- PB PABBSI menyambut baik wacana pengunduran PON 2020 ke Oktober 2021.
- Penyelenggaraan PON 2020 setelah Olimpiade Tokyo akan memudahkan PB PABBSI dalam mengatur peak lifter.
- PB PABBSI berharap PON digelar September 2021 agar tidak terlalu mepet dengan SEA Games 2021.
SKOR.id - Wacana penundaan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX/2020 Papua ke Oktober 2021 direspons baik oleh Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi dan Binaraga Seluruh Indonesia (PB PABBSI).
Menurut otoritas tertinggi olahraga angkat besi di Indonesia itu, demi memudahkan pengaturan peak performance, idealnya PON digelar setelah Olimpiade.
Namun, Ketua Bidang Pembinaan Prestasi (Kabid Binpres) PB PABBSI Alamsyah Wijaya berharap waktu penyelenggaraan PON 2020 lebih maju sedikit lagi.
Berita Olahraga Lain: Menpora Pastikan Dana Pembinaan Olahraga Tetap Aman
Alamsyah Wijaya menjelaskan, akan sangat menguntungkan bagi PB PABBSI jika pesta olahraga nasional empat tahunan diselenggarakan pada September.
Hal ini berkaitan dengan digelarnya SEA Games 2021 Hanoi pada November. Ini tentu membuat jeda dari PON ke SEA Games sangat sempit.
PB PABBSI sebenarnya bisa saja melarang lifter Pelatnas untuk turun di PON. Namun, menurut Alamsyah Wijaya, hal tersebut kurang manusiawi.
“Kalau mereka dilarang ikut PON ya kasihan juga. Lifter-lifter nasional kan membutuhkan pendapatan juga dari bonus PON,” kata Alamsyah, Kamis (16/4/2020).
Berita PO 2020 Lain: KONI Pusat dan Daerah Ingin PON Papua Digelar Oktober 2021
Pada SEA Games 2021, Indonesia menargetkan merebut gelar juara umum cabang angkat besi.
Pada SEA Games 2019 Filipina, Indonesia hanya menempati posisi kedua dengan empat emas, satu perak, dan lima perunggu.
Gelar juara umum jatuh ke Vietnam. Jumah emas mereka sama dengan Indonesia, empat. Namun, raihan perak mereka lima. Sedangkan perunggu satu.
“SEA Games 2021 jelas adalah hal yang penting. Jadi, para lifter jelas harus memiliki peak Hanoi nanti,” ujar Alamsyah Wijaya.
Tapi jika pemerintah memutuskan PON 2021 digelar Oktober 2021, PB PABBSI hanya legawa. Lagi pula, kata Alamsyah Wijaya, mereka pernah menghadapi jadwal padat seperti ini.
Pada 2014, usai Asian Games Incheon, para lifter langsung turun di Kejuaraan Dunia. Kemudian, atlet-atlet asal Jawa Barat masih harus bertanding di Pekan Olahraga Daerah (Porda).
Dalam dua bulan, saat itu, total ada tiga event. “Hasilnya tidak ada masalah waktu itu. Lifter kami mampu maksimal di ketiga ajang tersebut,” Alamsyah Wijaya membeberkan.