7 Atlet Putri Perkasa asal Indonesia dalam Olimpiade

Nurul Ika Hidayati

Editor:

  • Utami Dewi adalah atlet Indonesia yang tampil saat cabang bulu tangkis baru pertama kali diperkenalkan di Olimpiade 1972 sebagai ekshibisi.
  • Trio srikandi panahan Indonesia mematahkan dominasi AS, Cina, dan Rusia dalam Olimpiade 1988 di Seoul, Korea Selatan.
  • Lifter asal Papua, Lisa Rumbewas, menjadi atlet Indonesia yang menyumbang tiga medali Olimpiade secara beruntun.

SKOR.id – Indonesia memiliki perempuan-perempuan hebat di dunia olahraga yang diakui secara internasional.

Olimpiade di Muenchen (Jerman), Barcelona (Spanyol), Seoul (Korea Selatan), Atlanta (AS), Sydney (Australia), Beijing (Cina), hingga Rio De Janeiro (Brasil), menjadi saksi kepahlawanan mereka.  

Memperingati International Women’s Day atau Hari Perempuan Internasional pada 8 Maret, berikut keheroikan para perempuan perkasa kebanggaan Indonesia dalam mengibarkan sang Saka Merah Putih di ranah internasional.

1. Utami Dewi

Lahir di Surabaya pada 1952, Utami Dewi adalah pemain bulu tangkis Indonesia di era tahun 1970-an. Dia tumbuh dalam keluarga pemain bulu tangkis.

Ayahnya, Zulkarnain Kurniawan, adalah pelatih bulu tangkis dan salah satu pendiri klub PB Surya Naga. Kakaknya, Rudi Hartono Kurniawan, adalah pemain bulu tangkis terkenal dunia.

Bersama Rudi Hartono, Ade Chandra, dan Christian Hadinata, Utami Dewi berlaga di Olimpiade 1972 di Muenchen, Jerman.

Utami menjadi finalis (runner-up) tunggal putri setelah kalah dari Noriko Nakayama dari Jepang, sedangkan ganda campuran Christian Hadinata/Utami Dewi hanya sampai ke semifinal.

Saat itu, bulu tangkis baru diperkenalkan sebagai ekshibisi pada Olimpiade.

Tapi, prestasi Utami Dewi selayaknya dikenang sebagai atlet putri Indonesia pertama yang berjaya di Olimpiade.

2. Trio Srikandi Panahan

Tanggal 1 Oktober 1988, tiga srikandi Indonesia: Lilies Handayani, Nurfitriyana Saiman, dan Kusuma Wardhani meraih medali perak panahan beregu pada Olimpiade 1988 di Seoul, Korea Selatan.

Itu medali pertama bagi Indonesia di Olimpiade, dan ketiga atlet panahan ini datang sebagai peserta yang tidak diperhitungkan.

Saat itu, ada trio pepanah tuan rumah yang menyapu bersih medali nomor individual.

Ada pula atlet putri Cina, Ma Xiangjun dan Yao Yawen yang peringkat ketiga Kejuaraan Dunia Panahan pada 1987.

Uni Soviet – kini Rusia – juga mengirimkan tiga atletnya yang pemenang Kejuaraan Dunia Panahan pada 1987.

Tim beregu putri Amerika Serikat juga sudah sering menjadi juara dunia.

Kesulitan di nomor individual, Lilies dan kawan-kawan berada di posisi kelima kualifikasi nomor beregu. Poin mereka hanya kalah dari Korea, Uni Soviet, Cina Taipei, dan AS.

Secara mengejutkan tim beregu putri Indonesia berhasil melaju ke semifinal, tetapi Finlandia, Turki, dan Jepang tersisih.

Pada semifinal, tim Indonesia tampil gemilang meraih total 975 poin dan lolos ke final.

Itu luar biasa karena empat dari tujuh negara pesaing di final adalah pemegang gelar juara dunia panahan beregu putri.

Bermain tanpa beban, di final, Nurfitriyana-Lilies-Kusuma Wardani meraih 952 poin, menyamai poin AS, tapi mengungguli Uni Soviet dan Britania Raya.

Karena jumlah poin sama, Indonesia dan AS memainkan sesi tie-breaker.

Sembilan panah terakhir yang dilepaskan Tim Merah Putih menghasilkan 72 poin, AS hanya 67 poin. Indonesia merebut medali perak, Korea emas. 

