- Kelompok Taliban telah menguasai Afghanistan sejak tanggal 16 Agustus 2021.
- Pindahnya kekuasaan ini ternyata menjadi perhatian serius salah satu karateka Afghanistan yang kini mengungsi di Indonesia, Meena Asadi.
- Meena menyebut bahwa momen kepemimpinan Taliban menjadi momen gelap bagi perempuan Afghanistan, termasuk atlet perempuan.
SKOR.id - Kelompok Taliban kini memimpin Afghanistan usai konflik melawan invasi Amerika Serikat yang berlangsung 20 tahun terakhir.
Taliban memasuki Ibu Kota Afghanistan, Kabul, pada 16 Agustus 2021 dan menerima kekuasaan dari mantan Presiden Afghanistan, Dr Ashraf Ghani Ahmadzai.
Perpindahan kekuasaan ini memicu beragam reaksi di dunia maya. Di Twitter, kata "Taliban" dan Afghanistan" menjadi trending topic hingga 17 Agustus 2021.
Tak hanya reaksi netizen, suara-suara para pengungsi pun banyak disorot. Salah satunya adalah sosok karateka berdarah Afghanistan, Meena Asadi.
Meena Asadi adalah karateka Afghanistan yang kini tinggal di Indonesia. Meena bahkan mendirikan Cisarua Refugee Shotokan Karate Club Indonesia.
Dihubungi melalui pesan instan, Meena berkenan untuk berbagi beberapa hal terkain kondisi negaranya yang kini dipimpin Taliban.
Meena bercerita singkat soal bagaimana atlet perempuan Afghanistan di tengah kepemimpinan Taliban.
"Semuanya telah berakhir"
Skor Indonesia membuka percakapan dengan bagaimana kondisi teman-teman Meena yang masih berada di Afghanistan. Menurut sang atlet, situasi serba sulit kini dihadapi oleh para perempuan Afghanistan.
"Situasi saat ini sangat berbahaya bagi semua orang, terutama para perempuan dan para gadis," kata Meena.
"Para atlet perempuan bahkan tak bisa keluar rumah. Mereka menyembunyikan diri dari para Taliban."
Lebih dari itu, Meena bahkan mengaku mendapat kabar bahwa kini teman-temannya berada dalam ancaman sweeping oleh pemerintah Taliban.
"Kami mendapat laporan bahwa Taliban menyelidiki satu per satu rumah untuk mencari orang-orang yang bekerja untuk pemerintahan (sebelumnya)," ujarnya bercerita.
Meena bahkan menjelaskan bahwa masa-masa kepemimpinan Taliban bisa menjadi masa terakhir eksistensi atlet perempuan yang merepresentasikan Afghanistan.
Ia menyebut, meski sebelumnya dukungan pemerintah untuk para atlet belum maksimal, namun Taliban makin mempersempit peluang para perempuan untuk berkarya dan menonjolkan diri terkait kemampuannya.
"Sebelum Taliban, perempuan masih bisa berolahraga. Mereka bisa memiliki bisnis dan atlet dibantu oleh pemerintah meski masih di bawah ekspektasi," ucap Meena.
"Banyak sekali perempuan yang bertalenta dan memiliki kemampuan, kami juga memiliki panutan sebagai perempuan. Tapi, semuanya telah berakhir (saat ini)."
"Saat ini, perempuan dipaksa untuk hanya tinggal di rumah. Ini merupakan momen kelam bagi perempuan di Afghanistan."
Follow dan subscribe akun media sosial Skor.id di Instagram, Facebook, Twitter, YouTube,
LinkedIn, TikTok, Helo, Pinterest, serta dengarkan Podcast kami di Spotify.
View this post on Instagram
Berita Bulu Tangkis Lainnya:
Unggulan Grup B Thomas Cup 2020, Denmark Waspadai Kejutan Para Rival