5 Faktor yang Membuat Williams Berubah dari Kekuatan Superior Jadi Tim Medioker

Krisna Daneshwara

Editor:

  • Williams dulu dikenal sebagai salah satu tim yang memiliki kekuatan superior di kompetisi F1.
  • Sayangnya, tim yang didirikan Sir Frank Williams dan Sir Patrick Head itu mengalami penurunan performa dan kini jadi tim medioker.
  • Ada setidaknya lima faktor yang membuat tim Williams berada di papan bawah F1 dalam beberapa musim terakhir.

SKOR.id - Pendiri Williams F1 Team, Sir Frank Williams, berpulang ke pangkuan sang khalik pada Minggu (28/11/2021) lalu.

Bersama sahabatnya, Sir Patrick Head, ia adalah sosok pendiri tim Williams yang kemudian jadi kekuatan superior F1 pada era 1980-an dan 1990-an.

Total, tim Williams mampu menyabet tujuh gelar juara dunia pembalap dan sembilan juara dunia konstruktor. 

Sayang, kejayaan Williams saat ini tinggal cerita. Mereka kesulitan tampil kompetitif bahkan hanya tak meraih satu poin pun pada F1 2020.

Lalu, apa yang menyebabkan performa Williams anjlok? Berikut lima faktornya:

1. Semena-mena Terhadap Pembalap

Boleh dibilang, ini merupakan "dosa" terbesar Frank Williams selama hidupnya. Saat Williams mendominasi medio 1992 hingga 1997, line-up pembalap tidak pernah tetap.

Bahkan, Sir Frank Williams tak segan-segan mendepak pembalap meskipun yang bersangkutan telah sukses menjadi juara dunia.

Salah satu contohnya dialami Nigel Mansell yang jadi juara dunia F1 1992. Alih-alih dipertahankan, Williams justru mendepak sang pembalap lalu merekrut Alain Prost.

Sejatinya, Williams berencana menduetkan dua pembalap itu. Namun, Mansell ogah karena punya hubungan kurang baik dengan Prost saat sama-sama membela Ferrari.

Kejadian serupa terulang pada 1993. Usai Alain Prost jadi juara dunia, Williams malah ingin mendatangkan Ayrton Senna yang jadi rivalnya.

Prost pun memilih pensiun dan Williams akhirnya mempekerjakan Senna. Nahas baginya, sang legenda meninggal dunia dalam insiden maut di GP San Marino 1994.

Perlakuan semena-mena dari Williams juga sempat dialami oleh sosok Damon Hill.

Damon Hill yang sedang memimpin klasemen pembalap F1 1996, yang kemudian jadi juara dunia, diberi tahu manajemen tim Williams kalau kontraknya tak diperpanjang.

Jadilah Hill jadi pembalap ketiga Williams yang didepak usai menjadi juara dunia F1. Posisinya kemudian digantikan Heinz-Harald Frentzen.

2. Kehilangan Adrian Newey

Buruknya hubungan Williams dengan desainer mobil mereka, Adrian Newey, juga dipengaruhi sikap semena-mena Frank Williams dan Patrick Head terhadap pembalap.

Adrian Newey yang bergabung dengan Williams sejak 1991 meminta kontrak baru pada 1995.

Ia ingin ada klausul kepemilikan wewenang memilih pembalap agar Williams punya line-up yang lebih stabil. Permintaan itu sepertinya ditolak, Newey dibohongi.

Pada 1996 Williams merekrut Jacques Villenueve tanpa diskusi dengan Newey. Williams juga tak memperpanjang kontrak Hill tanpa berunding dengannya.

Alhasil, Newey meradang dan memutuskan hengkang ke McLaren pada 1997. Di sinilah awal kehancuran Williams, meski pada musim itu mereka masih bisa merebut gelar juara dunia.

Andai tak kehilangan Adrian Newey, Williams bisa saja masih bertahan jadi salah satu tim yang disegani.

Pasalnya, sang desainer mobil F1 itu terbukti punya kemampuan yang mumpuni. Salah satunya ditunjukkan kala membawa Red Bull Racing mendominasi musim 2010-2013.

3. Amandemen Concorde Agreement

Upaya F1 untuk lebih menjaring pasar global membuat tim F1 harus menandatangani Amandemen Concorde Agreement.

Perjanjian ini jelas jadi pukulan untuk tim, sebab Bernie Ecclestone berhak atas 77 persen pendapatan hak siar sedangkan tim F1 hanya dapat 23 persen yang masih dibagi rata.

Ini membuat F1 makin merambah pasar global tetapi tim-tim private seperti McLaren, Tyrell, maupun Williams merana.