Baca Juga: Ronaldinho Jalani Sidang Perdana Kasus Pemalsuan Paspor

3. Susy Susanti

Indonesia berteriak saat Susy Susanti menyadari pukulan Bang Soo-hyun keluar lapangan.

Indonesia ikut menangis ketika Susy Susanti menangis saat mendengar Indonesia Raya berkumandang di udara.

Cabang bulu tangkis baru dipertandingkan di Olimpiade 1992 Barcelona. Beruntung Susy dapat hasil undian yang cukup mudah. Ia bahkan langsung bye di babak 64.

Empat pertandingan lanjutan dilalui dengan kemenangan dua set langsung: vs Harumi Kohara (Jepang), Wong Chun Fan (Taiwan), Somharuthai Jaroensiri (Thailand), dan Huang Hua (Cina).

Lawan berat baru ditemui Susy di final. Dia menghadapi jagoan putri Korea Selatan, Bang Soo Hyun.

Susy bahkan kalah di set pertama, 5-11. Tapi , dia bangkit dan merebut dua set berikutnya, 11-5, 11-3. Indonesia Raya pun bergema seantero Pavello de la Mar Bella.

Empat tahun kemudian, Bang Soo Hyun membalas dendam dengan menyingkirkan Susy di semifinal Olimpiade Atlanta 1996, AS.

Susy hanya membawa pulang perunggu usai menundukkan Kim Ji-hyun dari Korea Selatan.

4. Mia Audina

Olimpiade Atlanta 1996 juga melahirkan sosok pahlawan baru Indonesia, Mia Audina, yang meraih medali perak cabang bulu tangkis tunggal putri. 

''Si Anak Ajaib'' adalah julukan Mia setelah menjadi penentu kemenangan Indonesia saat menjuarai Piala Uber 1994 dan 1996.

Namun, permainan atlet putri kelahiran 22 Agustus 1979 ketika melawan Bang Soo-hyun di final bulu tangkis Olimpiade Atlanta, tidak akan terlupakan.

Ia mengejar kemana pun shuttlecock mengarah, tanpa sekalipun menyerah.

Sayangnya, langkah Mia akhirnya terhenti oleh Bang Soo-hyun yang menyingkirkan Susi Susanti di semifinal. Dan Mia hanya mengantongi medali perak.

Delapan tahun kemudian, Mia sudah berganti kewarganegaraan Belanda, ikut suami yang warga negara itu, kembali berlaga di Olimpiade Athena 2004. Dan, berhasil melaju ke final.

Lagi-lagi perjuangan Mia mengejar medali emas, gagal. Ia dikalahkan musuh bebuyutannya, Zhang Ning (Cina), dan hanya membawa pulang medali perak. 

Baca Juga: Carlos Tevez Ungkap Alasannya Cium Diego Maradona

5. Raema Lisa Rumbewas

Perempuan kelahiran Jayapura, 10 September 1980 ini adalah atlet putri angkat besi yang merebut tiga medali secara beruntun untuk Indonesia di ajang Olimpiade.

Lisa Rumbewas meraih prestasi bagus ketika cabang angkat besi putri pertama kali dipertandingkan di Olimpiade 2000 Sydney.

Walau baru 20 tahun, Lisa berhasil menyabet medali perunggu dalam kelas 48 kg dengan angkatan total 185 kg. Itu medali pertama Indonesia di Olimpiade Sydney 2000.

Beberapa hari kemudian IOC (Komite Olimpiade Internasional) mencabut medali emas Izabela Dragneva (Bulgaria) yang positif doping.

Medali emas itu pun diberikan kepada Tara Nott (AS) dan perak menjadi milik Lisa.

Selang empat tahun, pada Olimpiade Athena 2004, Lisa kembali merebut perak di kelas 53 kg dengan angkatan snatch 95 kg, clean & jerk 115 kg, dan total angkatannya 210 kg.

Kasus doping menjadi berkah bagi Lisa pada 2008. Walau terpaut delapan tahun, IOC memutuskan Lisa sebagai peraih perunggu cabang angkat besi Olimpiade Beijing 2008.

Lisa sebenarnya hanya menempati peringkat keempat pada kelas 53 kg dengan raihan snatch 91 kg, clean & jerk 115 kg, dan angkatan total 206 kg.

