- Arema mengalami kesulitan finansial pada era 1990-an hingga awal 2000.
- Puncaknya jelang Liga Indonesia 2003 Arema menjual 12 pilar terbaiknya.
- Bahkan, Arema tak sanggup membayar down payment tiga pemain asing.
SKOR.id - Arema FC boleh jadi menjadi satu-satunya tim di Tanah Air, terutama era 1990-an, 2003, 2003, 2011, dan 2012 yang kerap krisis finansial.
Seperti terjadi saat persiapan mepet dan ala kadarnya ingo Edan jelang Liga Indonesia 2003. Hanya sebulan persiapan, dari 2 Desember 2002 hingga 12 Januari 2003.
Setelah ditinggalkan 16 pilarnya, sang manajer tim (almarhum) Ir Lucky "Sam Ikul" Andrianda Zainal, seakan jadi single fighter mengurus tim.
Baca Juga: Arema FC Bantu Warga Malang yang Terdampak Ekonomi Covid-19
Ia hanya dimodali anggaran Rp600 juta hasil melego 12 pilarnya, Sam Ikul hanya memiliki delapan pemain setia menyongsong musim kompetisi baru.
Keenam pemain itu adalah Aji Santoso, Khristiawan, Didit Thomas, Andi Setiono, Rustanto Sri Wahono, Hermawan, Nanang ‘Sumpil’ Supriadi, dan (alm) Setyo Budiarto.
Mereka menempati mes pemain sekelas rumah sederhana tipe 70 di kawasan Puncak Dieng, Malang. Harga kontrak pemain pun pas-pasan.
Meski secara legal per 29 Januari 2003 Arema telah dibeli secara penuh oleh PT Bentoel Prima Malang Tbk, namun Sam Ikul masih berperan penuh.
Tak ingin kalah bersaing dengan tim-tim Liga Indonesia lainnya, Sam Ikul juga datangkan tiga pemain asing asal Amerika Latin.
“Wes ora opo-opo duwe pemain asing seonok e. Tapi aku yakin, kabeh sak onok e, sejarah e Arema justru luwih apik, bismillah wae," kata Sam Ikul pada 10 Desember 2002.
Bila diterjemahkan, "Sudah tidak apa-apa punya pemain asing seadanya. Tapi saya yakin, semua serba seadanya, tampilan Arema justru bagus dalam sejarahnya, bismillah saja.”
Sebelumnya, pada 1 Desember 2002 siang, datanglah ke kantor tim di Jalan Taman Agung 13, Kota Malang, trio pemain asing asal Amerika Latin.
Mereka diantar asisten pelatih Singh Betay dan pelatih kiper Andy Muhammad Sukrian. Ketiganya diproyeksi jadi skuad Arema pada 2003.
Mereka adalah eks-stiker Club Deportivo Universidad Catolica, Marcus Leonardo Sepuvelda. Kemudian duo Uruguay, Claudio Benzo, serta bek jangkung, Eugne Euller Correrea.
Namun apa lacur, 12 hari mengikuti latihan di bawah pelatih kepala Gusnu Yakin, down payment (DP) ketiganya sebesar Rp100 juta tak kunjung dibayarkan.
Setelah dua pekan latihan, mereka kemudian mulai enggan berlatih, meski sempat membela Arema dalam dua laga uji coba, lawan Tumpang FC dan Lawang FC.
Bahka, mereka menolak memperkuat Arema dalam babak penyisihan Grup B pada 18-28 Desember 2002, di Stadion Delta, Sidoarjo.
Ketika itu Arema melawan Deltras Sidoarjo (kalah 0-2), Persebaya (kalah 1-2), dan menang atas Persedikab Kabupaten Kediri dengan skor 5-1.
Akhirnya, pada 23 Desember 2002 ketiganya meniggalkan markas Arema dan tak kembali lagi. Arema pun tak punya pemain asing.
Baca Juga: 31 Musim Berkiprah, Arema FC Bukukan 1.182 Gol dari 868 Laga
“Kami batal mengambil Marcus Sepuvelda, Claudio Benzo, dan Eugne Euller karena ada kendala non teknis (dana)," Sam Ikul menjelaskan.
"Khusus untuk Piala Gubenur Jatim kami hanya meminjam pemain asing Juan Duran. Tapi untuk Liga Indonesia 2003 Arema 100 persen pemain lokal," katanya.