya data. Namun, semua data itu tidak datang cuma-cuma karena Ducati juga menaruh investasi sangat besar untuk mendukung penuh tim-tim pemakai mesin mereka. 

Bagaimana Peluang Para Rival di Paruh Kedua MotoGP 2023

Melihat hasil-hasil dari delapan Grand Prix yang sudah digelar, sulit untuk tidak mengatakan bahwa di paruh kedua nanti masih akan menjadi duel di antara para pemakai Ducati. Tentu saja ini bukan mengecilkan pabrikan lain. 

Honda bisa dibilang masih sangat mengandalkan juara dunia MotoGP enam kali (2013, 2014, 2016, 2017, 2018, 2019) Marc Marquez (Repsol Honda). Namun, Marquez terlihat belum mampu kembali ke bentuk terbaiknya. 

Belakangan, ia mengaku perlu memperbaiki diri dari sisi fisik dan kekuatan mental. Jeda sebulan ini diharapkan mampu dimaksimalkan sebaik mungkin. Ia juga perlu lebih bersabar dengan Honda. 

Di sisi lain, meskipun sudah merebut kemenangan pada musim perdananya di LCR, Alex Rins belum mampu konsisten. Takaaki Nakagami (LCR Honda Idemitsu) juga stagnan. 

Sedangkan juara dunia MotoGP 2020 Joan Mir (Repsol Honda) yang baru bergabung musim ini masih sering terjatuh karena belum benar-benar mampu beradaptasi di atas Honda RC213V. 

Mungkin, saat ini hanya KTM dan Aprilia yang mampu konsisten mengganggu Ducati. Binder beberapa kali mampu merangsek ke depan untuk bersaing. Di kubu Aprilia, Aleix Espargaro juga sudah menegaskan dirinya belum melempar bendera putih. 

Pembalap Aprilia lainnya, Maverick Vinales, juga bisa merepotkan di depan jika dalam kondisi terbaik. Dari sisi teknis, baik Aprilia maupun KTM tampaknya tidak tertinggal jauh dari Ducati. Berbeda dengan Honda yang mengklaim sudah tertinggal beberapa tahun. 

Lantas, bagaimana dengan Yamaha? Juara dunia MotoGP 2021 Fabio Quartararo sepertinya sudah bosan meminta agar pabrikan asal Iwata, Jepang, itu melakukan pengembangan tetapi sejauh ini belum membuahkan hasil. 

Francesco Bagnaia Makin Matang 

“Saya senang karena sekali lagi tim saya memberikan apa yang saya minta dan butuhkan,” kata Bagnaia kepada DAZN, seusai memenangi balapan di Assen. 

“Yang terpenting saat ini adalah bagaimana menjadi yang terkuat, bukan yang tercepat. Saya belajar karena di awal tahun saya merasa kuat, tetapi lalu melakukan kesalahan. Kami lantas bekerja untuk mencoba agar tidak terjatuh lagi. 

“Beberapa balapan terakhir kami cukup konstan dan kini bisa menikmati liburan dengan posisi sekarang. Saya ingin terus seperti ini karena kami melakukan pekerjaan dengan baik.”

Bagnaia juga menyebut, rival terdekat akan selalu ada di kejuaraan seketat MotoGP. Martin mampu tampil bagus di dua balapan terakhir. Bezzecchi juga memiliki kecepatan bagus walaupun turun dengan motor tahun lalu. 

“Aprilia mulai melaju kencang lagi dan mereka melakukan pekerjaan dengan baik,” ucap Francesco Bagnaia. Brad (Binder) ada di sana lagi. Jika Anda melihat ritmenya, dia kurang di semua sesi, tapi hari ini dia ada di sana  (balapan utama GP Assen). Binder tipe pembalap predator dan dia juga sangat kuat.” 

Para pesaing Francesco Bagnaia seperti Binder, Aleix Espargaro hingga Vinales tentu dituntut untuk lebih stabil bersaing di depan dan mencetak banyak poin. Pasalnya, Ducati saat ini sangat kuat bukan hanya dari Bagnaia namun juga Martin dan Bezzecchi. 

 

RELATED STORIES

Jorge Martin: Mengalahkan Francesco Bagnaia Itu Sangat Berarti

Jorge Martin: Mengalahkan Francesco Bagnaia Itu Sangat Berarti

Jorge Martin berhasil mengungguli Francesco Bagnaia untuk memenangkan balapan MotoGP Jerman 2023.

Hasil Sprint MotoGP Belanda 2023: Tak Terbendung, Marco Bezzecchi Sukses Raih Kemenangan

Hasil Sprint MotoGP Belanda 2023: Tak Terbendung, Marco Bezzecchi Sukses Raih Kemenangan

Marco Bezzecchi berhasil memenangi sesi sprint MotoGP Belanda 2023 meski sempat mendapat start kurang apik.