Saat itu medali emas direbut Prapawadee Jaroenrattanatarakoon (Thailand), perak untuk Yoon Jin-hee (Korea Selatan), dan medali perunggu diraih Nastassia Novikava (Belarusia).

Hasil itu berubah setelah Novikava terbukti positif menggunakan steroid pada 2016. IOC menyerahkan medali perunggu itu kepada Lisa pada Oktober 2016.

6. Citra Febrianti

Citra Febrianti adalah atlet putri Indonesia asal Lampung, yang mendapatkan medali perak cabang angkat besi kelas 53 kg putri. 

Seperti Lisa Rumbewas, Citra sebenarnya hanya menempati posisi keempat pada Olimpiade 2012 di London. 

Namun IOC membatalkan medali emas untuk Zulfiya Chinshanlo (Kazakstan) dan medali perak Cristina Iovu (Moldova), setelah kedua atlet itu terbukti doping. 

Akibatnya, medali kedua lifter itu dicabut pada Oktober 2016. Sebaliknya, Citra naik peringkat dan mendapatkan medali perak.

7. Liliyana Natsir

Butet, begitu atlet putri bulu tangkis kelahiran 9 September 1985 ini biasa dipanggil, adalah peraih medali perak pada Olimpiade Beijing 2008 dan medali emas pada Olimpiade Rio De Janiero 2016.

Butet sudah tiga kali berpartisipasi di ajang bulu tangkis Olimpiade sepanjang kariernya dan mempersembahkan satu medali emas dan satu medali perak.

Diawali di Olimpiade Beijing 2008, Butet berpasangan dengan Vita Marissa di nomor ganda putri. Sayang langkah mereka langsung terhenti di babak pertama.

Butet juga turun di nomor ganda campuran bersama Nova Widianto. Mereka hanya meraih perak usai ditaklukkan pasangan Korea Selatan, Lee Yong Dae dan Lee Hyo Jung.

Empat tahun kemudian, Butet berangkat ke Olimpiade London setelah mengantongi tiket ganda campuran, kali ini bersama pasangan baru, Tontowi Ahmad.

Namun, mereka dikalahkan pasangan Denmark: Joachim Fischer Nielsen dan Christina Pedersen 12-21, 12-21, dalam perebutan medali perunggu.

Penantian emas Butet berakhir di Brasil pada 2016.

Tanpa kesulitan ia dan Tontowi melangkah ke final, menghadapi pasangan Malaysia, Chan Peng Soon dan Goh Liu Ying.

Kedua finalis sudah bertemu sebelumnya di babak penyisihan grup, dan Butet-Owi, panggilan akrab Tontowi, saat itu menang straight set 21-15, 21-11.

Di final, permainan Butet-Owi tak mampu ditandingi oleh lawan, dan memenanginya dengan skor 21-14, 21-12. Leher Butet pun berkalung medali emas.

 

Source: TribunnewsWikipedia

RELATED STORIES

Olimpiade 2020: Pengambilan Api Abadi Tanpa Penonton, Kejadian 36 Tahun Lalu Terulang

Olimpiade 2020: Pengambilan Api Abadi Tanpa Penonton, Kejadian 36 Tahun Lalu Terulang

Prosesi pengambilan api abadi Olimpiade Tokyo 2020 yang akan digelar di Olympia, Yunani, 12 Maret 2020, dipastikan tanpa penonton.

Olimpiade 2020 Ditunda, Ini Kata Richard Sam Bera

Olimpiade 2020 Ditunda, Ini Kata Richard Sam Bera

Richard Sam Bera prihatin dengan penundaan Olimpiade, namun menyebut itu keputusan tepat.

Panitia Klaim Venue Olimpiade dan Paralimpiade 2020 Tidak Berubah

Panitia Klaim Venue Olimpiade dan Paralimpiade 2020 Tidak Berubah

Meski memiliki 41 venue, tuan rumah memastikan semua arena bisa digunakan sesuai jadwal.

Pensiun Jadi Atlet, Mantan Pelari Ini Ikut Ajang Pencarian Bakat Amerika

Pensiun Jadi Atlet, Mantan Pelari Ini Ikut Ajang Pencarian Bakat Amerika

Mantan pelari Jamaika, Shevon Nieto, unjuk gigi sebagai penyanyi dalam ajang America's Got Talent 2020.

