- Wacana pemotongan gaji sebesar 75 persen yang digaungkan PSSI mendapat repons miring dari sejumlah pihak dan APPI pun bersuara.
- APPI menjadi salah satu pihak yang kurang sepakat dengan wacana tersebut.
- Sebab, pemotongan gaji yang bersifat memukul rata ini bakal berdampak signifikan terhadap bayaran pemain yang mendapat upah rendah.
SKOR.id - Pemotongan gaji pemain sebesar 75 persen akibat berhentinya kompetisi karena wabah virus corona dianggap terlalu memberatkan para pemain menurut APPI.
General Manager Asosiasi Pesepak bola Profesional Indonesia (APPI), Ponaryo Astaman, memberikan gambaran mengapa angka itu bakal menimbulkan ketidakadilan.
Ponaryo menyebut, semestinya PSSI meminta klub menjalin komunikasi dan negosiasi dengan pemain perihal pemotongan gaji.
Baca Juga: APPI: Pemotongan Gaji Harus Akomodasi Pendapat dari Pemain
Sehingga, negosiasi ini mampu menghasilkan solusi yang bisa diterima seluruh pihak.
Setidaknya, terdapat dua hal yang harus dibahas, yakni soal mekanisme dan presentase pemotongan gaji.
Baca Juga: CEO PSIS: Pemotongan Gaji Justru Melindungi Pemain
"Hal yang perlu dibicarakan dengan pemain dan klub yang juga terdampak penghentian kompetisi ini adalah soal besaran dan mekanisme pemotongan gaji," kata Ponaryo kepada Skor.id, Selasa (31/3/2020).
Kemudian, Ponaryo menggambarkan perhitungan matematis apabila pemotongan gaji ditetapkan pada angka 75 persen.
Menurut Ponaryo, presentase ini memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap angka yang nantinya diterima oleh pemain.
Baca Juga: Gaji Bulan Maret Tidak Sesuai, Pemain Persijap Berencana Lapor APPI
Itulah mengapa banyak pemain menyuarakan penolakan terhadap wacana pemotongan gaji bersifat pukul rata yang mencapai angka 75 persen.
"Kami keberatan dengan pemotongan gaji hingga 75 persen, karena jika keputusan ini dipukul rata kepada seluruh pemain, maka hasilnya akan berbeda-beda," ujar Ponaryo.
Ponaryo kemudian memberikan contoh perbedaan antara gaji yang didapat pemain Liga 1 dan Liga 2.
Misalnya, pemain di Liga 1 yang menerima gaji 50 juta rupiah lebih, ketika dipotong 75 persen maka hasilnya mereka akan menerima 12,5 juta.
Ini akan terus berlanjut hingga pemain-pemain yang menerima gaji di bawah angka tersebut.
Sebagai contoh, pemain yang mendapat gaji 5 juta, setelah dipotong maka mereka hanya akan menerima sekitar 1,25 juta.
Baca Juga: Pemain yang Keberatan Gajinya Dipotong Bisa Lakukan Hal Ini
Atas alasan itu, APPI menilai bahwa pemotongan yang bersifat memukul rata ini bakal merugikan pemain yang menerima nominal gaji kecil.
"Inilah yang menjadi pertimbangan untuk mencari solusi yang ideal. Tentu tidak bisa dipukul rata seperti itu," kata pria berusia 40 tahun tersebut.
Eks gelandang timnas Indonesia itu juga memberikan gambaran mengenai mengenai dampak pemotongan gaji terhadap pemain-pemain di Liga 2, yang notabene menerima upah lebih kecil daripada pemain yang berkompetisi di Liga 1.
Baca Juga: Kebohongan- kebohongan dalam Sepak Bola
"Bahkan, kami sempat menghitung gaji pemain Liga 2 jika dipotong dan akhirnya mereka hanya menerima sekitar 750 ribu per bulan. Tentu angka ini di bawah garis batas upah menengah regional (UMR)," ujar Ponaryo.
"Artinya, hal-hal seperti ini harus menjadi pertimbangan untuk mencari solusi yang terbaik. Jadi, ada win-win solution antara pemain dan klub," katanya menambahkan.