- Liga Indonesia dilirik oleh para pemain elite jebolan Piala Dunia.
- Setidaknya ada 16 pemain yang pernah tampil di turnamen akbar sejagad itu sebelum berlabuh ke Indonesia.
- Dari daftar tersebut mayoritas berasal dari Benua Afrika meski ada juga yang datang dari Eropa atau Amerika.
SKOR.id - Liga Indonesia mempunyai magnet bagi para pesepak bola jebolan Piala Dunia untuk melanjutkan karier, tercatat ada 16 pemain elite yang berlabuh ke Tanah Air.
Kompetisi sepak bola Indonesia memang tak setenar liga-liga lain di Asia seperti Liga Jepang, Korea Selatan, Cina, dan Qatar.
Akan tetapi, Liga Indonesia memiliki magnet yang mampu membuat pemain kelas dunia kepincut.
Baca Juga: Malaysia Masih Santai saat Thailand Dikabarkan Siap Mundur dari Piala AFF 2020
Salah satunya adalah karena dukungan fanatik suporter yang selalu memadati stadion.
Maka tak mengherankan jika ada enam pemain jebolan Piala Dunia yang pernah mencicipi atmosfer Liga Indonesia.
Mayoritas pemain elite yang bergabung dengan klub Indonesia tersebut berasal dari Benua Afrika. Namun ada juga yang berasal dari Eropa dan Amerika Selatan.
Hampir semua dari pemain itu memutuskan gantung sepatu setelah membela tim Indonesia.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut 16 pemain jebolan Piala Dunia yang pernah merumput di Indonesia:
1. Bertin Ebwelle (Kamerun)
Pemain asal Kamerun ini ambil bagian di Piala Dunia 1990 dan Piala Afrika 1992.
Hanya satu klub di luar Kamerun yang pernah ia bela sepanjang kariernya yakni Persisam Putra Samarinda.
Setelah tampil di Piala Dunia 1990, Bertin sempat merapat ke Persisam Samarinda selama satu musim.
Seusai membela Persisam ia kembali ke Kamerun dan melanjutkan kariernya hingga pensiun pada 1996.
Ebwelle kini berprofesi sebagai pelatih sepak bola profesional.
2. Roger Milla (Kamerun)
Roger Milla sempat bergabung dengan klub Indonesia, Pelita Jaya, pada 1994 sebelum hengkang ke Putra Samarinda semusim kemudian.
Pemain yang identik dengan selebrasi tarian di sudut lapangan itu datang setelah membela timnas Kamerun di Piala Dunia 1994.
Dia masih memegang rekor sebagai pemain tertua yang mencetak gol di Piala Dunia kala usianya sudah 42 tahun.
Datang ke Indonesia saat umurnya sudah berkepala empat, Milla masih bisa tampil 23 kali dan mencetak 23 gol untuk Pelita Jaya.
Selepas itu ia hengkang ke Persisam Samarinda dan melesakkan 12 gol dari 18 pertandingan.
Lelaki yang pernah menjadi bintang iklan Coca-cola di Piala Dunia 2010 itu kemudian mengakhiri kariernya. Putra Samarinda menjadi tim terakhir yang ia bela.
3. Mario Kempes (Argentina)
Mario Kempes adalah bagian skuad timnas Argentina di Piala Dunia 1974, 1978, dan 1982. Ia turut mengantarkan Tim Tango menjadi juara Piala Dunia 1978.
Pada Divisi Utama Liga Indonesia 1996-1997, Kempes berlabuh untuk menjadi pemain sekaligus pelatih Pelita Jaya. Tapi, pada musim itu ia hanya bisa membawa Pelita Jaya melaju hingga babak 12 besar.
Namun begitu, sisa-sisa kehebatan Kempes masih terlihat di Indonesia. Ia sanggup membukukan 15 penampilan dan mencetak 10 gol.
Kempes kemudian pensiun setelah membela Pelita Jaya selama semusim.
Ia sempat menjadi pelatih timnas Albania pada 1997 dan menjadi duta klub Valencia.
Pemain kelahiran Bell Ville, Argentina, pada 15 Juli 1954 itu juga pernah masuk dalam daftar 125 pemain sepak bola top dunia versi FIFA.
4. Pedro Pasculli (Argentina)
Selepas Mario Kompes hengkang dari Pelita Jaya, tim yang bermarkas di Jakarta itu mendatangkan Pedro Pasculli dari klub Jepang PJM Futures.