Daftar Pembawa Bendera Indonesia pada Upacara Pembukaan Olimpiade sejak Munchen 1972

Daftar Pembawa Bendera Indonesia pada Upacara Pembukaan Olimpiade sejak Munchen 1972

Daftar pembawa bendera Indonesia di pembukaan Olimpiade sejak Muenchen 1972.

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

Penyerang Norwegia, Erling Haaland. (Jovi Arnanda/Skor.id).

World

Italia Kalah, Portugal dan Norwegia Lolos Piala Dunia 2026

Timnas Portugal berhasil memastikan diri lolos ke Piala Dunia 2026 sedangkan Timnas Italia kalah di Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Eropa.

Thoriq Az Zuhri | 16 Nov, 21:51

Laga Kualifikasi Piala Dunia 2026. (Yusuf/Skor.id)

World

Daftar Negara yang Sudah Lolos Piala Dunia 2026

Piala Dunia 2026 akan diikuti oleh 48 negara, berikut ini adalah daftar negara yang sudah lolos ke Piala Dunia 2026.

Thoriq Az Zuhri | 16 Nov, 21:38

M7 World Championship, Jakarta. (Moonton)

Esports

Daftar Tim yang Sudah Lolos M7 World Championship

Turnamen dunia Mobile Legends: Bang Bang, M7 World Championship, akan segera digelar, ini adalah tim yang sudah memastikan diri lolos.

Thoriq Az Zuhri | 16 Nov, 21:36

Para pemenang MilkLife Soccer Challenge Malang Seri 1 2025-2026. (MilkLife)

National

Pertama Kali Digelar, MilkLife Soccer Challenge Malang Dapat Antusias Luar Biasa

Partisipasi peserta sangat tinggi yaitu 1.918 pelajar yang berasal dari 120 SD dan MI di Kota Apel dan sekitarnya.

Gangga Basudewa | 16 Nov, 14:40

Presiden FIFA Gianni Infantino di Stadion Manahan, Solo, dalam final Piala Dunia U-17 2023, Sabtu (2/12/2023). (Mario Sonatha/Skor.id).

Bola Internasional

Gianni Infantino Umumkan Bakal Basmi Kekerasan Online di Sepak Bola

Infantino menegaskan FIFA sedang menjalankan “operasi digital terbesar” untuk melawan ujaran kebencian, rasisme, hingga perisakan

Gangga Basudewa | 16 Nov, 14:12

Alumni Liga TopSkor. (Jovi Arnanda/Skor.id)

Liga TopSkor

Alumni Liga TopSkor Incar Posisi Kiper Utama Timnas U-23 Indonesia

Penjaga gawang Timnas U-23 Indonesia, Cahya Supriadi bertekad memperbaiki performanya usai kebobolan tiga gol dari Mali U-23.

Nizar Galang | 16 Nov, 12:54

FFWS Global Finals 2025 di Jakarta. (Garena)

Esports

FFWS Global Finals 2025 Masuk Buku Rekor Dunia Guiness

Kompetisi Free Fire terbesar ini berhasil memecahkan rekor dunia dari Guinness World Records untuk kategori “The Largest Mobile Team-Based Esports Tournament”.

Gangga Basudewa | 16 Nov, 12:21

Cover bulu tangkis. (Dede Sopatal Mauladi/Skor.id)

Badminton

Muria Cup Sirnas C 2025 Rampung, PB Djarum Jadi Juara Umum Menang 16 Nomor

Polytron Muria Cup Sirnas C 2025 berhadiah total Rp636 juta dan masuk hitungan poin ranking nasional, 11-16 November 2025.

Taufani Rahmanda | 16 Nov, 12:19

Jumpa pers Asian Champions League 2025. (Foto: Dok. FSMI/Grafis: Yudhy Kurniawan/Skor.id)

National

Diramaikan 12 Klub, Indonesia Pertama Kali Jadi Tuan Rumah Kejuaraan Antarklub Minifootball Asia

Asian Champions League 2025 diramaikan 12 klub yang akan digelar di Jakarta pada 17-23 November 2025.

Rais Adnan | 16 Nov, 09:58

kumamoto masters japan 2025

Badminton

Gregoria Mariska Gagal Juara di Kumamoto Masters 2025, Petik Pelajaran Positif

Gregoria Mariska harus puas menjadi runner-up usai kalah dari wakil Thailand, Ratchanok Intanon.

Gangga Basudewa | 16 Nov, 09:23

Load More Articles