Akhirnya, McLaren menjual sebagian saham ke Mercedes. Sedangkan Tyrell menjual timnya ke British American Tobacco (BAT) dan berubah nama jadi British American Racing (BAR).

Berbeda dengan dua tim lain, Williams kukuh pada pendirian dengan tetap bersaing di F1 dengan status tim private murni. Alhasil, mereka mengalami kesulitan.

Apalagi Williams juga ditinggal sponsor kakap seperti Rothmans dan juga Renault selaku pemasok mesin yang ingin fokus menjadi tim pabrikan usai membeli Benetton.

4. Hubungan Buruk dengan BMW

Harapan Williams kembali jadi tim perkasa muncul setelah mereka menjalin kerja sama dengan pabrikan mobil Jerman, BMW, pada 2000.

Terbukti, BMW sanggup membuatkan mesin mumpuni untuk Williams. Buktinya, Williams-BMW sanggup menempati peringkat tiga konstruktor di F1 2000 dan 2001.

Puncak kejayaan Williams-BMW terjadi pada dua musim berikutnya. Pada 2002, mereka sukses menggeser McLaren sebagai konstruktor nomor dua di F1 pun demikian pada 2003.

Sayang, Juan Pablo Montoya hanya finis ketiga di klasemen pembalap dalam dua musim tersebut.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Juan Pablo Montoya (@jpmonty2)

Mulai musim 2004, prestasi Williams-BMW merosot. Ini membuat Williams dan BMW saling menyalahkan.

BMW menyebut Williams gagal membuat sasis yang mampu menyalurkan tenaga mesin. Sedangkan Williams menyalahkan mesin BMW yang mulai kalah dari Honda dan Renault.

Makin jeblok di 2005, akhirnya BMW dan Williams berpisah pada akhir musim tersebut. BMW pun pindah haluan ke Sauber.

5. Gagal Dapat Pemasok Mesin Mumpuni

Setelah berpisah dengan BMW, Williams makin hilang arah. Mereka terus gonta-ganti pemasok power unit hingga sekarang menggunakan Mercedes.

Tak hanya itu, Williams mulai kesulitan keuangan. Buktinya mereka mulai menerima pay driver untuk mengisi kokpit, seperti Lance Stroll, Pastor Maldonado, dan lain-lain.

Williams kini juga menjadi tempat Mercedes menitipkan pembalap binaannya, George Russell. Pada 2017, mereka juga terkesan jadi tim satelit untuk Mercedes.

Mercedes dengan mudah meminta Valtteri Bottas untuk mendampingi Lewis Hamilton meski pembalap asal Finlandia itu masih punya kontak setahun dengan Williams.

Seiring berjalannya waktu, Williams terus mengalami kesulitan. Hantaman pandemi Covid-19 membuat tim yang berbasis di Inggris itu kian terperosok.

Ditinggal sponsor-sponsor kakap, karena tertundanya balapan F1 2020, membuat Williams kesulitan keuangan.

Alhasil, Keluarga Williams menjual timnya ke Dorilton Capitals yang merupakan perusahaan investasi asal Amerika Serikat (AS).

Dengan demikian, berakhir sudah kisah Williams sebagai tim private murni terakhir di F1.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Skor.id (@skorindonesia)

Berita F1 Lainnya:

Fakta Menarik Sirkuit Jeddah Corniche, Venue Balapan GP Arab Saudi untuk Kali Pertama

Max Verstappen vs Lewis Hamilton Alot, F1 2021 Berpotensi Jadi Musim Terketat Sepanjang Sejarah

Source: Berbagai Sumber

RELATED STORIES

Damon Hill Takut Duel Max Verstappen vs Lewis Hamilton Berakhir Antiklimaks

Damon Hill Takut Duel Max Verstappen vs Lewis Hamilton Berakhir Antiklimaks

Damon Hill takut Max Verstappen vs Lewis Hamilton berakhir seperti dirinya melawan Michael Schumacher

Akibat Isu HAM, Lewis Hamilton Tak Nyaman Balapan di Arab Saudi

Akibat Isu HAM, Lewis Hamilton Tak Nyaman Balapan di Arab Saudi

Lewis Hamilton mengaku tak nyaman balapan di Arab Saudi karena isu HAM yang menimpa negara tersebut.

Tragis, Kroser Muda Austria Tewas Tertimbun Salju

Tragis, Kroser Muda Austria Tewas Tertimbun Salju

Kroser muda berbakat asal Austria, Rene Hofer, meninggal dunia akibat tertimbun longsoran salju.

