SKOR.id - Bayern Munchen, Chelsea, SL Benfica dan SSC Napoli telan kekalahan di leg pertama perempat final Liga Champions. Apakah peluang mereka sudah selesai? Ada sejumlah tim yang mampu membalikan keadaan di leg kedua.
Hanya dalam lima kesempatan dalam sejarah Liga Champions, tim tandang membalikkan defisit di leg pertama.
Dua dari pertandingan ini dimenangkan dengan gol tandang, sesuatu yang tidak mungkin lagi terjadi setelah penghapusan aturan tersebut sejak musim 2021-2022 dan seterusnya.
Tim tuan rumah di leg kedua melakukan comeback dalam banyak kesempatan tetapi hanya sekali yang sukses dari yang sebelumnya terpaut empat gol dan tiga kali dengan defisit tiga gol dari pertemuan awal.
Skor mencoba meninjau kembali comeback terbaik di babak sistem gugur. Berikut ulasannya:
Comeback Tim Tandang di Leg Kedua
1. Defisit Dua Gol
Pada 2019, ketika itu Manchester United tampaknya berakhir setelah kekalahan kandang dua gol di leg pertama melawan Paris Saint-Germain (PSG).
Bahkan setelah dua gol Romelu Lukaku, Paris mempertahankan keunggulan agregat hingga memasuki waktu tambahan ketika Presnel Kimpembe dinilai telah melakukan handball di dalam kotak dan Marcus Rashford mengonversi penalti.
Ole Gunnar Solskjaer, yang berperan sebagai caretaker kemudian dipermanenkan sebagai pelatih.
2. Defisit satu gol
Comeback setelah tertinggal satu gol di leg pertama dilakukan oleh beberapa tim besar.
AFC Ajax berhasil menang 4-1 atas Real Madrid di leg kedua babak 16 besar Liga Champions 2018-2019 setalah kalah 1-2 dari Real Madrid di laga pertama.
Adapun Inter Milan yang sukses mengalahkan FC Bayern Munchen 3-2 di Allianz Arena pada leg kedua babak 16 besar Liga Champions 2010-2011 setelah kalah 0-1 di Giuseppe Meazza.
AC Milan juga melakukannya atas 1.FC Saarbrucken di babak pembukaan edisi perdana 1955-1956, prestasi itu tidak terulang selama 13 tahun.
Awalnya I Rossoneri kalah 3-4 pada leg pertama di kandan, namun bisa membalikan keadaan setelah menang 4-1 pada laga kedua di kandaang 1.FC Saarbrucken.
Comeback oleh tim tuan rumah di leg kedua, dua gol atau lebih
1. Defisit empat gol
Pada musim 2016-2017, Barcelona menjadi tim pertama yang bangkit dari ketertinggalan empat gol untuk memenangkan pertandingan Liga Champions.
Ketika itu Los Azulgranas mengalahkan PSG 6-1 di leg kedua babak 16 besar musim 2016-2017 setelah di bantai 0-4 di leg pertama di Parc des Princes.
Ini baru keempat kalinya dilakukan dalam pertandingan kompetisi klub UEFA mana pun, suatu prestasi yang begitu istimewa sehingga pertandingan tersebut diberi nama: La Remontada (The Comeback).
2. Defisit tiga gol
Anfield telah menyaksikan beberapa indah dalam kompetisi Eropa, tetapi hanya sedikit yang bisa menandingi upaya sensasional ini.
Pada 2018-2019, Liverpool FC kalah telak 0-3 dari FC Barcelona di leg pertama babak semi final, tetapi secara mengejutkan mampu menghancurkan Lionel Messi dkk di leg kedua dengan skor 4-0.
Semusim sebelumnya, AS Roma melakukan hal yang mirip. Ketika itu I Giallorossi kalah telah 1-4 di Camp Nou, namun mampu menang 3-0 di leg kedua.
Lalu yang cukup diingat adalah ketika Deportivo La Coruna melakukan comeback sensasional melawan AC Milan pada 2003-2024.
I Rossoneri yang kala itu menyandang status juara bertahan menang mudah 4-1 di San Siro, tetapi mereka takluk 0-4 di kandang Deportivo di leg kedua.
3. Defisit dua gol
Pada 2018-2019, Juventus yang kala itu baru diperkuat Cristiano Ronaldo melakukan comeback sensasional.
Bertemu Atletico Madrid di babak 16 besar, Si Nyonya Tua takluk 0-2 di Wanda Metropolitano.
Namun Juventus mampu bangkit dan lolos ke perempat final setelah menang 3-0 di leg kedua di Allianz Stadium berkat hat-trick dari CR7.