Juara Piala Dunia 1986 bersama Argentina itu direkrut untuk mengangkat performa tim yang sempat menurun.
Rekam jejak Pasculli juga terbilang mentereng, ia sempat bermain di Serie A bersama Lecce.
Namun ada skandal yang mengiringi kepergian Pasculli dari Indonesia. Pada laga Pelita Jaya vs Mataram Indocement mencuat dugaan suap.
Pasculli yang tidak puas dengan permainan timnya memilih keluar saat pertandingan berlangsung dengan alasan cedera. Padahal jatah pergantina pemain Pelita Jaya sudah habis.
Pasculli pun memutuskan hengkang dari Pelita Jaya pada putaran kedua Liga Indonesia 1996-1997.
5. Maboang Kessack (Kamerun)
Pelita Jaya kembali mendatangkan pemain bintang, kali ini Emmanuel Maboang Kessack pada musim 1997-1998.
Ia merupakan pemain timnas Kamerun di Piala Dunia 1990 dan 1994 bersama dengan Roger Milla.
Namun kariernya di Pelita Jaya tak lama, saat kompetisi Liga Indonesia musim itu terhenti karena krisis yang terjadi di Tanah Air, Kessack pun memutuskan pensiun.
Pelita Jaya menjadi klub yang terakhir ia bela dalam kariernya.
6. Jules Denis Onana (Kamerun)
Rekan Roger Milla dan Maboang Kessack di Piala Dunia 1990 ini terhitung lama di Liga Indonesia.
Pemain berposisi stopper ini datang pada 1996 bersama Persma Manado. Kariernya berlangsung empat musim di sana.
Setelah itu ia juga sempat membela Persijap Jepara dan Pelita Jaya pada medio awal 2000.
Ia menutup kariernya pada 2003 dan Pelita Jaya menjadi tim terakhir yang ia bela.
Onana kini menekuni profesi sebagai agen pemain berlisensi FIFA.
7. Ernest-Lottin Ebongue (Kamerun)
Alumni Piala Dunia 1982 itu membentuk trio Kamerun di Persma Manado bersama Onana dan Jean-Pierre Fiala.
Ebongue datang lebih dulu pada 1994 kemudian hengkang pada 1996.
Dia juga sempat membela Pupuk Kaltim pada 1997 sebelum memutuskan gantung sepatu.
8. Jean-Pierre Fiala (Kamerun)
Fiala pernah tampil di Piala Dunia 1994 dan memperkuat Persma pada Liga Indonesia jilid tiga.
Bersama Onana dan Ebongue, Fiala membuat Persma menjadi tim yang ditakuti lawannya kala itu.
Stadion Klabat yang jadi markas tim juga dibanjiri suporter tim beralias Badai Biru itu.
9. Mahouve Marcel (Kamerun)
Satu lagi talenta Kamerun yang merapat ke Indonesia adalah Mahouve Marcel.
Pemain timnas Kamerun di Piala Dunia 1998 itu pernah berseragam Persisam Putra Samarinda pada 1995-1997.
Ia kemudian mengembara ke Prancis bersama Montpellier dan kembali ke Indonesia pada 2008 membela Persita Tangerang.
Hanya semusim di sana, Marcel memutuskan pensiun dan kembali bermain lagi pada 2015 di Miami City.
10. Pierre Njanka (Kamerun)
Mantan pemain bernama lengkap Pierre Njanka Beyaka ini pertama kali merumput di Indonesia pada 2008 bersama Persija Jakarta.
Alumni timnas Kamerun di Piala Dunia 1998 dan 2002 itu tak menunjukkan kontribusi maksimal bersama Persija kala itu.
Njanka lantas hengkang ke Arema FC pada 2009 dan mengantar Singo Edan menjadi juara Indonesia Super League di bawah arahan Robert Rene Alberts.
Palang pintu pertahanan yang kokoh itu juga ditunjuk sebagai kapten karena senioritas dan kepemimpinannya di lapangan.
Dualisme di tim Arema membuat Njanka hengkang dan sempat memperkuat Mitra Kukar dan Persisam Samarinda sebelum gantung sepatu pada 2013.
11. Natsja Ceh (Slovenia)
Gelandang timnas Slovenia yang lahir di Yugoslavia ini pernah tampil di Piala Dunia 2002.
Pemain yang mengantongi 46 caps timnas ini juga pernah merumput di Indonesia bersama PSMS Medan pada 2012.