Brexit Berdampak ke Pembalap F1, Salah Satunya Nyck de Vries

Nyck de Vries terkena imbas dari keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa, Desember 2020.

Skor co creators network
RIGHT_ARROW
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
PLAY_ICON
RIGHT_ARROW

THE LATEST

UEFA Nations League 2024-2025. (Rahmat Ari Hidayat/Skor.id).

World

Hasil Drawing Perempat Final UEFA Nations League: Spanyol Bertemu Belanda

Spanyol akan bertemu Belanda sedangkan Italia menghadapi Jerman dalam fase perempat final UEFA Nations League 2024-2025.

Irfan Sudrajat | 22 Nov, 13:37

Pembalap Yamaha Alex Rins

MotoGP

Motor Tidak Perform Sepanjang MotoGP 2024, Yamaha Minta Maaf ke Alex Rins

Pembalap Yamaha Alex Rins mengalami masalah pengereman pada motor YZR-M1 yang membuat performanya tak maksimal sepanjang MotoGP 2024.

Arin Nabila | 22 Nov, 13:31

axis nation cup 2024 cover

AXIS NATION CUP 2024

Prestasi SMK Medika Samarinda dan SMAN 2 Mojokerto di AXIS Nation Cup 2024 Bikin Bangga Sekolah

SMK Medika Samarinda dan SMAN 2 Mojokerto merupakan juara AXIS Nation Cup 2024 di kategori futsal putra dan putri.

Teguh Kurniawan | 22 Nov, 13:07

Deretan pelatih Manchester United (kiri ke kanan): Louis van Gaal, David Moyes, Jose Mourinho (tengah), Ole Gunnar Solksjaer, dan Erik ten Hag. (Dede Sopatal Mauladi/Skor.id).

Liga Inggris

Pencapaian Pelatih Man United setelah Era Fergie, Jose Mourinho yang Terbaik

Setelah era Sir Alex Ferguson berakhir, 6 pelatih mencoba membangkitkan Manchester United tapi semuanya gagal, kini giliran Ruben Amorim.

Irfan Sudrajat | 22 Nov, 12:13

saddil ramdani.jpg

National

Ong Kim Swee Hengkang dari Sabah FC, Saddil Ramdani Beri Pesan Menyentuh

Ong Kim Swee memastikan tidak melanjutkan kontraknya di Sabah FC yang berakhir pada November 2024.

Rais Adnan | 22 Nov, 10:33

Turnamen pramusim menuju Pro Futsal League 2024, 3Second Futsal Super Cup 2024. (Hendy Andika/Skor.id)

Futsal

Hasil Undian dan Jadwal Pertandingan Lengkap Futsal Super Cup 2024

3Second Futsal Super Cup 2024 diikuti delapan tim, digelar di GOR Bung Karno Sukoharjo pada 13-15 Desember 2024.

Taufani Rahmanda | 22 Nov, 09:17

CEO JebreeetMedia Valentino Simanjuntak drawing THe juaRA 2 Padel 2024

Other Sports

Siap Gelar Edisi Kedua, THe juaRA Tetap Komitmen untuk Kegiatan Amal

Event THe juaRA 2 Padel 2024, yang diinisiasi JebreeetMedia, akan diikuti oleh para pengusaha, atlet, hingga selebritas Indonesia.

I Gede Ardy Estrada | 22 Nov, 09:08

Mobil Formula 1 McLaren hadir di PUBG Mobile. (PUBG Mobile)

Esports

Mobil Formula 1 McLaren Hadir di In Game PUBG Mobile

Kolaborasi kali ini semakin lengkap karena tidak hanya McLaren Automotive, melainkan juga tim balap McLaren Racing.

Gangga Basudewa | 22 Nov, 08:52

AXIS Nation Cup 2024

AXIS NATION CUP 2024

AXIS Nation Cup 2024 Sukses Digelar, Ajang Unjuk Gigi Bakat Futsal Indonesia

Grand final AXIS Nation Cup 2024, Sabtu (16/11/2024), menyedot lebih dari 19 ribu penonton di Indonesia Arena, ditambah 3,3 juta via daring.

Teguh Kurniawan | 22 Nov, 08:52

Cover Kualifikasi FIBA Asia Cup 2025

Basketball

Jumpa Korea Selatan, Indonesia Masih Belum Bisa Menang di Kualifikasi FIBA Asia Cup 2025

Timnas Basket Indonesia kalah 78-86 dari Korea Selatan dalam laga lanjutan Kualifikasi FIBA Asia Cup 2025, Kamis (21/11/2024) malam.

Arin Nabila | 22 Nov, 08:38

Load More Articles