- Galatama 1987-1988 menjadi ajang pertama Arema Malang tampil dalam kompetisi.
- Pembentukan Arema diawali niat Acub Zaenal untuk membuat kota Malang lebih dikenal.
- Pada musim pertama dalam Galatama VIII, Arema mengakhiri kompetisi di posisi enam.
SKOR.id - Liga Sepak Bola Utama (Galatama) VIII 1987-1988 merupakan kompetisi level nasional pertama yang diikuti Arema Malang (kini Arema FC).
Bahkan, 54 hari setelah tim ini dibentuk tanggal 11 Agustus 1987, 4 Oktober 1987 langsung menghadapi laga pekan pertama dan kalah 0-1 melawan Perkesa Mataram.
Tim Singo Edan hadir di Galatama VIII tidak sendirian di usia 54 hari. Tercatat ada empat klub baru, yaitu Medan Jaya, Lampung Putra, Bandung Raya, dan Palu Putra.
Berita Lain Arema FC: Asisten Pelatih Arema FC Banting Setir Jadi Petambak Ikan
Arema Malang merupakan tim yang berembrio dari tim amatir di Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, yakni PS Armada 86.
Lewat Akta Notaris Pramu Haryono, SH Nomor 57 Tahun 1987, PS Armada 86 berubah nama menjadi Arema 86, dan kemudian secara resmi bernama Arema Malang.
Sang pendiri, Brigadir Jenderal TNI (Purn) Acub Zaenal yang memberikan nama Arema Malang, sebab ia menginginkan persatuan di antara seluruh warga Malang Raya.
Guna memperkuat personalia manajemen, Acub Zaenal memerintahkan asisten pelatih Slamet Pramono “menculik” putranya, Ir Lucky "Sam Ikul" Andrianda Zainal.
"Penculikan" itu terjadi pada pukul 24.00 WIB, yang kerap hangout dari sebuah kawasan di Malang untuk ikut serta membantu tim.
Namun, dua bulan sebeluam Arema Malang terbentuk pada 11 Agustus 1987, tim sudah melakukan persiapan kecil.
Mereka memiliki dua asisten pelatih lokal, Slamet Pramono dan Hasan Ambarak, dan kemudian mendatangkan pelatih kawakan, Sinyo Aliandoe.
Jabatan manajer tim dijabat pemilik PS Armada 86, Dirk "Derek" Sutrisno dan posisi bendahara dipegang Eko Subekti.
Tugas manajer tim, Dirk Sutrisno, mendatangkan beberapa pemain baru, seperti Kusnadi Kamaludin, Effendi Azis, dan Mahdi “Meok” Haris, dan Donny Lattuperisa.
Ada pula beberapa pemain dari klub lokal Malang dan Persema Malang. Hanya Maryanto gagal didatangkan dari PS Gajayana, lantaran tak dilepas Persema Malang.
“Waktu itu saya beresama Mahdi Harris meninggalkan Arseto Solo ke Arema atas permintaan Pak Acub Zaenal dan manajer tim Arema Dirk Sutrisno, itu saja," kata Effendi Azis.
"Jadi bukan karena urusan materi. Saya tahu keuangan Arseto jauh di atas Arema saat itu. Ya murni karena ikatan emosional saya dengan Malang,” Effendi menambahkan.
Acub Zaenal yang pernah menjadi Gubernur Irian Jaya (kini Papua) periode 1973-1975, kemudian juga memboyong Generasi Papua pertama.
Mereka itu Dominggus Nowenik, Theodorus Bitbit, Stepanus Korwa, Elly Rumbiak, Ferry Rumbayan, dan Mecky Tata.
Juga tiga pemain berdarah Indonesia Timur, Yohanes Geohera (Alor-NTT), Sammy Betay (Maluku), dan Ferry Rumbayan dari Minahasa.
“Setelah tim terbentuk dan persiapan baru dua bulan, Arema ada tiga kali pertandingan uji coba, semuanya kalah," katanya.
"Lawan Helleluyah dari Korea Selatan kalah 1-5, kalah melawan Niac Mitra 0-2, dan juga kalah lawan Timnas Indonesia B, skor 1-3," ia menambahkan.
Ketika itu tujuan Arema bukan untuk pertandingan uji coba, tapi fokus kompetisi Galatama pada Oktber 1987.
"Kami cukup mengejutkan karena pada akhir kompetisi masuk posisi keenam. Kami bahkan dua kali mengalahkan juara bertahan, Kramayudha Tiga Berlian," ucap Yohanes Geohera.
Perjalanan awal di Kompetisi Galatama VIII yang diikuti 14 klub, dalam sembilan laga perdana Arema masih jauh dari harapan dan Dewi Fortuna.
Empat kali kalah dan empat kali seri, sekali menang 2-0 yakni lawan Bandung Raya, namun tetap terpaku di urutan buncit klasemen sementara putaran pertama.
Barulah pada laga pekan ke-10 setelah menggulung dua tim tuan rumah, Pusri Palembang 5-1 dan Kramayudha Tiga Berlian 2-0, Arema keluar dari dasar klasemen.
Baca Juga: 11 Pemain Terbaik Arema FC Versi Aji Santoso
Mesin Arema baru memanas setelah tancap gas pada 13 laga putaran kedua. Singo Edan meraih tujuh kemenangan, lima seri, dan hanya sekali kalah.
Namun sebagai tim “bayi”, Arema mencatat hasil relatif bagus, finis di posisi keenam klasemen akhir dari 14 kontestan. Juara ketika itu diraih Niac Mitra Surabaya.
Skuad Arema Malang Galatama VIII 1987/1988
Ketua Umum: Brigadir Jenderal TNI (Purn) Acub Zaenal
Wakil Ketum: Ir Lucky ‘Sam Ikul’ Andrianda Zainal.
Sekretaris: Pramu Haryono
Bendahara: Eko Subekti
Manajer tim: Dirk "Derek" Sutrisno
Pelatih: Sinyo Aliandoe
Asisten pelatih: Slamet Pramono dan Hasan Ambarak
Pelatih kiper: tidak ada
Pemain: Donny Lattuperisa, Iwan Darmawan (kiper), Hilal Lahji, Andhik, Jamrawi, Subchan Koja, Mahdi Haris, Harry Subagjo, Effendi Azis, Nurdin, Dominggus Nowenik, Kusnadi Kamaludin, Yohanes Geohera, Eri Kiswanto, Patra Katri, Puji Purnawan, Sammy Betay, Theodorus Bitbit, Stepanus Korwa, Elly Rumbiak, Jonathan, Ferry Rumbayan, Suganda, Mecky Tata, Muchrim Akbar, Syeman Kadarusman.