Namun kariernya hanya berlangsung singkat, ia tampil dalam 14 pertandingan dan hanya mencetak tiga gol.
Ceh akhirnya hengkang ke tim Vietnam, Thanh Hoa, pada 2014 dan mengakhiri karier di klub masa kecilnya, NK Drava Ptuj, pada 2018.
12. Ivan Bosnjak (Kroasia)
Menjadi bagian timnas Kroasia di Piala Dunia 2006, Ivan Bosnjak juga pernah berkarier di Indonesia.
Didatangkan Persija dari Brunei DPMM FC pada 2014, Ivan menjadi andalan Persija di Indonesia Super League.
Akan tetapi penampilan Bosnjak tak seperti yang diharapkan. Ia hanya membukukan empat gol untuk tim Macan Kemayoran.
Bosnjak sempat akan dicoret pada paruh musim, namun akhirnya dipertahankan hingga ISL 2014 berakhir.
Baca Juga: Wander Luiz Harap-harap Cemas Menanti Hasil Tes Covid-19 yang Kedua
13. Shane Smeltz (Borneo FC)
Pemain berpaspor Selandia Baru ini tampil di Piala Dunia 2010.
Borneo FC merekrut Smeltz sebagai kuota marquee player di Liga 1 2017.
Dari 20 penampilan, Smeltz hanya mencetak lima gol sehingga tim Pesut Etam pun mengakhiri kontraknya.
Kini Smeltz bermain untuk tim Australia, Gold Coast United.
14. Didier Zokora (Pantai Gading)
Mantan gelandang bertahan Tottenham Hotspur ini pernah memperkuat Semen Padang di Liga 1 2017.
Kebijakan marquee player yang diterapkan di Liga 1 kala itu membuat tim berlomba-lomba mendatangkan pemain elite, salah satunya Zokora.
Anggota timnas Pantai Gading di Piala Dunia 2010 itu didatangkan karena pengalamannya bermain di Tottenham dan Sevilla.
Namun, bersama Kabau Sirah, julukan Semen Padang, Zokora hanya bermain 11 pertandingan.
Dia tak menyumbang gol maupun assist dan tiga kali menerima kartu kuning. Kariernya di Indonesia pun hanya bertahan setengah musim.
Zokora gantung sepatu setelah diputus kontrak oleh Semen Padang pada Agustus 2017.
15. Peter Odemwingie (Nigeria)
Bersamaan dengan Zokora, Peter Odemwingie bergabung ke Madura United pada Liga 1 2017 sebagai marquee player.
Odemwingie pernah memperkuat tim Liga Inggris seperti West Bromwich Albion, Cardiff City, dan Stoke City. Ia juga masuk skuad Nigeria di Piala Dunia 2010.
Pemain kelahiran Tashkent, Uzbekistan, ini juga sempat menjadi top skor Madura United di Liga 1 2017 dengan 15 gol dari 23 penampilan.
Dirinya juga mengantarkan Laskar Sapeh Kerrab menduduki peringkat lima klasemen akhir Liga 1 edisi pertama.
Semusim bersama, Odemwingie didepak Madura United pada Januari 2018.
Sempat dikabarkan bakal kembali memperkuat tim pada Juli 2018, namun transfer tersebut batal terwujud. Odemwingie pun pensiun setelah dari Madura United.
Baca Juga: Gelandang Verona Senang Bisa Bikin Ronaldo Murka
16. Michael Essien (Ghana)
Di antara semua marquee player yang merumput di Liga 1 2017, Michael Essien menjadi nama yang paling populer.
Bagaimana tidak, pemain yang diikat Persib Bandung ini punya segudang pengalaman di tim elite Eropa seperti Chelsea, AC Milan, dan Real Madrid.
Persib mendatangkan Essien setelah dirinya diputus kontrak klub Yunani, Panathinaikos.
Pemain yang turut mengantar Ghana ke babak 16 besar Piala Dunia 2006 ini bermain 30 kali untuk Maung Bandung dan menyumbang lima gol dan satu assist.
Persib melepas Essien pada Maret 2018 dan sang pemain kini berkarier di Azerbaijan bersama FK Sabail.
Meski sudah tak lagi di Persib, Essien masih menunjukkan perhatian kepada tim kebanggaan bobotoh itu di media sosial.
Catatan Redaksi: Artikel ini telah mengalami penyuntingan dengan penambahan data.