- Berikut yang sering menjadi penyebab atlet mengalami tekanan (depresi).
- Di antara mereka berhasil melaluinya tapi tidak sedikit pula yang gagal.
- Depresi bisa mengganggu karier sang atlet jika tidak dapat diatasi.
SKOR.id - Dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat. Namun, bagaimana jika jiwa (psikologis) justru terganggu.
Menjaga kesehatan mental juga sangat penting dalam olahraga. Karena itulah, dalam sebuah kelompok olahraga tertentu, biasanya sering disediakan psikolog.
Terkadang, pelatih juga bisa menjadi "psikolog" yang mendengarkan apa yang dirasakan atletnya.
Teman juga bisa menjadi tempat curhat. Namun, berada di lingkungan seorang atlet tentu sangat sulit dilakukan.
Jika Skorer tahu tentang sosok Sebastian Deisler, pemain ini sangat disayangkan karena pensiun muda yaitu sekitar 27 tahun.
Deisler adalah pemain yang tersendat performanya karena trauma yang kemudian menjadi depresi terkait cedera yang dialaminya.
Cedera yang tidak kunjung sembuh tersebut dan berkali-kali naik meja operasi, membuatnya putus asa.
Meski demikian, tidak sedikit atlet dalam hal ini pemain sepak bola yang mampu mengatasi situasi depresi.
Alvaro Morata contohnya, penyerang asal Spanyol ini pun sempat pergi ke psikolog karena pada awal-awalnya sangat sulit berpisah dengan keluarganya.
Atlet cenderung lebih memilih menyimpan sendiri tekanan yang tengah dialaminya. Padahal, situasi tersebut bisa mengganggu mentalitas sang atlet.
Depresi tidak disebabkan oleh satu penyebab. Tidak mungkin untuk berbicara tentang satu pemicu depresi, tetapi beberapa di antaranya.
Mengidentifikasi penyebab depresi adalah yang paling penting. Sama artinya dengan kalimat "lebih baik mencegah daripada mengobati".
Ingat pula, meski secara teknis atlet merupakan sosok yang kuat, namun mereka adalah individu yang normal dan biasa, sama rentannya untuk menderita gangguan mental.
Sindrom Kelelahan
Banyak atlet percaya, semakin besar intensitas latihan, semakin baik hasilnya. Itu tidak benar karena berlatih tanpa kontrol akan memberikan peluang terjadinya sindrom kelelahan.
Dalam istilah atau bahasa yang dikenal terkait situasi tersebut adalah burnout.
Menurut psikolog Herbert Freudenberger (1970), burnout adalah kondisi kelelahan mental dan fisik yang disebabkan oleh kehidupan profesional seseorang.
Burnout terjadi ketika atlet mengalami tingkat stres yang melebihi kemampuan mereka. Ketika seorang atlet kelelahan, motivasinya turun, pikirannya menjadi negatif, kesal, lalu putus asa.
Burnout berhubungan dengan gejala depresi. Artinya, sindrom ini merupakan tanda-tada dari kemungkinan terjadinya depresi terhadap atlet.
Pikiran Negatif tentang Masa Depan
Dalam situasi sulit, memang wajar dan juga normal ada pikiran negatif. Di antara situasi negatif tersebut pun muncul meragukan diri sendiri.
Masalahnya, atlet yang mengalami situasi tersebut sulit untuk mengenyahkan pikiran-pikiran tersebut dari kepalanya.
Pikiran negatif sangat berbahaya ketika seseorang menganggapnya benar.
Contohnya, ketika seorang atlet melakukan kesalahan yang sebenarnya wajar atau normal, tapi dia malah berpikir bahwa itu terjadi karena kemampuannya yang sangat kurang.
Harapan yang Ambisius
Kita semua memiliki mimpi besar dan menantikan yang terbaik di masa depan. Namun, bisa sangat menyakitkan untuk melihat bahwa ilusi ini tidak sepenuhnya terwujud.
Oleh karena itu, teknik penetapan tujuan menjadi sangat penting. Salah satu pilar teknik ini adalah menetapkan tujuan yang dapat dicapai dan bersikap realistis.
Bagaimanapun, mencapai tujuan jangka pendek adalah langkah penting dalam mencapai tujuan jangka panjang yang besar.
Jauh dari Keluarga
Berada jauh dari orang-orang terdekat salah satu penyebab depresi terhadap atlet.
Dalam olahraga profesional contohnya, hal yang biasa jika seorang atlet ditempatkan atau bermain di sebukah kota dan negara lain.
Meski demikian, situasi tersebut dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan ketidakpuasan jika tidak tahu cara mengelolanya.
Selain itu, dalam hal ini hambatan bahasa atau kebiasaan yang berbeda seringkali menjadi hambatan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Bahkan, tidak perlu sampai ke negeri asing.
Faktanya, atlet yang bertanding jauh dari rumah mungkin juga merasa bahwa kinerja mereka lebih buruk dibandingkan saat bertanding di lingkungan yang akrab di kelilingi orang yang mereka cintai.
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Didukung Penuh Presiden Barcelona, Ronald Koeman Merasa Lega https://t.co/SBXEBLw5yB— SKOR.id (@skorindonesia) June 5, 2021
Ikuti juga Instagram, Facebook, dan Twitter dari Skor Indonesia.
Didukung Penuh Presiden Barcelona, Ronald Koeman Merasa Lega https://t.co/SBXEBLw5yB— SKOR.id (@skorindonesia) June 5, 2021
Berita kebugaran lainnya: