- Asian Youth Para Games (AYPG) akan digelar di Manamah, Bahrain, 2-6 Desember 2021.
- Indonesia akan mengandalkan dua atlet para-tenis meja, yakni Faisatul Iksan dan Hilmi Azizi.
- Mereka ditarget menyabet medali perunggu nomor TT9.
SKOR.id - Para atlet difabel muda se-Asia akan berlomba dalam ajang Asian Youth Para Games (AYPG) 2021.
Edisi keempat kompetisi multicabor empat tahunan itu akan digelar di Manamah, Bahrain, 2-6 Desember 2021.
Untuk penyelenggaraan kali ini, Asian Youth Para Games akan diikuti oleh 32 negara Asia, termasuk Indonesia.
Sebanyak delapan cabor akan dipertandingkan, yakni atletik, bulu tangkis, boccia, goalball, angkat berat, renang, tenis meja, taekwondo, dan basket kursi roda.
Khusus untuk cabor para tenis meja, Indonesia akan mengandalkan dua atlet yakni Faisatul Iksan dan Hilmi Azizi.
Pelatih para tenis meja Indonesia, Dhiki Agtri Dwi Santoso, menjelaskan keduanya pernah mewakili Indonesia pada AYPG 2017 di Dubai, Uni Emirat Arab.
Dengan pengalaman itu, keduanya diharapkan bisa mendulang medali perunggu pada nomor beregu putra TT9.
Sementara itu, Faisal juga diharapkan mempu membawa pulang medali yang sama pada nomor tunggal putra TT9.
"Saya berharap Faisal (sapaan Faisatul) dan Hilmi bisa menyumbang medali bagi Indonesia," kata Dhiki dilansir Antara.
Lihat postingan ini di Instagram
Adapun secara keseluruhan, Indonesia mengirim tujuh atlet para tenis meja. Selain Faisal dan Hilmi, Merah Putih juga mengirim para debutan.
Mereka adalah Rifki Mamunudin (TT8), Muhammad Dicky Ferdiansyah (TT10), Cici Juliani (TT10), Siti Fadhillah (TT7), dan Imas Yuniar (TT9).
"Bagi atlet yang baru pertama kali ikut AYPG, ajang ini jadi salah satu sarana untuk merasakan atmosfer pertandingan di level internasional," Dhiki menambahkan.
Dalam kesempatan ini, Dhiki juga mengungkapkan semua atlet terus melakukan pemantapan latihan setelah sebelumnya melakukan adaptasi cuaca.
Ketika mendarat di Manamah pada Jumat (26/11/2021), beberapa atlet sedikit terkendala dengan cuaca di Bahrain.
Selain itu, perbedaan waktu empat jam dengan Solo, markas NPC, juga mempengaruhi jam istirahat para atlet.
"Saat tiba di Bahrain, atlet harus membutuhkan waktu sekitar dua hari untuk beradaptasi dengan suhu di sini," kata Dhiki.
"Selain itu, mereka harus menyesuaikan dengan jam tidur pada waktu malam hari karena perbedaan waktu antara Bahrain dan Indonesia cukup jauh," ujarnya.
Untungnya, adaptasi para atlet bisa berlangsung dengan cepat berkat kerja sama antara pelatih, ofisial, dan para atlet.
"Supaya atlet bisa cepat istirahat dan bangun pagi hari, kami akhirnya mewajibkan setiap atlet harus tidur jam sembilan malam," ujarnya.
"Setelah itu, mereka bisa pergi salat subuh dan mempersiapkan diri untuk latihan," ia memungkasi.
Lihat postingan ini di Instagram
Berita olahraga lainnya:
Soal Rencana Gelar ASEAN Para Games 2022, Ini Jawaban Menpora
Vietnam Batal Gelar ASEAN Para Games 2022, Indonesia Ingin Jadi Tuan Rumah Pengganti
Sambut Ni Nengah Widiasih dan Muhammad Fadli, Menpora Tugaskan untuk Fokus Asian Para Games 2022