Hasil MotoGP Belanda 2023: Menang di Assen, Pecco Bagnaia Setara Valentino Rossi

Pembalap Ducati Francesco Bagnaia sukses meraih kemenangan back-to-back MotoGP Belanda.

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

Liverpool mengalami kekalahan dari Fulham di Liga Inggris. (Deni Sulaeman/Skor.id).

Liga Inggris

7 Fakta Kekalahan Liverpool dari Fulham di Pekan 31 Liga Inggris 2024-2025

Liverpool mengalami kekalahan dari Fulham pada pertandingan pekan ke-31 Liga Inggris 2024-2025.

Pradipta Indra Kumara | 07 Apr, 00:16

Profil klub Liga Inggris 2024-2025, Southampton. (Jovi Arnanda/Skor.id)

Liga Inggris

Southampton Terdegradasi dari Premier League, Catatkan Rekor Terburuk

Southampton resmi menjadi tim pertama yang terdegradasi dari kasta teratas Liga Inggris, Premier League.

Pradipta Indra Kumara | 06 Apr, 23:20

Putri Kusuma Wardani

Badminton

Hadapi Unggulan Pertama di BAC 2025, Putri Kusuma Wardani Tak Gentar

Tunggal putri Indonesia, Putri Kusuma Wardani, mengaku tak terbebani dengan undian berat di Badminton Asia Championships 2025.

Teguh Kurniawan | 06 Apr, 22:37

Pemain Timnas Indonesia, Kevin Diks. (Hendy Andika/Skor.id)

National

Kevin Diks Menang dan Clean Sheet, Dean James Alami Cedera

Para pemain bertahan Timnas Indonesia tampil bersama klub masing-masing pada Minggu (6/4/2025), satu orang alami kesialan.

Teguh Kurniawan | 06 Apr, 20:04

Pevoli Megawati Hangestri Pertiwi

Other Sports

Megawati Hangestri Sumbang Poin Terbanyak, Asa Juara Red Sparks Terjaga

Perebutan juara V-League 2024-2025 antara Red Sparks versus Pink Spiders akan ditentukan pada duel pamungkas, Selasa (8/4/2025).

Teguh Kurniawan | 06 Apr, 16:56

Rommy Hadiwijaya akan menjadi perwakilan Manchester United di eFootball World Finals di Tokyo. (Yudi Kurniawan/Skor.id)

Esports

Manchester United Bakal Diwakili Pemain Indonesia di eFootball Championship World Finals

Rommy Hadiwijaya akan mewakil Indonesia dan Manchester United di eFootball Championship World Finals di Tokyo, Jepang, Juli 2025.

Gangga Basudewa | 06 Apr, 13:49

Klub asal Filipina, Makati FC, yang diperkuat empat pemain Timnas putri Indonesia pada PFF Womens Football League 2025. (Deni Sulaeman/Skor.id)

National

Para Pemain Timnas Putri Indonesia Lanjutkan Eksistensi di Kompetisi Wanita Filipina 2025

Makati FC diperkuat 4 pemain Timnas putri Indonesia dan satu nama lain di PFF Womens Football League 2025.

Taufani Rahmanda | 06 Apr, 13:42

f1 2025

Formula 1

F1 2025: Jadwal, Hasil, dan Klasemen

Jadwal, hasil, dan klasemen F1 2025 yang terus diperbarui seiring berjalannya musim.

Teguh Kurniawan | 06 Apr, 12:00

Unggul FC Malang, klub peserta kompetisi futsal profesional kasta tertinggi di Indonesia untuk kategori putra atau Pro Futsal League. (M Yusuf/Skor.id)

Futsal

Unggul FC Mulai Persiapan Futsal Nations Cup 2025, Joao Almeida Girang soal Mentalitas

Pada periode libur panjang Pro Futsal League 2024-2025, Unggul FC Malang akhirnya kembali melakoni latihan tim.

Taufani Rahmanda | 06 Apr, 08:56

Timnas U-17 Indonesia vs Timnas U-17 Yaman (Indonesia U-17 vs Yaman U-17) di Grup C Piala Asia U-17 2025 pada 7 April 2025. (Deni Sulaeman/Skor.id)

Timnas Indonesia

Prediksi dan Link Live Streaming Timnas U-17 Indonesia vs Yaman di Piala Asia U-17 2025

Timnas U-17 Yaman jadi ujian selanjutnya bagi Indonesia U-17 pada Grup C Piala Asia U-17 2025, Senin (7/4/2025) malam WIB.

Taufani Rahmanda | 06 Apr, 07:14

Load More Articles