- Marjorie Gestring diakui secara resmi sebagai peraih medali emas Olimpiade termuda perorangan pada Olimpiade Berlin 1936.
- Namun, seorang anak laki-laki berusia kurang dari 10 tahun, dianggap sebagai medalis termuda sepanjang sejarah.
- Momiji Nishiya jadi peraih medali emas termuda asal Jepang pada Olimpiade Tokyo 2020.
SKOR.id - Olimpiade sebagai multiolahraga terbesar dunia menciptakan banyak sejarah mencengangkan, termasuk soal siapa peraih medali emas termuda.
Pada Olimpiade Tokyo yang dibuka 23 Juli 2021, Momiji Nishiya dinobatkan sebagai peraih medali emas termuda untuk kategori perorangan.
Hi Skorer, jangan lupa untuk segera download app Skor.id biar enggak ketinggalan update dan bisa meraih banyak hadiah menarik.
Atlet skateboarding asal Jepang tersebut berhasil meraih medali emas pada nomor women's street dalam usia 13 tahun 330 hari.
Tampil di Ariake Sport Park Skateboarding, Momiji Nishiya unggul poin atas atlet Brasil, Rayssa Leal, yang juga masih berusia 13 tahun.
Sementara itu, medalis termuda di Olimpiade Tokyo dinobatkan kepada rekan senegara Nishiya yang turun di nomor Women's Park, yakni Kokona Hiraki.
Remaja berusia 12 tahun tersebut berhasil menyabet medali perak setelah kalah poin dari rekan senegaranya, Sakura Yosozumi.
Adapun hingga Tokyo 2020, peraih medali emas termuda dalam sejarah Olimpiade untuk kategori perorangan adalah diver Amerika Serikat, Marjorie Gestring.
Turun di nomor 3 meter springboard putri, Marjorie Gestring masih berusia 13 tahun, 268 hari, ketika dikalungi medali emas pada Olimpiade Berlin 1936.
Sedangkan untuk label peraih medali emas termuda untuk kategori beregu disematkan kepada perenang Amerika Serikat, Donna Elizabeth de Varona.
Kala berlaga bersama timnas renang AS di nomor 4x100 m gaya bebas putri, Donna Elizabeth de Varona masih berusia 13 tahun, 129 hari.
Salam satu momen bersejarah dalam olahraga itu terjadi pada Olimpiade Roma 1960 atau 61 tahun silam.
Akan tetapi, sebuah rumor menyebutkan, peraih emas termuda dalam sejarah Olimpiade bukanlah Marjorie Gestring atau Donna Elizabeth de Varona.
Adalah bocah berusia sembilan tahun, yakni coxswain atau juru mudi tim nasional (timnas) dayung Belanda pada Olimpiade Paris 1900.
Kala itu, Belanda terpaksa mengganti coxswain aslinya, Hermanus Brockmann, karena dirasa terlalu berat lantaran berbobot 60 kg.
Sebagai pengganti Hermanus Brockmann, Belanda menempatkan seorang bocah laki-laki pada babak final dayung putra.
Bocah coxswain yang tak diketahui nama dan umurnya itu sukses mengantarkan tim dayung Belanda meraih medali emas Olimpiade 1900.
Setelah bertanding dan berfoto dengan dua pedayung Belanda, Francoise Brandt dan Roelof Klein, bocah itu berlari ke arah kerumunan dan menghilang.
Misteri soal siapa bocah yang bertugas sebagai coxswain tersebut hingga kini belum terpecahkan. Namun, diperkirakan tak lebih dari 10 tahun.
Follow dan subscribe akun media sosial Skor.id di Instagram, Facebook, Twitter, YouTube, LinkedIn, TikTok, dan Helo.
Olimpiade Tokyo 2020: Ada Khabib Nurmagomedov di Balik Kelolosan Petinju ROC ke Final https://t.co/qNbwsi6VMI— SKOR.id (@skorindonesia) August 3, 2021
Berita Serba-serbi Olimpiade Tokyo Lainnya:
Skateboard Olimpiade Tokyo 2020: Podium Street Putri Didominasi Dara yang Belum Punya SIM
Kisah Atlet Termuda di Olimpiade Tokyo 2020, Berlatih di Tengah Perang Suriah