- CEO Tokyo 2020, Toshiro Muto, belum bisa bicara soal detail persiapan ulang Olimpiade.
- TOCOG dan IOC berjanji berikan keterangan, Oktober 2020.
- Saat ini, panitia pelaksana Olimpiade 2020 fokus penanganan Covid-19 seraya melanjutkan persiapan.
SKOR.id - Progres persiapan Olimpiade Tokyo 2020 masih jadi teka teki usai dua bulan pengumuman penundaan pesta olahraga itu menjadi 2021.
Pada 29 Maret 2020, Panitia Pelaksana Olimpiade Tokyo (TOCOG) mengumumkan jadwal baru yang telah disetujui Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Olimpiade 2020 yang awalnya berlangsung 24 Juli hingga 9 Agustus, mundur jadi 23 Juli-8 Agustus 2021 karena pandemi virus corona (Covid-19).
Berita Olimpiade Lainnya: Panitia Siapkan Olimpiade Tokyo 2020 yang Tidak Biasa
Koordinasi pun terus dilakukan antara TOCOG dan IOC terkait persiapan ulang Olimpiade Tokyo. Namun, keduanya belum bisa memberi keterangan.
Bahkan CEO Tokyo 2020, Toshiro Muto, hanya memberi pernyataan abu-abu ketika ditanya wartawan soal progress persiapan Olimpiade di tengah pandemi.
"Jika diibaratkan lomba lari 400 meter, kami masih di tikungan pertama. Saya tidak bisa memberi keterangan apapun," ujar Toshiro Muto dilansir dari Firstpost.
"Namun, saya bisa bilang bahwa kami tidak terlalu terlambat dalam persiapan. Saya tidak merasakan adanya penundaan apapun."
Mantan direktur sebuah bank itu menambahkan, pihaknya harus benar-benar memastikan sebelum memberikan keterangan resmi, Oktober nanti.
"Kami belum punya detail atau pernyataan spesifik yang bisa diumumkan. Semua setuju untuk mengatasi krisis dengan mengurus Covid-19 lebih dulu."
Toshiro Muto menuturkan, musim gugur 2020, yang panitia sebut sebagai fase kedua, akan menjadi jawaban atas berbagai pertanyaan yang muncul.
Sebut saja, siapa yang membiayai kerugian atas mundurnya Olimpiade, bagaimana nasib calon penonton, staf, dan atlet terkait Covid-19.
Saat ini fokus panitia adalah bagaimana mengatasi pandemi Covid-19, seraya melakukan berbagai persiapan Olimpiade 2020.
IOC tak menampik bahwa persiapan ulang Olimpiade bukan perkara mudah karena menyangkut puluhan ribu perserta dari ratusan negara.
"Kami menghadapi masalah besar karena atlet akan datang dari 206 negara. Itu jumlah yang sangat banyak," ujar John Coates, IOC Australia.
Pemerintah Jepang memperkirakan ada 11.000 atlet, 5.000 official dan pelatih. Itu belum termasuk 20.000 media, dan 60.000 sukarelawan.
Lalu, ke-96.000 orang tersebut belum termasuk staf dan partisipan Paralimpiade 2020 yang akan digelar dua pekan setelah Olimpiade berakhir.
Dengan beban yang begitu besar, panitia dan IOC harus mempertimbangkan setiap detail persiapan agar keputusan yang tepat bisa tercapai.
Terkait berbagai rumor soal pembatalan Olimpiade 2020 jika vaksin Covid-19 belum ditemukan, Toshiro Muto akan menjelaskan hal itu, Oktober nanti.
"Olimpiade adalah pekerjaan yang sangat berat. Kami harus mempersiapkannya lagi hanya dalam wakru satu tahun lewat beberapa bulan. Padahal, butuh tahunan.'
"Kami masih memiliki banyak pekerjaan rumah yang perlu dibahas namun diputuskan dalam waktu singkat," kata Toshiro Muto.