SKOR.id – AT&T dan Universitas Gallaudet, pemimpin global dalam pendidikan bilingual untuk siswa tunarungu dan gangguan pendengaran, telah berkolaborasi untuk menciptakan helm American football pertama yang terhubung dengan teknologi 5G.
Inovasi ini memungkinkan permainan di lapangan lebih inklusif karena dapat meningkatkan komunikasi di lapangan bagi pelajar maupun atlet yang menggunakan bahasa isyarat Amerika.
Helm tersebut nantinya akan digunakan pertama kali dalam kompetisi Divisi III NCAA pada pertandingan kandang Gallaudet Bison — nama tim American football universitas tersebut — melawan Hilbert College pada 7 Oktober pukul 12 siang waktu setempat.
Sebagai bagian penting dari olahraga perguruan tinggi, Universitas Gallaudet selalu mencari cara untuk menggunakan keahlian mereka dalam konektivitas untuk memajukan cara pelatih, atlet, dan penggemar menikmati permainan.
Dalam hal pengembangan helm, Universitas Gallaudet melihat peluang teknologi 5G untuk menjadikan olahraga lebih inklusif—dan tidak ada yang lebih baik untuk mewujudkan kemungkinan tersebut selain mereka sendiri.
Mulai dari menciptakan huddle modern pada tahun 1894 hingga menjadi pemimpin global dalam pendidikan bagi siswa tunarungu dan yang mengalami gangguan pendengaran saat ini, Universitas Gallaudet telah lama menjadi pionir dalam inovasi.
Atlet tunarungu dan yang mengalami gangguan pendengaran memiliki sejarah panjang dalam mendobrak hambatan dan membuktikan inovasi serta bakat mereka di lapangan.
Helm tersebut memungkinkan pelatih di pinggir lapangan untuk memilih permainan dari tablet yang akan mengirimkan permainan tersebut ke lensa di dalam helm. Quarterback yang memakai helm akan menerima permainan dalam augmented reality (AR, realitas tertambah) pada display digital yang terletak di dalam pelindung.
Teknologi 5G dari AT&T memberikan keandalan dan latensi rendah untuk pengiriman dan penerimaan permainan dengan kecepatan yang mengimbangi laju permainan.
Dengan menampilkan permainan pelatih melalui AR, teknologi ini menghilangkan kesenjangan bagi atlet tunarungu dan gangguan pendengaran, sehingga menjadikan sepak bola lebih inklusif. Hal ini juga dapat mengurangi miskomunikasi dan hukuman yang tidak beralasan.
“Kami berlatih dengan cara yang sama seperti program sepak bola perguruan tinggi lainnya. Kami juga berkompetisi dengan cara yang sama,” kata Chuck Goldstein, pelatih kepala tim Gallaudet Bison, seperti dikutip di laman website Universitas Gallaudet
“Perbedaan antara melatih tim normal dibandingkan dengan skuad tunarungu yang pertama adalah dalam komunikasi.”
Shelby Bean, koordinator tim dan mantan pemain Universitas Gallaudet, menjelaskan bila helm baru AT&T yang terhubung 5G akan berdampak besar pada permainan sepak bola.
“Terutama bagi para pemain tuna rungu dan gangguan pendengaran yang tidak memiliki akses langsung dalam berkomunikasi dengan pelatih mereka selama masa sekolah menengah mereka,” ujar Bean.
“Ini akan membantu menyamakan kedudukan bagi para atlet mainstream. Sebagai mantan pemain, saya sangat gembira melihat teknologi inovatif ini mengubah hidup kita dan permainan sepak bola itu sendiri.”
Penerapan helm yang terhubung dengan 5G tidak hanya mencakup sepak bola perguruan tinggi—hal ini juga dapat membuka kemungkinan penyertaan dalam olahraga apa pun yang memerlukan helm.
Namun, kemungkinan yang lebih besar terjadi di lingkungan mana pun yang membutuhkan helm dan komunikasi instan.
Pertanyaannya, bisakah helm yang terhubung dengan 5G meningkatkan keselamatan di lokasi konstruksi atau bagi petugas pertolongan pertama di bidang medis? Atau, apakah inovasi ini berpotensi membuka lebih banyak peluang kerja bagi komunitas tunarungu?
Otoritas Universitas Gallaudet mengaku akan terus bekerja sama dengan mitra untuk mengeksplorasi bagaimana teknologi dan perangkat lunak ini dapat diadopsi secara lebih luas dan menciptakan perubahan yang berarti, baik di olahraga maupun bidang lainnya.
“Bersama Gallaudet, kami membuktikan mampu menghubungkan mengubah segalanya,” kata Corey Anthony, Wakil Presiden Senior Teknik Jaringan dan Operasi di AT&T.
“Keahlian kami dalam konektivitas dikombinasikan dengan warisan Gallaudet dalam mendobrak hambatan telah menciptakan helm yang tidak hanya mengubah cara atlet tunarungu dan yang mengalami gangguan pendengaran dalam berolahraga, namun juga membuka kemungkinan inovasi tanpa batas.”
Sebagai rasa terima kasih kepada para pemain dan pelatih di Universitas Gallaudet atas kolaborasi mereka dalam pengembangan helm AT&T yang terhubung 5G, AT&T mendonasikan 500 ribu dolar AS (sekira Rp7,81 miliar) untuk program sepak bola sekolah. Selain helm dan perangkat yang terhubung 5G, AT&T juga bakal memberikan helm baru kepada setiap pemain Gallaudet.